Dalam khazanah kearifan Islam, terdapat sebuah hadis yang menyajikan perenungan mendalam tentang bagaimana setiap sifat baik dan keutamaan yang dimiliki manusia dapat memiliki “bahaya” atau sisi negatif jika tidak diwaspadai. Hadis ini sarat akan makna dan hikmah yang relevan sepanjang zaman.
Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda (HR. Al-Baihaqi):
“Bahaya dari kepandaian adalah membual.
Bahaya dari keberanian adalah melampaui batas.
Bahaya dari berbuat baik adalah menyebut-nyebut kebaikan.
Bahaya dari kecantikan adalah kesombongan.
Bahaya dari ibadah adalah rasa malas.
Bahaya dari ucapan adalah dusta.
Bahaya dari ilmu adalah lupa.
Bahaya dari kesantunan adalah kebodohan.
Bahaya dari kemuliaan adalah membanggakan diri.
Dan bahaya dari sikap pemurah adalah berlebih-lebihan.”
Hadis ini bagaikan cermin bagi setiap individu untuk merefleksikan diri, mengingatkan bahwa setiap anugerah dan sifat terpuji membawa serta ujiannya masing-masing. Mari kita bedah setiap poin dari hadis ini untuk memahami pesan yang terkandung di dalamnya.
1. Kepandaian dan Bahaya Membual
Kepandaian dan kecerdasan adalah nikmat besar dari Allah Ta’ala. Namun, hadis ini mengingatkan bahwa bahayanya terletak pada “membual”, yaitu kesombongan, keangkuhan, dan meremehkan orang lain. Orang yang pandai rentan terjatuh ke dalam perangkap merasa diri lebih unggul, sehingga ia membanggakan kepandaiannya dan merendahkan mereka yang dianggap tidak selevel.
2. Keberanian dan Bahaya Melampaui Batas
Keberanian adalah sifat ksatria yang diperlukan untuk membela kebenaran dan melawan kezaliman. Akan tetapi, “bahaya” dari keberanian adalah melampaui batas, yakni berubah menjadi kezaliman, agresi, dan tindakan semena-mena. Keberanian yang tidak dikendalikan oleh hikmah dan keadilan dapat menjerumuskan seseorang pada tindakan merusak.
3. Berbuat Baik dan Bahaya Menyebut-nyebut Kebaikan
Kedermawanan dan kemurahan hati adalah pilar penting dalam ajaran Islam. Namun, amal baik dapat menjadi sia-sia jika diiringi dengan “menyebut-nyebut kebaikan”. Perbuatan ini dapat menyakiti hati penerima dan menghapus pahala pemberi, karena mencerminkan ketidakikhlasan dan keinginan untuk dipuji.
4. Kecantikan dan Bahaya Kesombongan
Kecantikan fisik, baik pada laki-laki maupun perempuan, adalah anugerah yang patut disyukuri. Bahaya yang mengintainya adalah “kesombongan”, yaitu merasa lebih baik dari orang lain karena penampilan fisik. Kesombongan ini dapat menutupi keindahan akhlak yang seharusnya menjadi prioritas utama.
5. Ibadah dan Bahaya Rasa Malas
Tekun dalam beribadah adalah tanda keimanan. Namun, ibadah pun memiliki “bahaya”, yaitu “rasa malas” atau futur. Ini adalah kondisi di mana semangat beribadah menurun, menjadi tidak konsisten, atau bahkan berhenti sama sekali setelah periode semangat yang tinggi. Menjaga istiqamah dalam ibadah adalah tantangan tersendiri.
6. Ucapan dan Bahaya Dusta
Lisan adalah organ kecil yang memiliki dampak sangat besar. Bahaya utama dari setiap ucapan adalah “dusta”. Dusta merupakan induk dari banyak keburukan, merusak kepercayaan, dan mendatangkan murka Allah Ta’ala.
7. Ilmu dan Bahaya Lupa
Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan. Namun, setiap ilmuwan dan penuntut ilmu menghadapi “bahaya” berupa “lupa”. Lupa di sini bisa berarti dua hal: lupa akan materi ilmu itu sendiri karena tidak diulang-ulang, atau yang lebih berbahaya, lupa untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki.
8. Kesantunan dan Bahaya Kebodohan
Sikap santun, sabar, dan tidak mudah marah adalah akhlak yang mulia. Namun, jika kesantunan ini tidak didasari oleh ilmu dan ketegasan, ia bisa berubah menjadi “kebodohan” atau diremehkan. Seseorang harus bisa membedakan kapan harus bersikap santun dan kapan harus menunjukkan ketegasan sesuai dengan tuntunan syariat.
9. Kemuliaan dan Bahaya Membanggakan Diri
Memiliki garis keturunan yang mulia atau status sosial yang terhormat adalah sebuah ujian. Bahayanya adalah “membangga-banggakan diri”. Islam mengajarkan bahwa kemuliaan sejati di sisi Allah bukanlah karena keturunan atau jabatan, melainkan karena ketakwaan.
10. Sikap Pemurah dan Bahaya Berlebih-lebihan
Menjadi seorang yang pemurah adalah sifat yang sangat dianjurkan. Namun, bahayanya adalah “berlebih-lebihan”, yaitu membelanjakan harta pada hal-hal yang tidak pada tempatnya atau melebihi batas kewajaran, hingga bisa merugikan diri sendiri atau keluarga.
Pelajaran Berharga
Kandungan hikmah dalam hadis ini sangatlah dalam. Ia mengajarkan kita untuk senantiasa waspada dan rendah hati. Setiap kelebihan yang kita miliki bukanlah untuk disombongkan, melainkan untuk disyukuri dan dijaga agar tidak tergelincir ke sisi negatifnya. Hadis ini mendorong umat Islam untuk mencapai keseimbangan dalam segala hal dan terus-menerus melakukan introspeksi diri agar setiap sifat baik yang dimiliki senantiasa berada dalam koridor keikhlasan dan keridaan Allah Ta’ala.
