Menyalakan Pelita Qalbu: Memandang Wajah-Nya dalam Setiap Ciptaan

5 days ago

3 min read

Di kedalaman setiap insan, bersemayam sebuah inti kesadaran yang disebut sebagai qalbu. Ia bukanlah sekadar segumpal daging yang memompa darah, melainkan singgasana bagi pengenalan sejati. Qalbu ini, dalam keadaannya yang murni, adalah cermin yang siap memantulkan Cahaya Ilahi. Namun, cermin takkan berfungsi dalam kegelapan. Ia membutuhkan pelita, dan pelita bagi qalbu adalah perenungan (tafakkur). Ketika perenungan ini padam, maka qalbu pun jatuh dalam kelam, buta dari menyaksikan hakikat.

Ketahuilah, sesungguhnya perenungan itu terbagi atas dua tingkatan, layaknya dua sumbu pada sebuah pelita yang cahayanya berbeda keindahan dan kekuatan.

Sumbu Pelita Pertama: Renungan Pembuktian & Penguatan Iman

Ini adalah perenungan bagi para pemula di jalan spiritual, bagi mereka yang akalnya sedang mencari kepastian dan hatinya merindukan keteguhan. Ini adalah langkah pertama untuk keluar dari kegelapan kelalaian.

Lihatlah sekelilingmu. Perhatikanlah pergantian siang dan malam yang tanpa cacat, teraturnya orbit planet dan bintang, detailnya sehelai daun yang rumit, atau keajaiban lahirnya kehidupan dari setetes air. Setiap atom di alam semesta ini adalah sebuah surat cinta dari Sang Pencipta, sebuah tanda tangan Sang Seniman Agung.

Pada tahap ini, akal dan hati bekerja sama. Akal melihat keteraturan, keindahan, dan kekuatan pada ciptaan, lalu menyimpulkan adanya Sang Maha Teratur, Maha Indah, dan Maha Kuasa. Hati merasakan getaran kekaguman dan kerendahan diri di hadapan keagungan ini. Inilah renungan yang melahirkan pembenaran (tashdiq) dan mengokohkan pilar-pilar keimanan (iman).

Engkau melihat karya, dan engkau beriman pada Sang Pembuat Karya. Engkau melihat alam sebagai bukti, dan hatimu pun berkata, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Dia.” Ini adalah cahaya yang menerangi jalan, membuatmu yakin bahwa ada tujuan di balik perjalanan ini.

Sumbu Pelita Kedua: Penyaksian Langsung & Penglihatan Hakikat

Namun, bagi mereka yang tidak lagi puas hanya dengan meyakini adanya Sang Seniman dari jauh, ada sebuah cahaya yang lebih menyilaukan, sebuah perenungan yang lebih mendalam. Ini adalah perenungan bagi para pemilik bashirah, mereka yang matahatinya telah dibukakan oleh-Nya.

Pada tingkatan ini, alam semesta tidak lagi dipandang sebagai sekadar ‘bukti’ terpisah dari keberadaan Tuhan. Sebaliknya, seluruh alam semesta disaksikan sebagai manifestasi langsung dari Sifat-Sifat-Nya, sebagai tajalli atau penampakan dari Wajah-Nya yang Tak Terlihat. Engkau tidak lagi melihat ciptaan lalu mengingat Pencipta. Engkau melihat Pencipta dalam dan melalui setiap ciptaan.

Getaran angin bukan lagi sekadar fenomena fisika, tetapi adalah sentuhan dari Sifat Lembut-Nya (al-Lathif). Panasnya matahari bukan lagi sekadar energi, tetapi adalah percikan dari Rahmat-Nya yang menghidupkan. Keindahan sekuntum bunga bukanlah miliknya sendiri, tetapi adalah pantulan dari Keindahan Mutlak-Nya (al-Jamal). Bahkan kefanaan dan kehancuran segala sesuatu menjadi bukti nyata akan Kekekalan-Nya (al-Baqi).

Di sini, tauhid menjadi sebuah pengalaman yang intim. Kalimat “Tiada Tuhan selain Allah” (Lā ilāha illallāh) tidak lagi bermakna “tiada sesembahan selain Allah”, tetapi melebur menjadi “tiada wujud hakiki selain Wujud Allah”. Segala sesuatu selain-Nya hanyalah cermin, bayang-bayang dari Hakikat-Nya yang Esa. Mereka ada bukan dengan sendirinya, tetapi ada semata-mata karena diadakan dan ditopang oleh-Nya setiap saat. Inilah kontemplasi penyaksian (musyahadah), di mana qalbu tidak lagi ‘berpikir tentang’ Tuhan, tetapi ‘menyaksikan’ jejak-Nya di mana pun ia memandang.

Masuk ke Medan Perenungan: Pentingnya Kesendirian (‘Uzlah)

Bagaimana seseorang dapat menyalakan pelita ini, terutama sumbu keduanya yang begitu cemerlang? Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi qalbu untuk tujuan ini selain menarik diri sejenak ke dalam kesendirian (‘uzlah), untuk memasuki medan perenungan.

Dunia ini, dengan segala hiruk pikuknya, adalah badai yang memadamkan nyala pelita. Tuntutan, keinginan, pujian, dan celaan manusia adalah angin kencang yang membuat cermin qalbu bergetar dan gambarnya menjadi kabur. ‘Uzlah bukanlah sekadar mengasingkan tubuh secara fisik, tetapi yang lebih utama adalah mengasingkan qalbu dari ketergantungan dan perhatian kepada selain Dia.

Dalam keheningan ‘uzlah itulah, bisikan-bisikan hakikat mulai terdengar. Dalam kesendirian itu, qalbu memiliki ruang untuk memoles dirinya, membersihkan debu-debu duniawi, hingga ia kembali jernih. Di sanalah, di medan sunyi itu, seseorang dapat dengan sungguh-sungguh memulai perenungannya, beralih dari sekadar memikirkan bukti menjadi menyaksikan Sang Empunya Bukti.

Maka, nyalakanlah pelitamu. Mulailah dengan merenungi ciptaan-Nya untuk menguatkan imanmu. Lalu, dengan pertolongan-Nya, selamilah samudra penyaksian hingga engkau tidak lagi melihat dua, melainkan hanya melihat Yang Maha Esa, yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan yang Batin, dalam setiap tarikan napas dan denyut nadi kehidupanmu.

Share this post

July 26, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Artikel

Baca juga:

Baca berbagai artikel Islami dan tambah wawasan bersama.

Tingkatan Wali Allah | Pejalan Ruhani

Syaikh Abu Hasan Ali al-Hujwiri dalam kitabnya yang berjudul Kasyf Al-Mahjub, mengatakan bahwa wali Akhyar sebanyak 300 orang, wali Abdal sebanyak 40 orang, wali Abrar sebanyak 7 orang, wali Autad sebanyak 4 orang, wali

Para Wali Allah | Pejalan Ruhani

Baginda Nabi SAW bersabda dalam riwayat Abu Daud,   إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ

Tentang Allah | Pejalan Ruhani

Al-Baqarah ayat 186 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِى وَلْيُؤْمِنُوا بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ Dan apabila hamba-hamba-Ku

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Sekretariat:
Perum Jaya Maspion Permata Beryl
B2-10 Gedangan, Sidoarjo
Jawa Timur
61254

Email Sekretariat:
suraubaitulfatih@gmail.com
baruk46@gmail.com

Web/App Developer:
Hubungi nomor atau email berikut untuk perihal teknis yang berhubungan dengan website/aplikasi Pejalan Ruhani.

aldibudimanputra@gmail.com
Whatsapp link