Setiap ibadah yg tidak dibarengi dengan adab (kesopanan), maka ibadah itu sedikit sekali manfaatnya. Sementara para Masyayikh Sufi telah bersepakat, bahwa seorang hamba dengan ibadahnya akan bisa mendapatkan pahala dan masuk surga, tetapi ia tidak bisa sampai kehadirat Allah Ta’ala kecuali bila ibadahnya disertai dengan adab.
Sebagaimana yg sudah dimaklumi di kalangan kaum Sufi, bahwa maksud dan tujuan kaum Sufi dalam beribadah secara khusus adalah mendekat kehadirat Allah Ta’ala dan bermajelis di hadirat-Nya dengan tanpa ada hijab (penghalang).
Adapun pahala, hanyalah ibarat pakan binatang ternak belaka. Allah Ta’ala berfirman dalam Hadits Qudsi, “Aku adalah teman duduk orang yg selalu mengingat-Ku.” Yakni mengingat (berdzikir) dengan adab (kesopanan) dan qalbu yg hadir. Sedangkan yg dimaksud dgn majelis adalah tersingkapnya hijab bagi seorang hamba, bahwa ia sedang berhadapan dgn Allah Ta’ala, di mana Dia senantiasa melihatnya.
Ketika kondisi musyahadah ini selalu ada pada diri seorang hamba, maka dia akan menjadi “teman duduk” Allah Ta’ala. Akan tetapi jika ia kehilangan musyahadah ini, berarti ia keluar dari hadirat Allah Ta’ala.
ā¤ Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’rani qs., Lawaqihul Anwar al-Qudsiyyah
ļŗļ»ļ» ŁŁļ»¬Łļ»¢ŁŁ ļŗ»Łļ»ŁŁ ļ»Łļ» ļ»°Ł ļŗ³Łļ»“ŁŁļŗŖŁļ»§Łļŗ ļ»£Łļŗ¤Łļ»¤ŁŁļŗŖŁŲ ļŗļ»Łļ»ŁļŗļŗŁļŗ¢Ł ļ»Łļ»¤Łļŗ ļŗŁļ»Łļ» Łļ»Ł ļ»Łļŗļ»ŁļŗØŁļŗļŗŁļ»¢Ł ļ»Łļ»¤Łļŗ ļŗ³ŁļŗŁļ»ŁŲ ļ»§Łļŗļŗ»Łļŗ®Ł ļŗļ»Łļŗ¤Łļ»ŁŁ ļŗŁļŗļ»Łļŗ¤Łļ»ŁŁŲ ļ»Łļŗļ»Łļ»¬Łļŗļŗ©Łļ»± ļŗŁļ»Łļ»° ļŗ»Łļŗ®Łļŗļ»Łļ»Ł ļŗļ»Łļ»¤Łļŗ“ŁļŗŁļ»Łļ»“Łļ»¢Ł ļ»Łļ»Łļ» ļ»°Ł ļŗļ»Łļ»ŖŁ ļŗ£Łļ»ŁŁ ļ»ŁļŗŖŁļŗŁļ»©Ł ļ»Łļ»£Łļ»ŁļŗŖŁļŗļŗŁļ»©Ł ļŗļ»ļ»Łļ»Łļ»“Łļ»¢Ł