Wirid dan Amalan Tarekat Rifa’iyah | Pejalan Ruhani

4 years ago

2 min read

Setiap tarekat memiliki amalan dzikir atau wirid. Dzikir dan wirid ini merupakan amalan ‘pokok’ yang harus dilaksanakan oleh setiap anggotanya.

Dalam keseharian, mereka harus menjalankan praktik dzikir atau wirid ini. Umumnya, hal itu dilaksanakan setelah shalat fardhu.

Tentu saja, wirid dan dzikir antara satu tarekat dengan lainnya berbeda-beda. Termasuk dalam hal ‘lelaku’ atau gerakan dzikir ini.

Namun, satu hal yang menjadi kesamaan hampir dalam seluruh tarekat adalah dzikir kalimat tahlil, yakni La ilaha illallah (Tiada Tuhan kecuali Allah). Kalimat ini senantiasa dibaca secara berulang-ulang.

Bentuk lainnya berupa dzikir vokal yang diucapkan secara teratur oleh kaum Rifa’iyah dalam zawiyah mereka. Dalam beberapa cabang Rifa’iyah, para pengikut mengucapkan berbagai doa dan selalu melafalkan nama-nama Allah (Asma’ul Husna). Misalnya, Allah, Hu (Dia), Hayy (Yang Hidup), Haqq (Yang Nyata), Qayyum (Yang Mandiri), Rahman (Yang Pengasih), Rahim (Yang Penyayang), dan lainnya.

Ciri khas Tarekat Rifa’iyah terletak pada dzikirnya. Dzikir kaum Rifa’iyah ini disebut ‘darwis melolong’ karena dilakukan bersama-sama dan diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Dzikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan.

Saat itu, mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, misalnya berguling-guling dalam bara api, tetapi tidak terbakar sedikit pun.

Sebelumnya, menurut John L Esposito dalam Ensiklopedia Oxford: Dunia Islam Modern, sebagian kaum Rifa’iyah terkenal karena mengikutkan praktik upacara, seperti menusuk kulit dengan pedang dan makan kaca.

Praktik seperti ini menyebar bersama Tarekat Rifa’iyah hingga ke kepulauan Melayu. Namun, pada masa kini, praktik-praktik tersebut tidak lagi dijalankan oleh para pengikut Rifa’iyah karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Di wilayah Sumatera, para pengikut Rifa’iyah memainkan dabus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan dzikir-dzikir tertentu. Dabus dalam bahasa Arab artinya besi yang tajam.

Christian Snouck Hurgronje dalam De Acehers mengatakan, dabus dan rebana yang kerap dimainkan di wilayah Sumatera ini sangat erat hubungannya dengan Tarekat Rifa’iyah.

Dabus ini juga berkembang di Tanah Sunda, sebagaimana diungkapkan oleh C. Poensen dalam bukunya, Het Daboes van Santri Soenda. Di Sumatera Barat, kesenian dabus ini dikenal dengan badabuih. Dalam Encyclopedia van Nederlandsch Oost India, disebutkan bahwa perkembangan Tarekat Rifa’iyah ini bersama-sama dengan permainan dabus.

 

Tiga ajaran dasar

Dalam beberapa cabang, pengikut Rifa’iyah harus mengasingkan diri dan melakukan penyendirian spiritual (khalwat). Praktik ini biasanya dilakukan paling sedikit selama satu pekan pada awal Muharram.

Menurut Sayyid Mahmud Abul Al-Faidl Al-Manufi, Tarekat Rifa’iyah mempunyai tiga ajaran dasar, yaitu tidak meminta sesuatu, tidak menolak, dan tidak menunggu.

Sementara itu, menurut Asy-Sya’rani, tarekat ini menekankan pada ajaran asketisme (zuhud) dan makrifat (puncak tertinggi dalam ajaran tasawuf).

Dalam pandangan Syaikh Ar-Rifa’i, sebagaimana diriwayatkan Asy-Sya’rani, asketisme merupakan landasan keadaan-keadaan yang diridhai dan tingkatan-tingkatan yang disunnahkan.

Asketisme adalah langkah pertama orang menuju kepada Allah, mendapat ridha dari Allah, dan bertawakal kepada Allah. “Barangsiapa belum menguasai landasan kezuhudan, langkah selanjutnya belum lagi benar,” kata Syaikh Ar-Rifa’i.

Mengenai makrifat, Syaikh Ar-Rifa’i berpendapat bahwa penyaksian adalah kehadiran dalam makna kedekatan kepada Allah disertai ilmu yakin dan tersingkapnya hakikat realitas-realitas secara benar-benar yakin. Menurutnya, cinta mengantar rindu dendam, sedangkan makrifat menuju kefanaan ataupun ketiadaan diri.

Irhamni MA dalam tulisannya mengenai Syaikh Ahmad Ar-Rifa’i mengungkapkan bahwa pendiri Tarekat Rifa’iyah ini semasa hidupnya pernah mengubah sebuah puisi bertema Cinta Ilahi.

“Andaikan malam menjelang, begitu gairah kalbuku mengingat-Mu. Bagai merpati terbelenggu atau meratap tanpa jemu. Di atasku awan menghujani derita dan putus asa. Di bawahku lautan menggelorai kecewa.

Tanyalah atau biarlah mereka bernyawa. Bagaimana tawanan-Nya bebaskan tawanan lainnya. Sementara dia bisa dipercaya tanpa-Nya. Dan dia tidak terbunuh, kematian itu istirah baginya. Bahkan, dia tidak dapat maaf sampai bebas karenanya.”

Syair di atas merupakan salah satu bentuk asketisme yang dilakukan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam mencapai hakikat tertinggi mengenal Allah, yakni makrifat.

Share this post

January 9, 2021

Copy Title and Content
Content has been copied.

Artikel

Baca juga:

Baca berbagai artikel Islami dan tambah wawasan bersama.

Hanya dengan Mengingat Allah | Pejalan Ruhani

Oleh: Abangda Zainuddin (Sumbawa) Selagi kita menjadi manusia maka kebahagiaan adalah sesuatu yang sangat kita inginkan. Tetapi apabila kita mendefinisikan kebahagiaan dengan mendapatkan apa yang

Ilmu Dirasah dan Ilmu Wiratsah | Pejalan Ruhani

Ilmu Dirasah dan Ilmu Wiratsah قال تعالى: “قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون.”وقال: “إنما يخشى الله من عباده العلماء.” العلم علمان: علم الدراسة

Napak Tilas: Kisah YM Ayahanda Guru | Pejalan Ruhani

Bismillahirrahmanirrahim. Dengan terlebih dahulu mengucapkan Astaghfirullaahal adziim yang sedalam-dalamnya, serta membaca Al-Fatihah dan Al-Ikhlas yang dihadiahkan kepada ruhaniah Ahli Silsilah Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah serta di

Hadits Jibril | Pejalan Ruhani

Dari Umar bin Khattab berkata: “Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasulullah S.A.W. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat

Gelas yang Bersih | Pejalan Ruhani

Seseorang bertanya, “Jika saya berdosa, lalu beristighfar, apakah kondisi saya sama dengan sebelum berdosa?” Alfaqir menatapnya sebentar, sambil menunjuk gelas di depan kami dan berucap;

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Sekretariat:
Perum Jaya Maspion Permata Beryl
B2-10 Gedangan, Sidoarjo
Jawa Timur
61254

Email Sekretariat:
suraubaitulfatih@gmail.com
baruk46@gmail.com

Web/App Developer:
Hubungi nomor atau email berikut untuk perihal teknis yang berhubungan dengan website/aplikasi Pejalan Ruhani.

aldibudimanputra@gmail.com
Whatsapp link