Jalannya terletak di antara dua kutub, syari’at dan hakikat. Ia dapat dikenali secara lahiriah, dan diakui secara batiniah. Sebagaimana syari’at dapat disebut sebagai Islam, maka tariqat dapat disebut sebagai Iman penerimaan.
Iman adalah penerimaan. Iman adalah penerimaan pada Allah, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Malaikat-malaikat-Nya, Hari Kiamat, Mizan, dan Takdir. Ia adalah suatu penghayatan batin atas tataran jagat raya, dari berbagai penjelmaan kenyataan-kenyataan dalam peristiwa, menjadi sebuah penyaksian di tataran jagat pribadi. Semuanya menjelaskan dan menerjemahkan makna-makna sifat ganda kehidupan dan rahasia kesatuannya.
Tariqat adalah berjalan keluar dari amannya kehidupan awam menuju kehidupan pencarian yang tidak lazim. Artinya meninggalkan proyek pribadi yaitu keluarga sebagai satu-satunya makna kehidupan. Allah Ta’ala telah memperingatkan bahwa itu adalah perangkap bagimu. Artinya meninggalkan proyek sosial berupa masyarakat dan janji-janji hadiahnya di masa depan dengan menjadi budaknya. Balasan masa depan bagi si pencari kini berada di Gaib dan setelah wafat, bukan di ujung hidup. Artinya meninggalkan proyek otobiografi ketenaran dan terpenuhinya segala keinginan, karena keakuan nafsu telah menjadi musuh bagi si pencari. Keakuan nafsu adalah musuh hingga berubah menjadi wujud sejati bercahaya berupa jiwa yang bersih, ruh.
Syari’at adalah ketundukan. Tariqat adalah melintas. Hakikat adalah kemenangan.
Sumber: 100 Langkah