Safar: Perjalanan Batin yang Tak Berujung

4 days ago

2 min read

Di antara bulan-bulan yang berputar dalam lingkaran waktu, ada yang menyebutnya bulan sial, ada pula yang membungkusnya dengan takhayul dan kekhawatiran. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bulan memiliki rahasianya sendiri yang hanya diketahui oleh hamba-hamba pilihan-Nya. Tapi sesungguhnya, Safar bukanlah penjara takdir yang membawa malapetaka. Ia adalah cermin. Ia adalah panggilan sunyi dari yang Tak Terbatas, mengetuk dinding-dinding hati yang keras karena ilusi kenyamanan.

Safar, dalam ruh sejatinya, adalah perjalanan — bukan dari satu tempat ke tempat lain, melainkan dari satu kesadaran ke kesadaran yang lebih dalam. Kata “Safar” sendiri berasal dari akar yang sama dengan “perjalanan” (safar), dan dalam cahaya makna ini, ia menjadi metafora sempurna bagi jiwa yang meninggalkan rumahnya sendiri demi mencari wajah Tuhan di setiap sudut keberadaan.

Sebagian manusia mengira perjalanan itu membutuhkan kaki, kendaraan, atau jarak. Padahal, perjalanan paling agung adalah ketika kaki tetap diam, tapi hati telah melintasi seribu alam. Maka, sesungguhnya sakit, kesulitan, kehilangan — semua yang sering dikaitkan dengan bulan ini — bukanlah hukuman, melainkan belas kasihan. Ia adalah tangan tak kasatmata yang meruntuhkan benteng ego, agar terbuka jalan menuju realitas yang satu.

Tak ada kebetulan dalam alam. Tidak ada waktu yang terpisah dari kehadiran Ilahi. Setiap detik adalah jendela; setiap bulan adalah wajah dari Asma-Nya yang tak terhitung. Safar adalah nama bagi aspek takdir yang mengguncang. Ia adalah bentuk kasih yang keras — seperti tangan sang dokter yang mencabut duri dari daging demi menyelamatkan nyawa. Yang merasa tersiksa di bulan ini, sesungguhnya sedang dioperasi dari kebutaan: buta terhadap hakikat dirinya, buta terhadap ketergantungan mutlak pada Yang Esa.

Safar mengajarkan satu rahasia: bahwa kehampaan bukanlah musuh. Kehampaan adalah ruang yang disediakan agar Dia sendiri yang memenuhinya. Ketika semua harapan runtuh, semua rencana gagal, semua teman pergi — di situlah fana dimulai. Kehilangan segala sesuatu yang palsu justru membawa pada penemuan yang hakiki. Karena hanya yang Abadi yang layak dijadikan tujuan. Hanya Dia yang tetap ada ketika semua bayangan lenyap.

Di Safar, yang tampak sebagai kesialan hanyalah ilusi dari mata yang masih tertidur. Bagi yang tersadar, setiap nafas adalah rahmat, setiap detak jantung adalah dzikir, setiap perpisahan adalah pertemuan dalam bentuk lain. Tidak ada kecelakaan, tidak ada musibah yang jatuh tanpa ijin-Nya — dan karena ijin-Nya adalah kasih-Nya, maka bahkan api pun bisa terasa dingin dan damai bagi yang tahu.

Maka sambutlah Safar bukan dengan takut, tetapi dengan kerinduan. Seperti pengembara yang melepas semua beban sebelum menyeberangi padang pasir, lepaskan dugaan, lepaskan dendam, lepaskan rasa aman yang semu. Masuki wilayah ini dengan qalbu yang terbuka, karena di balik kabut kesedihan, Dia sedang menunggu dengan senyum tak terlihat.

Safar bukan akhir. Ia adalah jembatan. Bukan penutup, tapi undangan. Dan bagi siapa yang berjalan bukan untuk sampai, tapi untuk hadir sepenuhnya — maka tiap langkah adalah tujuan, tiap detik adalah surga kecil yang tersingkap.

Karena sesungguhnya, perjalanan tak pernah berakhir. Dan rumah sejati bukanlah tempat, melainkan kehadiran.

Share this post

July 27, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Artikel

Baca juga:

Baca berbagai artikel Islami dan tambah wawasan bersama.

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Sekretariat:
Perum Jaya Maspion Permata Beryl
B2-10 Gedangan, Sidoarjo
Jawa Timur
61254

Email Sekretariat:
suraubaitulfatih@gmail.com
baruk46@gmail.com

Web/App Developer:
Hubungi nomor atau email berikut untuk perihal teknis yang berhubungan dengan website/aplikasi Pejalan Ruhani.

aldibudimanputra@gmail.com
Whatsapp link