Apa itu Qolbu?
Qolbu pada dasarnya memiliki makna ganda. Ada makna secara syariah dan hakikiyah. Secara syariah Qolbu diartikan sebagai segumpal daging yg mana baik buruknya akan memberi dampak besar terhadap jasad seseorang. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw.:
……ŁŁŲ„ŁŁŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŲ³ŁŲÆŁ Ł ŁŲ¶ŁŲŗŁŲ©Ł Ų„ŁŲ°ŁŲ§ ŲµŁŁŁŲŁŲŖŁ ŲµŁŁŁŲŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŲ³ŁŲÆŁ ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŁŁŲ³ŁŲÆŁŲŖŁ ŁŁŲ³ŁŲÆŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŲ³ŁŲÆŁ ŁŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŲ§Ł ŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŲØŁ (Ų±ŁŲ§Ł Ų§ŁŲØŲ®Ų§Ų±Ł Ł Ł Ų³ŁŁ )
Artinya : āā¦ Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah qolbu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Secara lughawiyah, Qolbu memiliki arti asli yaitu Jantung. Dan ini sejalan dengan Hadits diatas bahwa ketika jantung kita sehat, maka seluruh tubuh kita pun akan sehat dan bebas dari berbagai penyakit. Namun sebaliknya, jika jantung kita biarkan kotor, maka darah yg mengalir ke seluruh tubuh pun akan menjadi darah yg kotor dan menjadi biang penyakit.
Sementara makna secara hakikiyah, qolbu adalah sebuah organ yg bersifat sirr (tidak berwujud), namun ketika seseorang tersebut melakukan sebuah kemaksiatan, maka akan muncul bercakĀ² hitam yg lama kelamaan akan mengeraskan qalbu. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi:
ŲØŁŁŲŖ ŁŁ Ų¬ŁŁ ŲØŲ§Ł Ų§ŲÆŁ ŁŲµŲ±Ų§ Ł ŁŁ Ų§ŁŁŲµŲ± ŲµŲÆŲ±Ų§ Ł ŁŁ Ų§ŁŲµŲÆŲ± ŁŁŲØŲ§ Ł ŁŁ Ų§ŁŁŁŲØ ŁŲ£ŲÆŲ§ Ł ŁŁ Ų§ŁŁŲ£ŲÆ Ų“ŲŗŁŲ§ Ł ŁŁ Ų§ŁŲ“ŲŗŲ§Ł ŁŲØŁŲ§ Ł ŁŁ Ų§ŁŁŲØ Ų³Ų±ŁŲ§ Ł ŁŁ Ų§ŁŲ³Ų±Ł Ų§ŁŲ§
Artinya: “Telah kami (Allah) bina/bangun dalam diri bani aAdam sebuah bangunan. Di dalam bangunan itu terdapat dada, di dalam dada terdapat qolbu, di dalam qolbu terdapat fuad (mata hati), di dalam fuad terdapat syagaf (hati nurani), di dalam syagaf terdapat lubb (lubuk hati), dalam lubuk hati terdapat sirr (rasa), di dalam sirr ada Aku (Allah).”
Menurut ahli tasawuf, Qolbu diartikan pula sebagai sebuah lathifah/titik sensor/dimensi ketuhanan yg tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yg kita potong kemudian kita bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal daging yg disebut hati, tapi apakah dengan hatinya itu hewan mampu membedakan mana yg haq dan bathil? tentunya tidak. Apakah setelah kita belah hewanĀ² tersebut kita menemukan organ yg penuh bercak hitam karena kemaksiatan yg hewan lakukan? tentunya jawabannya pun tidak.
Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan atau restoran lalu kita bertanya apakah disana ada sop daging hati atau goreng daging hati, maka tentulah di salah satu warung makan atau restoran tersebut ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau goreng daging hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goreng daging qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak diperjualbelikan dan bukan untuk dimakan dan bukan pula berbentuk segumpal daging.
Daging hati yg berbentuk segumpal daging itu dalam bahasa arab disebut ākabidā bukan qolbu. Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghozali ra. dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin adalah ruh, akal atau nafsu.
Apa itu Ruh?
Firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Isra ayat 85:
ŁŁŁŁŲ³ŁŲ£ŁŁŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ Ų§ŁŲ±ŁŁŁŲŁ Ū ŁŁŁŁ Ų§ŁŲ±ŁŁŁŲŁ Ł ŁŁŁ Ų£ŁŁ ŁŲ±Ł Ų±ŁŲØŁŁŁ ŁŁŁ ŁŲ§ Ų£ŁŁŲŖŁŁŲŖŁŁ Ł Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŁŁŁ Ł Ų„ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŁŲ§
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: āRuh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.
Dalam kitab sirrul asror karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dikemukakan sebagai berikut:
Makhluk yg pertama kali diciptakan oleh Allah Ta’ala adalah ruh, ruh siapa? ruh Muhammad Saw. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam hadits qudsi: āAku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Kuā.
Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur. Kenapa disebut nur? karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: āaku dari Allah dan makhluk lain dari akuā.
Dari ruh Muhammad inilah Allah menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruhĀ² tersebut diturunkan ke tempat yg terendah, dimasukkan kepada makhluk yg terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Allah dari bumi yg tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).
Setelah diwujudkan jasad itu maka Allah menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Allah akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Allah bertanya kepada semua ruh:
ŁŁŲ„ŁŲ°Ł Ų£ŁŲ®ŁŲ°Ł Ų±ŁŲØŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ ŲØŁŁŁŁ Ų¢ŲÆŁŁ Ł Ł ŁŁŁ ŲøŁŁŁŁŲ±ŁŁŁŁ Ł Ų°ŁŲ±ŁŁŁŁŁŲŖŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ£ŁŲ“ŁŁŁŲÆŁŁŁŁ Ł Ų¹ŁŁŁŁŁ° Ų£ŁŁŁŁŁŲ³ŁŁŁŁ Ł Ų£ŁŁŁŲ³ŁŲŖŁ ŲØŁŲ±ŁŲØŁŁŁŁŁ Ł Ū ŁŁŲ§ŁŁŁŲ§ ŲØŁŁŁŁŁ° Ū Ų“ŁŁŁŲÆŁŁŁŲ§ Ū Ų£ŁŁŁ ŲŖŁŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ§Ł ŁŲ©Ł Ų„ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŲ§ Ų¹ŁŁŁ ŁŁŁ°Ų°ŁŲ§ ŲŗŁŲ§ŁŁŁŁŁŁŁ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakĀ² Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yg demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orangĀ² yg lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (QS. Al-A’raf: 172)
Tapi sayang banyak ruh yg lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Allah Ta’ala, sehingga mereka terlena dan terlalu nyaman tinggal di dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.
RuhĀ² yg setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi. Namun sangat sedikit orang yg sadar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri asalnya. Oleh karena itu Allah melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka. Nabi Saw. mengajak mereka agar kembali dan sampai serta bertemu dengan Allah Ta’ala. Sebagaimana salah satu sifat Rasulullah Saw. adalah Tabligh, yaitu untuk memberikan basyirah dan huda kepada manusia menuju jalan Rabb-nya.
Tapi sebagai manusia biasa, Rasulullah Saw. memiliki keterbatasan waktu di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian Allah mewariskan tugas ini kepada para ulama yg sholih yg sudah mencapai kesucian ruh dan telah Allah berikan bashiroh (pandangan yg jelas) kepadanya. Siapa mereka? Mereka adalah para wali Allah. Para wali Allah sebagai ahli bashiroh telah dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Allah, mereka itulah yg disebut ahli ruhani.
Ruh terbagi ke dalam 4 bagian:
(1). Ruh Al-Qudsi (ruh termurni), yaitu ruh yg berada di alam lahut atau alam maārifat atau alam tertinggi. Ruh ini adalah hakikat manusia yg disimpan di dalam lubuk hati. Keberadaannya akan diketahui dengan taubat dan menanamkan kalimatul iman dengan sungguhĀ². Bukan hanya bersyahadat Laa ilaaha illallaah di mulut saja, namun ditanamkan dengan kokoh ke dalam q qolbu. Ruh ini dinamakan oleh ahli Tasawuf sebagai bayi maānawi (thiflul maāani). Ruh inilah yg senantiasa akan mampu berhubungan dengan Allah Ta’ala, sedangkan badan atau jasmani ini bukan mahromnya bagi Allah. Ruh Al-Qudsi telah Allah tempatkan di dalam rasa (sirri). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid. Amalannya adalah mudawamah namaĀ² Tauhid dengan lisan sirr tanpa suara dan huruf. Siapapun tidak ada yg mampu melihat/menelitinya kecuali Allah. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya tiflul maāani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada Dzat Allah dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.
(2). Ruh Sulthoni, adalah ruh yg memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam jabarut. Tempat ruh ini adalah fu’ad (mata hati). Alatnya adalah maārifat dan amalannya adalah mudawamah asma Allah dengan lisan dan hati (qolbu). Adapun keuntungan pengolahan dari ruh sulthoni adalah melihat pantulan āJamalillahā (keindahan Allah).
(3). Ruh Sairani Rawani (ruh ruhani), adalah ruh yg memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam malakut. Tempatnya adalah hati (qolbu). Alatnya adalah mudawamah asmaāul bathin tanpa suara dan huruf, hasilnya adalah maārifat kepada Allah Ta’ala, ilmu bathin, memperoleh ketenangan di dalam bergaul, hidupnya hati dan musyahadah di alam malakut (seperti menyaksikan surga dan ahlinya dan malaikatĀ²nya). Tempatnya di akhirat adalah surga tingkat ke dua yaitu jannatun naāim.
(4). Ruh Jismani, adalah ruh yg memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam mulki (alam terendah bagi ruh). Ruh jismani telah Allah tempatkan di dalam jasad antara daging dan darah tepatnya di wilayah dada dan anggota badan yg dzahir. Alat untuk mengolah ruh ini adalah syariāat, hasilnya adalah wilayah (pertolongan Allah), mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Allah), dan musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Allah). Keuntungan di akhirat akan ditempatkan di jannatul maāwa.
Setiap ruh itu mempunyai hanut (tempat) di daerah keberadaannya, dan bekal/alat pengolahannya dan keuntungan/hasil pengolahannya dan cara pengolahannya yg tidak pernah siaĀ² yg diketahui secara tertutup (rahasia) maupun secara terbuka. Oleh karena itu wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui cara mengolah dirinya, sebab apa yg dilakukan di muka bumi ini akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat.
Tujuan utama didatangkannya manusia ke alam terendah adalah agar manusia berupaya kembali mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai derajat (kembalinya manusia ke tempat asalnya) dengan menggunakan hati (qolbu) dan jasad. Maka perlu ditanamkan bibit tauhid di ladang hati agar tumbuh menjadi pohon tauhid yg akarnya tertanam di dalam rasa dan menghasilkan buah tauhid untuk mencapai ridha Allah Ta’ala. Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah akal.
Apa itu Akal?
Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain āgunakan akalmu!ā maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku, akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepala ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman yg mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa. Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita ini, otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yg benar menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara betulĀ², akan tetapi malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan sholat, perhatikanlah firman Allah berikut:
ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŁŁŲ§ŲÆŁŁŁŲŖŁŁ Ł Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŲµŁŁŁŲ§Ų©Ł Ų§ŲŖŁŁŲ®ŁŲ°ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ²ŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŲ¹ŁŲØŁŲ§ Ų°ŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ£ŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁ Ł ŁŲ§ ŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁŁŁ
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yg demikian itu adalah karena mereka benarĀ² kaum yg tidak mau mempergunakan akal. (QS. Al-Maidah: 58)
Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayatĀ² Allah baik yg kauniyah maupun kauliyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan:
Ų±ŁŲØŁŁŁŁŲ§ Ł ŁŲ§ Ų®ŁŁŁŁŁŲŖŁ ŁŁŁ°Ų°ŁŲ§ ŲØŁŲ§Ų·ŁŁŁŲ§
Tidak ada sesuatu apapun yg Allah telah ciptakan itu siaĀ².
Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat.
Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak, pernahkah anda makan pepes ikan mas? ketika kita makan dibagian kepalanya akan terdapat yg disebut otak ikan. Tapi sekarang adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada karena akal bukan di kepala dan akal bukan otak. Kalau akal diartikan otak seperti yg ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya akal. Jadi jelas bahwa akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu, sebagaimana Allah firmankan dalam surah Qaf ayat 37:
Ų„ŁŁŁŁ ŁŁŁ Ų°ŁŁ°ŁŁŁŁ ŁŁŲ°ŁŁŁŲ±ŁŁŁ° ŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲØŁ Ų£ŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŁŁ ŁŲ¹Ł ŁŁŁŁŁŁ Ų“ŁŁŁŁŲÆŁ
Sesungguhnya pada yg demikian itu benarĀ² terdapat peringatan bagi orangĀ² yg mempunyai akal atau yg menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya. (Qs. Qaf: 37)
Dalam ayat di atas Allah menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal.
Apa itu Nafsu?
Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yg berpotensi mendorong pada tabiāat badaniyah/biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Allah surah At-Takwir ayat 7:
ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁŲ³Ł Ų²ŁŁŁŁŲ¬ŁŲŖŁ
Dan apabila ruhĀ² dipertemukan (dengan tubuh).
Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh. Adapun nafsu memiliki tingkatanĀ². Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yg dikenal dengan istilah āmarotibun nafsiā yaitu terdiri dari:
(1). Nafsu Amarah
Nafsu amarah tempatnya adalah āash-shodruā artinya dada. Adapun pasukanĀ²nya sebagai berikut:
1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
2. Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
3. Al-Hasad artinya hasud
4. Al-Jahl artinya bodoh
5. Al-Kibr artinya sombong
6. Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi
(2). Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah tempatnya adalah āal-qolbuā artinya hati. Adapun pasukanĀ²nya sebagai berikut:
1. Al-Laum artinya mencela
2. Al-Hawa artinya bersenang-senang
3. Al-Makr artinya menipu
4. Al-Ujb artinya bangga diri
5. Al-Ghibah artinya mengumpat
6. Ar-Riyaā artinya pamer amal
7. Az-Zulm artinya zalim
8. Al-Kidzb artinya dusta
9. Al-ghoflah artinya lalai
(3). Nafsu Mulhimah
Nafsu mulhimah tempatnya adalah āAr-ruhā. Adapun pasukanĀ²nya sebagai berikut :
1. As-Sakhowah artinya murah hati
2. Al-Qonaāah artinya merasa cukup
3. Al-Hilm artinya murah hati
4. At-Tawadhuā artinya rendah hati
5. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Allah
6. As-Shobr artinya sabar
7. At-Tahammul artinya bertanggung jawab
(4). Nafsu Muthma’innah
Nafsu muthma’innah tempatnya adalah āAs-Sirrā artinya rahasia. Adapun pasukanĀ²nya sebagai berikut:
1. Al-Juud artinya dermawan
2. At-tawakkul artinya berserah diri
3. Al-Ibadah artinya ibadah
4. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
5. Ar-Ridho artinya ridho
6. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan
(5). Nafsu Rodhiyah
Nafsu rodhiyah tempatnya adalah āSirr AsSirrā artinya sangat rahasia. Adapun pasukanĀ²nya sebagai berikut:
1. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
2. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
3. Al-Waroā artinya meninggalkan syubhat
4. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
5. Al-Wafaā artinya tepat janji
(6). Nafsu Mardhiyah
Nafsu mardhiyah tempatnya adalah āAl-khofiyā artinya samar. Adapun pasukanĀ²nya sebagai berikut:
1. Husnul Khuluq artinya baik akhlak
2. Tarku maa siwAllah artinya meninggalkan selain Allah
3. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
4. Hamluhum āala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
5. Shofhu āan dzunubihim artinya memaafkan kesalahan makhluk
6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thobaāihim wa anfusihim ila anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwaĀ²nya ke arah bercahayanya ruhĀ² mereka.
(7). Nafsu Kamilah
Nafsu kamilah tempatnya adalah āAl-Akhfaā artinya sangat samar. Adapun pasukanĀ²nya sebagai berikut :
1. Ilmul Yaqiin
2. Ainul Yaqiin
3. Haqqul Yaqiin
Kesimpulan:
Dari semua pendapat diatas dan penjelasan diatas, kita dapat menarik sebuah kesimpulan atau garis besarnya. Yaitu pada hakikatnya Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu adalah satu kesatuan yg utuh dan tidak dapat dipisahkan. Bahkan Imam Al-Ghazali ra. mengatakan dalam kitabnya bahwa qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syaiāun wahidun). Tidak memiliki perbedaan, semuanya merupakan hal yg sama. Sehingga jelas bahwa keempat nama tersebut pada dasarnya adalah satu hal yg sama, memiliki fungsi dan tugas yg sama. Tinggal bagaimana kita membina, menuntun keempat hal ini agar betulĀ² mampu mengantarkan kita lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan mampu mengantarkan kita mencapai tujuan kita yaitu bertemu dengan-Nya.
Wallahu aālam bish shawab