Jilid III
TENTANG
AGAMA – METAPHYSIKA – ILMU EKSAKTA
diutarakan dalam judul
QUO VADIS ummat Manusia dengan Ilmu BEDAHNYA?
QUO VADIS seluruh ummat Manusia dengan AGAMANYA?
dan
Uraian Ringkas tentang AYAT AL-QUR’AN: NURUN ALA NURIN
dan WASILAH
Tanggal 15 Februari 1985
I.BUKU ini KHUSUS ditujukan kepada Beliau-beliau yang di bawah ini :
1. Para Ahli Tasauf
2. Para Ahli Fisika dan Ahli Fikir lain-lainnya
3. Mereka yang meriset dan mencari kebenaran
4. Para Ahli Teknologi dan Ahli Eksakta lainnya (Para Dokter, Insinyur, Teknolog yang beriman dan Taqwa)
5. Para Ulama yang berpandangan Luas dan Dalam
6. Para Negarawan, Pimpinan Angkatan Bersenjata dan Pimpinan Masyarakat yang berilmu, beriman dan taqwa.
II. ISI BUKU ini DILARANG untuk diamalkan sendiri-sendiri TANPA PIMPINAN WALIYAM MURSYIDA, karena PERJALANAN yang ditempuh adalah sangat Halus dan Luas, penuh Bahaya Tersembunyi, yang tidak kalah mungkin dapat dilihat dan diukur oleh si Pengamal, tanpa KONTROL/Pimpinan dari WALIYAM MURSYIDA yang telah mendapat BREVET BESAR/IJAZAH BESAR dari Para Ahli Silsilah yang disyahkan.
III. Mereka yang Bukan Ahli Tasauf, Bukan Ahli Ilmu Eksakta,Bukan Ahli Filsafat atau Ahli Fikir, dan Ulama yang Tidak Berpandangan Luas dan Dalam, rasanya Tidak Mungkin dapat memberikan Penilaian akan Buku ini, karena Tidak memiliki Bahan secukupnya untuk itu.
KATA PENGANTAR
Perkembangan Ilmiah pada masa akhir-akhir ini telah bergerak sedemikian jauh, hingga sampai pada batas menjelajahi bidang-bidang yang selama berabad-abad sebelumnya, belum sampai dijamah. Bidang-bidang keilmuan telah mulai memasuki hingga sampai pada batas-batas keilmuan alam Fisika, dan mulai bidang-bidang Parapsikologi dan lain-lain.
Sebagaimana terlihat dalam Ilmu Fisika, tentang teori medan gabungan dari Einstein dan azas-azas ketidak tentuan Heisen Berg serta Ilmu-Ilmu Parapsikologi dan Ilmu Kosmologi.
Ilmiah sekarang mulai menjamah bidang-bidang batas keilmuan antara Ilmiah Filsafat dan Agama dan pada umumnya ilmiah mulai kelihatan gagal dalam missionnya, bila menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, karena sebetulnya hakikat tertinggi dari wujud alam ini harus ditembus melaui ilmu-ilmu Agama (khususnya dalam bidang Tasaufnya) bersama-sama dengan Ilmu Teknologi Modern yang halus dan tinggi, sebagaimana terlihat dalam Kuliah-Kuliah /Uraian-uraian Bapak Prof.DR.H.S.S KADIRUN YAHYA MA, Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi di Medan, seorang Guru Besar dalam Ilmu Fisika-Kimia, sekaligus pula Guru Besar dalam lmu dan Sufi (seorang sayyidi syaikh, yang benar-benar ahli dalam Ilmu Teori dan Prakteknya) yang kesimpulannya ialah : Belief in God is no longer more a Belief, but it has become a science of the highest dimension.
Kepercayaan pada Tuhan, bukan lagi merupakan kepercayaan semata-mata, tetapi kepercayaan telah bertukar wujud menjadi ilmiah yang setinggi-tinggi dimensinya.
Sesuai dengan sabda-sabda Rasulullah :
الإسلام علمي و عملي
“Islam adalah Ilmiah dan Amaliah”(HR Bukhari)
الإسلا م يعلوا ولا يعلى عليه
“Islam itu sangat tinggi (Ilmiahnya dan Amaliyahnya) tiada yang dapat melebihinya/mengalahkannya (ilmiayahnya dan amaliyahnya tak ada taranya = ∞ )” (HR.Bukhari)
Dengan demikian, Kepercayaan telah menjadi Keyakinan yang sangat Ilmiah,sehingga Iman dan Taqwa menjadi Maha Kuat.
Dan kepercayaan dogmatic pasti akan hilang lenyap ! Khilafiah pasti akan musnah habis ! Dengan sendirinya kesatuan faham dapat terwujud dengan gemilang ! Yang melahirkan kesempurnaan HABLUMMINANNAS dan kemurnian HABLUMMINALLAH. Ayat-ayat Quran yang mutasyabihat akan dapat diungkapkan maknanya yang sebenar-benarnya!
Segala Aliran Kebatinan yang tidak menentu dan menyesatkan, yang selama ini oleh Agama-Agama yang diakui, tidak mampu membendungnya, pasti akan lebur dengan sendirinya.
Dan semuanya ini berarti : Kemenangan yang tiada taranya, khususnya bagi seluruh Kaum Muslimin di Dunia, umumnya kemenangan bagi seluruh umat beramat di seluruh dunia.Teristimewa kemenangan terhadap atheisme, Syirik-isme, Kafir-isme dan lain-lain sebagainya, kemenangan secara zahir dan batin dan teknologis.
الحمدلله رب العلمين
LIMTI adalah sebuah Lembaga Ilmiah yang bergerak untuk membuktikan kenyataan-kenyataan di atas, lewat pembahasan – pembahasan yang sangat ilmiah dan pengalaman-pengalaman yang empiris, serta pembuktian Metafisika secara Ilmu Eksakta.
Buku ilmiah berikut ini, yang kami anggap sangat tinggi nilainya, juga menunjukkan jalan keluarnya terhadap pemecahan persoalan-persoalan yang sangat pelik yang dihadapi Dunia Internasional serta Perikemanusiaan dalam zaman mutakhir dewasa ini, kami beri nama :
MUTIARA ALQURAN
DALAM
CAPITA SELECTA III TENTANG
AGAMA
METAFISIKA
ILMU EKSAKTA
Sebagai lanjutan dari pada CAPITA SELECTA Jilid I dan CAPITA SELECTA Jilid II, gubahan dari yang sangat kami hormati Bapak PROF.DR.H.KADIRUN YAHYA, yang kedua-duanya juga mempunyai nilai yang sangat tinggi, dalam membina Agama dan Kemanusiaan sepanjang masa.
Sumbangsih LIMTI ini, selain untuk tujuan yang tersebut di atas, khususnya pula adalah dalam rangka upayanya, untuk menegakkan TAUHID yang sebenarnya di Bumi Persada Indonesia, membela Panji-Panji Kebesaran KALIMATULLAHI HIYAL ULYA, demi terciptanya Manusia Pembangunan Seutuhnya, sebagai sumbangsihnya terhadap Negara Republik Indonesia yang kita cintai, yang berdasarkan Azas Tunggal PANCASILA dan UNDANG UNDANG DASAR 1945.
Akhirulkalam LIMTI mengucapkan terima kasih atas sumbangan dan buah pikiran dalam tulisan ini kepada DR.S.SOEWANDI FICS, semoga amal baktinya diterima Allah SWT.
Sekianlah prakata ala kadarnya dari Risalah “Sakral” yang sangat bernilai nilai ini, semoga kita semuanya mendapat Taufik dan Hidayah dari Allah SWT. Amin.
Medan, 15 Februari 1985
Wassalam dari kami,
LEMBAGA ILMIAH METAFISIKA TASAUF ISLAM
( LIMTI )
PROF.DR.HAJI SAYYIDI SYECH KADIRUN YAHYA………Chairman
DRS.HAJI M.JAFAR ALI SH……………………………………Direktur I
DRS.HAJI ACHMAD MUDJIB………………………………….Direktur II
DR.HAJI S.SOEWANDI FICS……………………………………Direktur III
DRS.HAJI ISKANDAR ZULKARNAIN,SH…………………….Staf Ahli
DRS.HAJI A.KHALIK FAJDUANI,SH………………………….Staf Ahli
DRS.HAJI SYAHRIL MALIK…………..Perwakilan Jakarta/seluruh Jawa
KIYAI ZARKASYI………………………………………Staf Ahli, Jakarta
KIYAI MUCHTAR GHAZALI………………………….Staf Ahli, Jakarta
KIYAI HAJI A.WAHID…………………………………Staf Ahli, Jakarta
DRS.HANNA DJUMHANA B………………………….Staf Ahli, Jakarta
IR.ABDURRACHMAN MUSTAZIR……………………Staf Ahli, Jakarta
MOTTO :
الإسلام علمي و عملي
Al Islam adalah Ilmiah dan Amaliah (HR Bukhari)
Namun LIMTI TIDAK mengilmiahkan TUHAN, LIMTI hanya mengilmiahkan APA-APA yang diciptakan-Nya. Sesuai dengan Hadis Riwayat Najjar dan Rafi’i dari Abu Hurairah : Berfikirlah kamu tentang apa yang diciptakan Allah dan jangan berfikir tentang ZATNYA.
LIMTI TIDAK mengumpamakan TUHAN dengan SESUATU apapun, LIMTI hanya menunjukkan, PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN yang ada di Alam Fisik, yang menunjukkan KEBESARAN-KEBESARAN ALLAH SWT di Alam METAFISIK. Sesuai dengan Firman Allah dalam Alquran :Surat Asy-Syura ayat 11:Tak ada suatu pun yang menyerupai-Nya, DIA Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(Tafsir Mahmud Yunus) .Surat An-Nur ayat 35 : Allah menunjukkan beberapa perumpamaan untuk manusia, Allah Maha Mengetahui tiap-tiap sesuatu (Tafsir Mahmud Yunus).Surat Yusuf ayat 105: Beberapa banyaknya Ayat-ayat (tanda-tanda Allah) di langit dan di bumi, sedangkan mereka melewatinya, tetapi mereka berpaling dari pada-NYA (Tafsir Mahmud Yunus)
LIMTI TIDAK mempersoalkan hal-hal yang bersangkutan dengan RUKUN IMAN,RUKUN ISLAM, AQIDAH ISLAM dan ILMU TAUHID, semua TIDAK diganggu gugat barang satu zarah pun, karena semua itu SETTLED dengan SEMPURNA oleh Allah SWT.
LIMTI adalah salah satu lembaga yang berfungsi sebagai BHAYANGKARA ISLAM dan yang bertekad menjadi Pahlawan Islam terhadap Kafir-isme, Syirik-isme dan lain-lain, atas dasar AlQuran, AlHadis dan Ilmu Eksakta.
LIMTI merupakan TEROMPET yang mengumandangkan Kemenangan AlIslam dan menunjukkan adanya ENERGI yang MAHA DAHSYAT yang selama ini Tersimpan, Terpendam dan Tersembunyi di dalam METAFISIK ALQURAN dan ALHADITS, dan menunjukkan cara mengeluarkannya, Energi mana bukan saja mampu membentengi diri Ummat Islam, tetapi juga MAMPU menghadapi segala macam senjata Mutakhir apa saja pun dan dari mana saja pun di akhir zaman.
LIMTI adalah TEROMPET dari Fakultas Ilmu Metafisika (atas dasar Ilmu Eksakta) dari Universitas Pembangunan Panca Budi yang merupakan hanya satu-satunya Badan Ilmiah di Dunia yang menggalai secara sangat Ilmiah Isi Teknologi Alquran dan AlHadits untuk dapat dimanfaatkan bagi kemenangan zahir batin ummat beragama di akhir zaman demi kebesaran Kalimatullahi hiyalulya!
KATA PEMBUKAAN
Surat An-Nur, ayat :
35. Allah (memberi) nur (cahaya)langit dan bumi. Umpama cahayaNya, seperti sebuah lubang di dinding rumah, di dalamnya ada pelita. Pelita itu di dalam gelas. Gelas itu seperti bintang yang berkilau-kilauan. Pelita itu dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati, yaitu minyak zaitun yang (tumbuh) bukan di Timur dan bukan pula di Barat,minyak itu hampir bercahaya dengan sendirinya, meskipun tiada disentuh api. Cahaya berdampingan dengan cahaya. Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya kepada cahaya-Nya itu. Allah menunjukkan beberapa contoh untuk manusia. Allah Maha Mengetahui tiap-tiap sesuatu.
36. Pelita itu dalam rumah (mesjid) yang telah diizinkan Allah menghormatinya dan menyebut nama-NYA dalam rumah (mesjid = rumah Allah) itu, serta bertasbih di dalamnya pagi dan petang.
37. Beberapa orang laki-laki yang tidak lalai karena perniagaan dan tiada pula karena berjual beli dari mengingat Allah dan mendirikan sembahyang serta memberikan zakat; mereka takut akan hari yang berguncang segala hati dan pemandangan di waktu itu.
38. Supaya Allah membalasi mereka dengan yang terlebih baik dari amalan mereka dan menambah kurnia untuk mereka. Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan tiada terhisab (tak terhingga).
39. Orang-orang yang kafir amalan mereka itu, seperti bayangan panas di padang pasir, orang yang haus mengira, bahwa itu adalah air. Sehingga apabila ia sampai ke tempat itu, ia tiada mendapati suatu apapun dan dia tiada mendapati rahmat Allah di sisi amalannya, lalu Allah menyempurnakan perhitungannya, Allah amat cepat perhitungan-Nya.
40. Atau amalan mereka seperti gelap gulita di tengah-tengah laut yang dalam dilamun ombak, di atas ombak itu ada ombak pula,di atasnya ada awan. Gelap-gulita bercampur gelap-gulita. Apabila seseorang mengeluarkan tangannya, hampir ia tiada dapat melihatnya. Barang siapa yang tiada diberi Allah cahaya, maka tidak adalah cahaya untuknya.
41. Tidaklah engkau tahu, bahwa siapa yang di langit dan di bumi dan burung terbang di udara, semuanya tasbih (tunduk) kepada Allah. Masing-masingnya Allah mengetahui do’anya dan tasbihnya.Allah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka kerjakan.
42. Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah tempat kembali.
Kesimpulan/Ringkasan :
Orang-orang yang diridhai Allah SWT ialah mereka yang mendapat Nurun ala Nurin,hati mereka selalu bergantung pada Rumah-Rumah Allah,dan selalu basah lidahnya dengan tasbih dan zikir pada Allah pagi dan petang, mereka tak dapat dilalaikan oleh urusan Duniawi, mereka mereka selalu taat beribadat dan pemurah hatinya, namun hidup mereka selalu dilapangkan Allah SWt, rezki dunianya berlimpah (lebih dari cukup) apalagi kekayaan rohaninya tak terbatas banyaknya dilimpahkan Allah padanya.
Orang-orang yang tidak mendapat Nurun ala Nurin dari Allah, hidupnya gersang, ianya selalu keluh kesah, hatinya gelap gulita pada Makrifat akan Allah, hidupnya seperti dipermainkan gelombang kehidupan,terombang-ambing seperti di atas Samudera yang gelap gulita dan di Akhirat mereka dikumpulkan bersama-sama dengan orang buta, sesuai dengan Firman Allah dalam Alquran :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةًَ ضَنْكًَا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَمَةِ أَعْمَىٰ
“Barangsiapa yang tidak mau zikir akan AKU dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di Akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta (karena semasa hayatnya tidak pernah mau berusaha/berjuang memiliki Nur Cahaya Agung:Nurun ala Nurin dan mereka tidak akan mendapat petunjuk daripada Allah SWT” (QS Thaha :124).
Sesuai dengan Firman Allah
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَهُوَالْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًَّا مُرْشِيْدًَا
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat,maka tidak ada seorang Waliyam Mursyida (pemimpin peramalan/Zikrullah) yang memberinya petunjuk”(QS Al-Kahfi :17)
Tema yang berjudul “QUO VADIS SURGERY” (akan kemanakah ilmu bedah ini) yang dibicarakan pada kongres Internasional College of Surgeon (kongres Ahli Bedah Internasional) di Manila pada bulan Desember 1984 yang lalu telah menggugah hati seorang Chirurg untuk membahas tema ini, dipandang dari sudut seorang ahli bedah.
Teknologi dan Ilmu Kedokteran makin lama makin maju.Transplantasi alat-alat vital dalam tubuh seperti jantung,ginjal dan hati telah mampu dikerjakan.
Bayi tabung berhasil dijadikan.Apakah pada suatu ketika dokter Ahli Bedah itu tidak melakukan sesuatu,yang melampaui batas yang diridhai Allah SWT?
Kita mengetahui bahwa manusia itu berbeda dengan makhluk hewan, karena manusia ini merupakan makhluk yang dapat berfikir dan mencari kebenaran.
Kebenaran yang dicari manusia dapat dicapai melalui 3 jalur,yaitu :
1. Ilmu Pengetahuan
2. Filsafat
3. Agama
Karena kebanyakan dari manusia merupakan orang awam dan bukan Profesor atau Ahli Filsafat, maka jalur yang paling mudah bagi umat manusia untuk mencapai kebenaran, adalah melalui jalur agama.
Namun di zaman modern dewasa ini, manusia juga sudah pula berfikir sangat sistematis dan sangat “critical”.Bila manusia umpamanya hendak melaksanakan sesuatu projek, terlebih dahulu ditetapkannya apa”objective” atau “goal” atau “tujuan” yang hendak dicapainya, untuk kemudian menyusun suatu rencana pekerjaan berdasarkan suatu sistem analisis atau membuat suatu “flow chart“.
Bila dewasa ini manusia mengadakan instropeksi tentang apakah sebenarnya yang menjadi tujuan hidupnya di dunia, maka kita akan sadari, bahwa hanya mungkin beberapa orang saja yang telah memikirkan benar-benar dan dalam-dalam apa yang sebenarnya yang menjadi tujuan hidup mereka.Kebanyakan mereka hanya mempunyai satu tujuan hidup duniawi semata-mata, umpamanya pangkat, kesuksesan, kekayaan, kebahagiaan duniawi dan sebagainya.
Di dalam pandangan hidup seorang Muslim, seperti telah diuraikan oleh H.Endang Saifuddin Anshari M.A dalam Kuliah Al-Islam untuk pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi tahun 1980, halaman 91, dinyatakan bahwa tujuan hidup ditinjau dari segi arahnya, dapat dibagi dalam :
1. Tujuan Hidup Arah Vertikal
Untuk mendapat ridha /cinta Allah dan berhampir pada-Nya.
2. Tujuan hidup arah horizontal :
a.Ditinjau dari segi lingkungan,
1) Tujuan sebagai individu
2) Tujuan sebagai anggota keluarga
3) Tujuan sebagai warga lingkungan/kampung
4) Tujuan sebagai warga negara/bangsa
5) Tujuan sebagai warga dunia
6) Tujuan sebagai warga alam semesta (Universum)
b. Ditinjau dari segi umum.
1) Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat
2) Rahmat bagi segenap alam.
Bagaimanakah sekarang umat manusia dapat mencapai tujuan hidup secara horizontal ?
a. Dengan memakai Pedoman Hidup yang ditentukan oleh :
1. Alquran
2. AsSunnah
b. Melaksanakan tugas /fithrah hidup berupa ibadah ( mengabdi, melaksakan pengabdian, memperhambakan diri) kepada Allah.
Dapat diumpamakan tujuan hidup horizontal seperti sebuah taman yang diRidhai Allah SWT, di mana kunci pintu masuknya adalah Iman dan Taqwa seseorang pada Allah SWT.
Tetapi ini semua, Alquran dan Hadits, sebagai Pedoman Hidup, dan ibadah sebagai tugas hidup, semuanya merupakan perintah Tuhan bagi manusia dalam hidupnya di Dunia, agar mencapai Ridha Allah SWT Dunia dan Akhirat.
Dan semua itu dilaksanakan oleh jasmaniah dan akal/pikiran kita yang pada suatu ketika akan berhenti, bila kita mati dikubur dan menjadi tanah kembali, dimana akal pikiranpun turut pula lenyap tak berbekas untuk selama-lamanya.
انا لله وانا اليه راجعون
Sekarang kegiatan Tujuan Hidup arah Vertikal ke atas
(URAIAN RINGKAS TENTANG NURUN ALA NURIN)
Bagian dari manusia yang akan kembali ke pangkuan Allah SWT adalah Roh manusia. Oleh sebab itu Roh dalam hidup kita di dunia, selalu juga harus dilatih munajat secara vertikal ke atas, untuk sampai dan selalu berhampiran ke hadirat Allah SWT. Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan saluran Tali Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah (termasuk banyak berzikir dan Shalat) dan carilah cara (metode untuk mendekatkan diri pada-Nya) dan berjihadlah (sungguh-sungguhlah berjuang, secara intensiflah beramal) pada jalan-Nya itu (pada metode itu) semoga kamu menang (QS Al-Maidah:35)”
Ayat tersebut jika diuraikan secara terperinci dan teranalisa merupakan TALI ROHANI yang sambung-menyambung, rantai berantai, namun tetap bersatu dengan Rohani Rasulullah, karena pancaran yang terus menerus dan selalu diteruskan dari Nuurun alaa nuurin yahdillaahu li nuurihii mayyasyaa’u.
نور على نور يهدالله لنوره من يشآء
(Nur Ilahi beriring dengan Nur Muhammad, yang diberikan-Nya pada orang-orang yang dikehendaki-Nya (QS An-Nur:35)
Hal ini sesuai pula dengan Firman Allah SWT dalam AlQuran :
وَاعْتَصِمُوْابِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًاوَلاَتَفَرَّقُوْا
“Berpeganglah kamu pada Tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai (QS.Ali Imran : 103)”
Dapat kita terangkan di sini bahwa arti TALI ALLAH dalam arti ZAHIR BATIN ialah :
Arti ke-1 (Zahir) :
Firman-firman Allah dan Hadis Rasulullah yang didengar oleh telinga dan tertulis dilihat oleh mata dan diolah oleh otak, kemudian untuk dijadikan Perangai dan Mental,maka Pribadi kita pun menjadi Islam-lah. Tali Allah zahir tersebut diturunkan Rasulullah secara turun-temurun melalui lisan jasmani Rasulullah.
Arti ke-2(Batin) :
Nurun ala nurin bagi Roh kita, yang juga secara turun-temurun diterima dari Rasulullah SAW, bukan memalui lisan Beliau tetapi melalui Rohani beliau, otak kita dapat diajari secara lisan, sehingga ia jadi Islam, tetapi Roh kita tidak dapat di Islam-kan dengan ajaran melalui lisan manusia karena dimensinya berlainan, walau pun ia beserta dengan tubuh jasmani kita sendiri setiap saat.
Untuk meng-Islamkan Roh itu, ia harus diisi dengan Rohani Rasulullah yaitu Nur Muhammad atau Nurun ala nurin, yang diterima Rasul daripada Allah SWT yang berisikan Kalimah Allah murni dan tulen dari Allah sendiri, dengan segala kebesaran dan keagungan-Nya yang bergetar dengan getaran yang Maha Ultra Sonoor, yang Maha Dahsyat, yang tidak mampu diterima oleh bumi,langit,lautan dan seluruh alam,mereka semua kan hancur luluh, yang mampu menerimanya ialah jenis Bani Adam yang dikehendaki Allah SWT,yaitu para Mukmin sejati, sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Qudsi Riwayat Abu Daud:
لَمْ يَسَعْنِيْ اَرَْضِيْ وَلاَسَمَائِ وَوَسِعْنِيْ قَلْبُ عَبْدِىالْمُؤْمِنُ الَّيِّنُ الْوَادِعُ
“Tak dapat memuat Zat-Ku,Bumi dan langit-Ku, yang dapat memuat Zat-Ku ialah hati hamba-Ku yang Mukmin,lunak dan tenang “
Barulah roh itu Islam dan menjadi Mukmin, seperti Roh Rasulullah SAW sendiri dan sekaligus Roh dari segala para Anbiya Allah, karena Roh ini telah berisi Zat yang sama yaitu Nuurun ala nuurin yahdillaahu li nuurihii mayyasya’u.
Bukankah para Mukmin yang tahqiq pada Allah dan Rasul, sebagai Waritsatul Anbiya berhak mewarisi segala apa yang diterima para Rasul dari Allah SWT , zahir maupun batin.
Janganlah kita beranggapan bahwa Islam yang dikenal selama ini secara zahir atau awam, sudah merupakan Islam keseluruhan. Itu baru hanya sebagian saja dari Al-Islam yang Maha Luas dan yang Maha Dalam.
Islam adalah Projek yang Maha Hebat dari Allah SWT yang Maha Pintar dan Maha Agung.
Projek Prof.Dr.Einstein saja pun menghasilkan Bom Atom dan Bom Nuklir sudah dahsyat, apalagi Projek Allah SWT adalah Maha Dahsyat.
Bukankah Islam dengan kehebatan kalimah Allah-nya, mampu mengatur dan menyelesaikan serta menyempurnakan Kehidupan Mukmin itu di dunia, di Kubur, di Padang Mahsyar,di Titian Sirathal Mustaqim dan di Surga ?
Semua itu harus dan mesti dapat diatur dan diselesaikan dalam kehidupan di dunia ini, bukan di mana-mana !Begitulah dahsyatnya, hebatnya aksi radius Kalimah Allah Haqiqi yang dibawa AlIslam melalui Nur-Nya, sehingga mampu menembus sampai ke kubur,Padang Mahsyar,ke titian Sirathal Mustaqim dan ke surga!
Begitu agung Islam itu, hingga Allah sendiri menyebut
إِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّهِ الاِسْلٰمُ
“Sesungguhnya agama yang diridhai pada sisi Allah ialah Islam (QS Ali Imran :19)”
Di dalam Hadispun disebutkan :
الإسلام يعلوا ولا يعلى عليه
“Islam itu sangat tinggi,tiada yang dapat melebihinya/ mengalahkannya (HR Bukhari)”
Kalau kedapatan dewasa ini orang-orang Islam kalah di mana-mana di dunia, ia harus benar-benar prihatin dan waspada, bahwa kekalahan Islam di seluruh dunia, adalah merupakan Barometer yang nyata yang menunjukkan bahwa ia sudah slip /tergelincir dari pengalaman Islam-nya, kalau ini berkelanjutan terus menerus begini, Quo Vadis Ummat Islam dengan Agamanya! Ia segera harus mengadakan instropeksi dirinya. Ia harus sadar, bahwa ia tidak lagi mewarisi Kekeramatan, Kedahsyatan, Keagungan, Kemenangan Islam yang haqiqi !Ia harus sadar bahwa kekalahannya bukan terletak pada Syi’ar Zahir Islamnya! Tetapi dalam hubungan haqiqi yang Maha Halus dengan Allah SWT,yang Channelnya, Salurannya sudah tertutup. Di situ letak “slip-nya” dan kekurangannya. !
Bukankah Nabi SAW bersabda :
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُرَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَيَذْكُرُرَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّت
“Perbandingan orang yang (tahqiq) ingat akan Allah, dengan orang tidak ingat ingat (tidak ada hubungan) akan Allah, adalah seperti orang hidup dengan orang mati” (HR Bukhari,Muslim dan Baihaqi).
Kalau benar-benar orang Islam itu ada hubungannya dengan Allah, maka ia tidak akan mungkin dapat dikalahkan oleh siapa pun di dunia ini.Tidak mungkin orang hidup dapat dikalahkan oleh orang yang mati !
KONKLUSI :
Dan tidak mungkin pula Nuklir dari Negara-negara Super Power walaupun bagaimana hebatnya,mampu mengalahkan “Nuklir” kalimah Allah yang Maha Dahsyat dari Al-Islam.
Disini letaknya ke-Superior-an Khalifah Allah, sebagai satelit/komputer, Aparat yang Maha Dahsyat dari Allah SWT, yang sewaktu-waktu mampu “memuntahkan” atom-atom kalimah Allah, yang akan memusnahkan lawan yang bagaimanapun tangguhnya. Atas dasar Hukum Kehidupan,Energi dari Teknologi Alam Fisik, pasti di bawah/dikalahkan oleh Energi dari Teknologi Alam Metafisika Alquran, yang getarannya maha Ultra Sonoor dan Maha Dahsyat,yang frekwensinya tak terbatas (tak terhingga) dan dimensinya pun tak terbatas tingginya (tak terhingga).
Dalam Ilmu Kedokteran, akal pikiran dan proses kejiwaan, berhubungan dengan otak kita serta bergantung pada kesadaran seseorang. Bila kita tidak sadar atau tidur maka akal/pikiran kita akan berhenti atau hilang. Tetapi Roh kita tetap berada di dalam tubuh kita selama hayat dikandung badan.
Ingat saja bila seorang penderita dibius (berada dalam narkose) atau menderita gegar otak hingga tidak sadar. Pada saat itu segala akal/pikiran dan proses kejiwaan yang dimiliki seorang penderita akan hilang untuk sementara waktu, selama penderita tidak sadar. Tetapi selama penderita masih hidup, rohnya yang hidup tetap berada dalam tubuhnya.
Karena itulah eksistensi Roh itu terpisah dari akal /pikiran kita, bahkan bertempat pada dimensi yang lebih tinggi dari akal/pikiran, mental dan jasmaniah manusia.
Dengan demikian,Roh tidak termasuk di dalam unsur akal budi dan alam pikiran atau mental, tetapi merupakan suatu unsur tersendiri, yang lebih tinggi kedudukannya dan Roh adalah alat untuk dipakai munajat ke hadirat Allah SWT, sedangkan jasmani bersama akal dan pikiran bukanlah alat untuk dipakai munajat ke hadirat Allah SWT, karena kasarnya.
Roh kita merupakan “zat” yang berasal dari karunia Tuhan dan roh tidak berasal dari air atau gas dan tidak pula berasal dari bumi.
Roh itu dapat mengambil bentuk seperti rupa manusia, karena Roh itu meliputi seluruh tubuh manusia itu sendiri, seperti juga cahaya, electricity, air atau gas, mengambil bentuk dari bejana atau botol, tempat di mana air atau gas itu dimasukkan, atau mengambil bentuk tempat yang dilaluinya. Roh kita berasal dari alam gaib/metafisik, karena berasal dari anugerah Allah SWT, hingga tidak dapat dilihat dengan mata kepala, walaupun ia tidak bercerai-cerai dengan jasmani kita selama hayat di kandung badan.
Tetapi begitu dimasukkan sebagai jenazah ke bumi, tempat asal mula jasmani itu jadi,maka sang Roh pun bercerailah daripadanya dan sang Roh pun menyeberang ke alam baka.
Maka mulailah sang Roh harus mempertanggung jawabkan segala tindak tanduknya,segala gerak-geriknya di dunia, selama ia diberikan alat jasmani serta akal yang komplit dengan segala organ-organ/alat-alat tubuh yang sangat sempurna dan sangat indah.
Jelaslah sudah, bahwa Roh ini mempunyai dimensi yang lebih tinggi dari akal-budi dan pikiran serta mental dan jasmaniah kita, dan oleh karenanya ia harus mempertanggungjawabkan gerik gerik akal dan jasmaniahnya selama ia di dunia.
Fungsi Roh adalah sebagai “Komputer”. Ia bisa mendapat input dari alam gaib sebagai “wahyu” bila ia seorang Nabi atau Rasul, atau Ilham bila ia adalah seorang manusia yang saleh dan taqwa. Tetapi selain getaran wahyu/ilham yang positif, Roh itu dapat pula dimasuki getaran-getaran yang berasal dari Iblis di alam gaib/metafisik, yang juga dapat masuk ke dalamnya!
Input yang telah masuk ke dalam Roh itu kemudian mem”programkan”kan pula jasmaniah dan akal kita!
Apakah “program” yang diperintahkan Roh kepada akal/pikiran kita telah mengandung segala perintah Allah sepenuhnya, hingga manusia itu telah melaksanakan Fitrah hidupnya dengan sebaik-baiknya?Apakah ia telah mengabdikan segala-galanya, akal budi dan jasmaniahnya, hidup dan kehidupannya untuk Allah SWT sepenuhnya?
Apakah roh itu sebagai penanggung jawab tertinggi dari segala aparaturnya termasuk akal/pikiran dan lain-lain, telah mengabdikan segala-galanya kepada Allah SWT?
Apakah sempat pula sang Roh itu tertipu oleh Al Iblis laknatullah, yang merupakan suatu Roh pula yang sangat pintar, sangat halus dan hebat serta sangat sakti dan dahsyat, karena ia merupakan bekas malaikat yang termasuk sangat tinggi ilmunya? Tetapi sayang menyeleweng sehingga ia menjadi musuh bebuyutan dari Roh semua bani Adam!
Di sinilah letak kunci dari segala-galanya di alam jagad ini bagi hidup dan kehidupan kita dari Dunia hingga ke Akhirat, karena manusia-manusia yang Rohnya dikendalikan oleh Iblis, pasti akan merusak jagad raya ini ! Ingat saja akan bom atom dan nuklir dari negara-negara Super Power, yang mampu memusnahkan jagad ini serta kebudayaan manusia seluruhnya hanya dalam beberapa detik saja, jika dikendalikan oleh nafsu angkara murka ! (Prof.Dr.H.S.S Kadirun Yahya,MA: Sekuntum Bunga Dari Taman Firdaus halaman 23-26).
Bagaimanakah sekarang kerusakan jagad raya ini dapat dicegah ? Hanya dengan mengisi Roh ini dengan Kalimah Allah (sesuai dengan Hadis Qudsi) :
لااله الاالله كلا مي وأناهومن قالها دخل حصني ومن دخل حصني أمن من عقا بي
“Laa ilaaha illallaah itu adalah perkataan-Ku, dan ia adalah Aku, siapa yang menyebutnya masuk ke dalam benteng-Ku, dan siapa yang masuk ke dalam benteng-Ku, maka terpeliharalah ia dari siksa-Ku “ (HR. Syairazi).
Menyebutnya tentu harus dengan methode baru dapat masuk dalam benteng Allah.
Juga sesuai dengan Hadis Rasulullah SAW :
لاَتَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يَبْقىٰ عَلَى وَجْهِ الاَرْضِ مَنْ يَقُوُلُ اللهُ اللهُ
Tiada akan datang Kiamat, kecuali kalau di muka bumi, tidak ada lagi orang yang membaca Allah, Allah (HR Muslim).
Zikir Allah, Allah jelas dan tegas sebagai penangkal Kiamat jagad ini.
بسم الله الذى لا يضرمع اسمه شيئ فى الأرض ولا فى السماء
“ Atas nama Allah, yang tidak memberi mudharat apa-apa yang di bumi dan tidak pula di langit ialah bagi orang yang beserta dengan nama-Nya” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Jadi jika Roh ini terisi dengan Kalimah Allah, maka akan jadi Surgalah seluruh alam jagad ini, yang akan berkelanjutan terus sampai ke Akhirat.
Oleh sebab itu Roh kita wajib dan perlu sekali diisi dengan Kalimah Allah.
Untuk melaksanakan ini harus ada metodiknya yakni sesuai dengan Hadis dan Quran dan sesuai pula dengan Ilmu Teknologi Modern, metode inilah yang dinamakan Thariqatullah.
Prof.Dr.H.S.S Kadirun Yahya MA, Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi, dimana terdapat Fakultas Metafisika dan Tasauf Islam, telah meriset hal ini selama 40 tahun, serta telah menguraikannya dengan ilmu up to date, yaitu menurut hukum-hukum Islam (sesuai dengan aqidah Islam, berdasarkan Quran dan Hadis) dan sesuai dengan Ilmu Pasti dan Teknologi Modern dewasa ini. Intinya ialah berzikir kepada Allah SWT sebanyak-banyaknya secara berkekalan dengan memakai suatu metodik (Thariqat=cara=jalan=cara pelaksanaan teknis).
Secara Teknologis :
Berzikir kepada Allah dengan memakai/dengan mempergunakan sebagai landasan, atau menyatukan diri rohani dengan frekwensi/ atau gelombang yang dimiliki Rohani Rasulullah, yang hidup pada sisi Allah, huwal awwalu wal akhiru, frekwensi/gelombang mana hanya dapat kita peroleh melalui frekwensi daripada Rohani para Ahli Silsilah yang menerima dan meneruskannya secara asli dan murni, sambung-menyambung,secara berantai, turun temurun secara asli dan murni hingga akhirnya sampai kepada Rohani Guru (Mursyid) kita.
Barulah sesudah mendapat frekwensi gelombang Rasulullah (Nurun ala Nurin) melalui Rohani sang Mursyid, barulah Rohani kita itu, dengan memakai/mempergunakan frekwensi dimana Rohani kita itu, yang pada hakekatnya telah menyatukan diri Rohaninya dengan diri Rohani Rasulullah, hingga memiliki frekwensi yang sama, barulah Rohani kita detik itu juga hadir di dadirat Allah SWT, karena Rohani Rasulullah itu sangat hampir pada Allah SWT, Firman Allah :
وَنَحْنُ أقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
“Dan Kami lebih hampir kepadanya daripada kedua urat lehernya “ (QS. Qaaf: 16)
Kemudian berulah kita berzikir kepada Allah, dan barulah kita menegakkan Shalat, seperti yang dikatakan Allah dalam Firman-Nya :
وَذَكَرَسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
“Dan menyebut nama Tuhannya lalu Shalat (QS. Al-A’la:15)
Konklusi :
Zikirlah engkau akan Allah, tegakkanlah Shalat dan barulah dapat berdiri Ashshalaatu mi’rajul mu’miniin yang sangat khusyu’ dan sangat indah sekali, karena shalat kita itu dilaksanakan atas landasan berzikir pada Allah dalam maqam “IHSAN” sehingga bersama-sama dengan Rohani Rasulullah, berimam-imam, kita tidak terkena ancaman Allah dalam Alquran :
فَوَيْلٌُ لِلْمُصَلِّيْنَ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَ تِهِمْ سَاهُوْنَ
“Maka neraka wail (celaka) bagi orang yang shalat. Yang mereka lalai (tidak zikir) dari shalatnya “(QS Al-Ma’un : 4-5).
Juga tidak terkena ancaman Rasulullah, yang bersabda :
ما من ثلا ثة في قرية ولابدوولا تقام فيهم الصلاة الا قداستحوذ عليهم الشيطان فعليكم بالجماعة فإنما يأكل الذئب القا سية
“Tiada tiga orang di sebuah desa, dan tidak pula di sebuah perkampungan terpencil yang tidak mendirikan Shalat, melainkan sesungguhnya syaithan menguasai mereka. Maka kamu harus berjama’ah (jasmani dan rohani). Sesungguhnya serigala itu menerkam kambing yang terpencil sendirian” (HR Ahmad,Abu Daud,Baihaqi dan Nasa’i).
Konklusi :
Barang siapa yang dalam shalatnya tidak berimam-imam (jasmani dan rohani) ia akan disambar iblis dan syaithan dalam shalatnya.
Walaupun proses ini kelihatannya panjang lebar diuraikan secara terperinci menurut Ilmu Teknologi, namun pelaksanaannya adalah hanya dalam seperseribu detik saja, dihati sanubari yang sangat halus.
Semuanya ini disebut juga Wasilah/Saluran/Channel. “Wabtaghuu ilaihil wasiilata….QS.Al-Maidah ayat 35. Atau Tali Allah yang dimaksudkan dalam Surat Ali Imran ayat,103 itu.
Dengan memakai istilah Ilmu Teknologi Modern, frekwensi / gelombang yang dimiliki Rohani Rasulullah, yang diterimanya dari Allah SWT adalah sebenarnya merupakan Nurun Ala Nurin yang mengandung gelombang dan frekwensi yang tek terhingga yang mampu mencapai hadirat Allah SWT, karena ia terbit daripada-Nya.
Semua ini sesuai dengan petunjuk Allah SWT, dalam alam ini yakni dalam Ilmu Radio-Televisi, juga sesuai dengan Surah Yusuf ayat 105 yang berbunyi :
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah / kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya”
Kita mengetahui, bahwa untuk mendapatkan suara penyiar di stasiun Radio/ TV, alat penerima berupa radio / TV kita harus dipasang pada gelombang yang sama dengan gelombang stasiun pemancar Radio/TV itu.
Alquran dan Hadits yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya, dan para sahabatnya menyampaikannya pula kepada orang-orang Muslim di zaman sesudah Nabi, dan mereka menyampaikannya secara turun temurun, meneruskannya hingga akhirnya sampai kepada kita sekalian.
Tetapi haqiqi daripada Alquran yang merupakan Kalimah Allah yang Maha Agung, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rohani Rasulullah SAW, berupa getaran yang Maha Ultra Sonoor sebagai wahyu yang tidak berhuruf dan bersuara tetapi mengandung getaran yang Maha Dahsyat dan yang tak terhingga yang berasal dari ke Maha Agungan dari Allah SWT sendiri, yang tak ada yang mampu apapun namanya untuk menerimanya. Bukit, Laut, Bumi, Langit, segala-galanya akan hancur dibuatnya, jika diletakkan di atasnya.
“Andaikata Alquran ini Kami turunkan di atas sebuah gunung, akan kamu lihat gunung itu tunduk dan pecah berantakan demi takutnya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami adakan untuk manusia agar mereka berfikir (QS. AlHasyr :21).
Inilah dia Alquran haqiqi yang dimaksudkan dalam Surat AlHasyr ayat 21, yang mampu membuat segala-galanya jadi abu.
Inilah dia Kalimah Allah yang sebenar-benarnya, yang dibawa oleh Nurun Ala Nurin, yang amat sangat ditakuti oleh Al-Iblis, Sinar-Nya saja, yang baru saja akan muncul di ufuk Utara sudah mampu mengusir Al Iblis sampai menghilang di balik ufuk Selatan.
Inilah dia Energi Maha Dahsyat yang mampu memusnahkan bom Nuklir, bom Atom, bom Hidrogen, yang mampu memusnahkan Sinar Laser, dan rupa-rupa senjata Kimia dan lain-lain dari Negara-negara super power, yang selama ini membuat mereka sombong,angkuh dan merasa berkuasa.
Waspadalah terhadap senjata Allah yang Maha Dahsyat ini, yang sewaktu-waktu dapat dikeluarkan-Nya, melalui APARAT- APARAT NYA yang perkasa yaitu para Anbiya-Nya, para Rijalullah, para Aulia-Nya yang tahqiq pada Allah SWT. Mereka akan tahu rasa akan ke Maha Besaran Allah SWT. Senjata ini pulalah yang seharusnya paling pertama sekali dihadapkan terhadap Iblis Laknatullah, yang selama ini telah bertahun-tahun bersarang di hati kita, namun sebenarnya tak mampu kita memusnahkannya dengan dengan hanya sebutan Audzubillah, yang kita produksi sendiri.
Seharusnya kita harus mampu menyalurkan Kalimah Allah ini, baru ia bertenaga Maha Dahsyat, bukan hanya mampu menyebutnya saja atau meniru bunyinya saja.
وَمَا رَمَيْتَ إذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللهَ رَمَىٰ
Wa maa ramaita idz ramaita wa laakinnallaaha ramaa
“Bukan engkau (ya Muhammad) yang melontar/ memanah/ memukul/ menyebut, melainkan Allah-lah yang melontar / memanah/ memukul/ menyebut “(QS Al-Anfal:17)
Jelaslah sudah, bahwa Quran Haqiqi yang memiliki getaran yang tak terhingga yang diterima Rohani Rasulullah SAW dari Allah SWT, semestinya juga harus juga diturunkan dan diteruskan dari Rohani Rasul kepada Rohani Umat.
Kita melihat, bahwa Rasulullah , begitu juga segala Rasul-Rasul yang terdahulu, tanpa terkecuali, berbulan-bulan sebelumnya, di tempat yang sunyi dan suci, mempersiapkan diri, mensucikan diri, dipersiapkan Allah, disempurnakan Allah, akan persiapan-persiapannya itu, untuk menunggu saat-saat yang sangat SAKRAL yang sangat Agung ini, yaitu saat menerimanya, saat turunnya Kalimah yang dibawa Nurun Ala Nurin dengan getarannya yang Maha Ultra Sonoor yang Maha Dahsyat, dimasukkan ke dalam diri Rohani Rasulullah SAW yang turut bergetar dengan dahsyatnya, walaupun telah dipersiapkan secukupnya sebelumnya. Disini kelihatan, bahwa Ruhani Rasulullah SAW mampu menerima isi Nur yang Maha Dahsyat itu, yang berisi Kalimah Allah murni yang Maha Agung yang langsung ditanam Allah SWT, via saluran-Nya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillaahil hamd.
Diriwayatkan, bahwa selalu Rasulullah itu, setelah menerima Wahyu selain daripada bergetar, seolah-olah menggigil kedinginan, kadangkala kepanasan, hingga mandi keringat, letih, lesu, namun kemudian kembali segar, kuat dan kokoh.
Sesuai dengan Hadits Rasullulah SAW:
قالت عائشة رضي الله عنها ولقد رايته ينزل عليه الوحي فى اليوم الشديد البرد فيفصم عنه وان جبينه ليتفصدعرقا
“Aisyah berkata : Sesungguhnya aku lihat Nabi, kepadanya turun wahyu di hari yang sangat dingin, lalu Wahyu itu berhenti, kelihatan dahinya betul-betul memancarkan peluh “(HR .Bukhari).
Begitulah hebatnya wahyu yang turun, begitulah Dahsyatnya dan Agungnya serta sangat Sakralnya proses pemasukan Nurun ala Nurin yang membawa nama Allah yang Maha Agung disalurkan dan ditanam, masuk dan terduduk terpatri dalam diri Rohani anak Abdullah yang namanya Muhammad itu.
Jelaslah sudah pula, bahwa proses saklar ini dalam pemasukan dan penanaman Kalimah Allah dengan dibawa Nurun ala Nurin, mesti juga harus kita pusakai, karena ini adalah Alquan haqiqi yang juga harus masuk dalam diri Rohani kita, via diri Rohani rasulullah, seperti juga AlQuran Syari’i (yang didengar dan yang terlihat pada tulisan) kita pusakai, Alquran yang selama ini kita lihat tulisannya, dan kita dengar bunyinya, yang kita pusakai secara turun-temurun, juga melalui (lisan) Rasulullah sampai pada telinga dan akhirnya sampai pada otak kita, tetapi tidak /belum sampai/ tembus pada Roh / Sukma kita, yang juga harus di Islamkan dengan cara / methode tersendiri.
Soal Roh ini sebenarnya tidak pula kalah pentingnya, ia pun harus disucikan juga dan di”Islam”kan karena ialah yang akan menyeberang ke kubur kelak, dan munajat ke hadirat Allah SWT. Dimanalah mungkin ia akan dapat masuk surga kelak, kalau Roh itu tak pernah disucikan, dan tak pernah ditanamkan ke dalamnya Kalimah Allah yang Maha Suci dan Maha agung, yang harus dilaksanakan dengan suatu Methode yang Agung pula.
“Hai nafsu (jiwa) yang tenang (suci), kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dengan (hati) yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah kamu ke dalam golongan hamba-hamabaKu. Dan masuklah ke dalam Surga-Ku” (QS Al-Fajr: 27-30).
Wahai saudara-saudaraku, para pembaca yang budiman! Cobalah sama-sama kita renungkan ini semua sedalam-dalamnya !!
Jelaslah sudah pula, bahwa kalaulah Rasulullah dan Para Rasul- Rasul lainnya menerima Kalimah Allah ini melalui proses yang amat Sakral, dipersiapkan lebih dahulu dengan seksama, di tempat sunyi, suci dan bersih, sudah jelas pulalah, bahwa kita pun harus mencari saat yang sunyi, tempat yang suci dan bersih pula untuk menerima Kalimah Allah ini dengan segala Keagungan dan Kebesaran-Nya!
Inilah dia proses murni yang khas disebut Thariqatullah! Dilaksanakan di Mesjid-Mesjid, di Langgar-Langgar di saat sunyi senyap, tempatnya suci bersih, supaya suasananya menjadi relevan dan Sakral!
Jadi sama sekali bukanlah untuk sengaja di Rahasiakan atau disembunyikan, seperti orang awam yang jahil selalu mendakwakannya!
Mereka tidak tahu, bahwa Al Islam adalah sangat dalam dan sangat tinggi dan halus, yang bukan mengupas Ilmu Zahir saja, tetapi juga Ilmu Batin seluruhnya, secara sangat dalamnya.
Karena Islam adalah Projek Allah SWT., yang Sangat Sempurna Lahir dan Batin, Dalam, Halus, Agung dan Mulia serta Amat Tinggi Sekali,tetapi juga Maha Dahsyat !!
Jelaslah sudah, bahwa isi Rohani Rasulullah, yaitu Kalimah Allah Haqiqi yang Maha Suci tetapi juga Maha Hebat, yang langsung bersumber dari pada Allah SWT., yang dibawa Nurun ala Nurin sebagai salurannya, harus juga diturunkan pada Rohani Umat, tetapi tidak mungkin secara lisan Manusia seperti yang dilaksanakan pada cara menuturkan Al Qur’an dan Al Hadits, yang didengar dan dilihat,tetapi harus dengan Sistem yang sama seperti terlaksana pada Diri Rohani Rasulullah, dan harus dengan Wasilah yang sama pula, diteruskan dari Rohani Rasulullah, yang berisikan Nurun ala Nurin, si pembawa Asma Allah yang Maha Akbar, dan Maha Agung tetapi juga Maha Dahsyat itu.
Begitulah Tingginya, Halusnya, Agungnya, Mulianya, Metode ini yang dinamakan Allah dalam Al Qur’an, ATH-THARIQAH yang berisikan Wasilah Nurun ala Nurin, si pembawa Sumber Hidup dan Kehidupan yang Maha Agung itu, yaitu Qur’an Haqiqi; itulah dia Kalimah Allah yang Maha Dahsyat yang berkilau-kilauan dan gemerlapan, yang mengmdung 99 Sifat-Sifat Maha Agung dari Asmaul Husna yang mempunyai Kebesaran-Kebesaran Spesifik tersendiri pula dari ke Maha Akbaran Allah SWT.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillaahil hamd!
Wahai saudara-saudaraku para pembaca yang budiman! Apakah uraian-uraian yang begini tinggi, relevan dan mampu untuk difahami oleh khalayak ramai yang awam?
Bukanlah sekali-kali Rasulullah tidak mampu menguraikan uraian yang begini rupa, akan tetapi masyarakatnyalah yang tidak mampu menerimanya !
Make Oleh sebab itu Dakwah Islam harus disesuaikan dengan daya tangkap masyarakat ramai pada waktu zamannya.
Di Zaman Abad Mutakhir ini, di abad Nuklir, Atom, Sinar Laser, abad Antariksa dewasa ini, Dakwah Islam harus dan mesti ditingkatkan setinggi-tingginya, sehingga bukan saja untuk mcngembalikan A1 Islam dan Ummatnya beserta Qur’annya, ke tcmpat kejayaannya semula, yang tak ada tandingannya, tetapi juga guna meyakinkan Dunia, bahwa dalam segala hal Al Islam dengan Qur’annya, adalah TOP, LEADING dan SUPERIOR. Benar-benar dalam segala hal, mau pun dalam Agama dan Budaya, maupun dalam Filsafat dan dalam kekuatan Energi Metafisikanya, yang mampu menghadapi Atom dan Nuklir Dunia Barat!!
Hadits Nabi: Islam adalah sangat Tinggi, tak ada yang dapat melebihi (HR. Bukhari).
Inilah dia TUGAS UTAMA dari LIMTI, sebagai trompet dari FAKULTAS METAFISIKA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI, satu-satunya Fakultas Metafisika di Dunia, yang berdasarkan Agama Islam didukung ilmu Eksakta dan Teknologi yang tak mungkin dapat disangkal oleh Dunia ilmiah akan kebenarannya!
Jadi para Sahabat Nabi lewat Roh mereka telah langsung di-Islam-kan Rohnya oleh Rohani Nabi. Demikianlah Roh itu secara ,turun-temurun meng-Islam-kan Roh di bawahnya hingga merupakan Tali Silsilah Allah.
Gelombang/frekwensi tak terhingga ( ∞ ) ini dapat diperoleh seluruh umat manusia, asal saja mereka mampu menghubungkan Roh mereka dengan Rohani Tali Allah.
Karena itulah mutlak diperlukan bahwa seseorang Ulama yang menjadi Guru Agama dalam bidang Tasauf dan Sufi, mutlak harus memiliki frekwensi tak terhingga (∞ ) atau Nur Muhammad, yang terdapat pada Rohaniah Ahli Silsilah Tali Allah.
Dengan demikian hubungan dengan Allah SWT. terbuka langsung untuk seluruh ummat manusia, tetapi harus melalui jalur/saluran/ channel Tali Allah dan tidak mungkin langsung secara awam!
(ya ayyuhalladziina aamanuttaqullaaha Wabtaghuu llaihil Wasillata . . . ).
Seperti juga lampu di rumah-rumah kita baru dapat langsung menyala setelah melewati jalur jaringan kawat listrik dari Sentral Pembangkit Listrik lampu itu yang dihubungkan dengan sentral.
Jelaslah sudah, bahwa manusia tidak mungkin dapat secara bebas atau sesuka hatinya secara awam langsung berhubungan dengan Tuhan YME., tanpa mendapatkan wabtaghuu Ilaihil wasiilata …….lebih dahulu!
Juga karena Roh manusia itu tidak mungkin mengadakan hubungan langsung dengan Rohani Nabi Muhammad, yang belum pernah dikenalnya sejak ia lahir, bagaimana pula manusia itu mungkin mengetahui dan mengenal frekwensi yang dimiliki Rohani Nabi itu? Untuk itulah ummat manusia harus mencari Tali Allah di dunia ini, karena Tali Allah ini merupakan satu-satunya jalur dan jaminan untuk dapat berhubungan dengan Rohani Nabi Muhammad SAW., sehingga detik itu juga terus dapat hadir pada Allah SWT!
وَنَحْنُ أقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
(Wanahnu aqrabu llaihi min hablil wariid ……… ).
Seperti juga lampu di rumah-rumah kita langsung menyala bila tombol/schakelaar, diputar, demikian juga Rohani ummat, baru dapat langsung berhubungan dengan Allah SWT via Rohani Guru/Ulama yang berisi dengan atau memiliki Nur Muhammad yang frekwensinya tak terhingga ( ∞ )itu.
Segala sesuatu di dunia dalam alam fisik harus mengikuti peraturan-peraturan/hukum-hukum tertentu, demikian juga di dalam alam-alam metafisik!
Sebagai contoh :
Buah-buahan yang hendak kita pupuk, jika langsung dilepoh (dilengketkan/ dioleskan) dengan tahi lembu sebagai pupuk, sama sekali tidak akan berhasil!
Pupuk harus dimasukkan ke dalam tanah, kadang-kadang harus beberapa meter jauhnya dari si pohon, bahkan tidak menyinggung si pohon atau si buah sama sekali, namun si pupuk akan langsung sampai, bukan saja pada si buah, tetapi pada seluruh bagian dari pohon itu sendiri, langsung via sistem uratnya, yang sambung-menyambung, rantai-berantai, yang merupakan saluran bagi si pohon.
Begitu juga air bersih yang berada di rumah-rumah kita, kita tidak akan menerima air bersih tersebut jika saluran pipanya tidak disambung, sambung-menyambung dengan pipa yang berhubungan langsung dengan Induk Water Leiding (reservoir), yang langsung pula berhubungan langsung dengan Danau di gunung yang sangat jauh itu.
Juga dengan electricity halnya sama saja. Harus mempunyai saluran yang sambung-menyambung, baru kita LANGSUNG mendapat listrik ke rumah—rumah kita.
Begitu juga antara Rohani umat dengan Rohani Rasulullah, yang mana Rohani Rasulullah itu telah terjamin berkekalan berada pada sisi Allah karena ke dalam Rohaninya dimasukkan Nurun ala Nurin, yang terbit dari fi`il sifat Zat Allah SWT.
Karena Allah SWT. Maha Rahasia, Maha Jauh (di Arasy), Maha Tinggi Dimensinya, Maha Tinggi Frekwensinya, sudah jelaslah bahwa tidak akan mungkin manusia dengan segala alat apa saja pun yang dimilikinya, termasuk akal dan Rohaninya sekalipun, ia tidak akan mampu mencapai ke hadirat Allah SWT. Yang Maha Rahasia dan Maha Tinggi itu, tanpa Nurun ala Nurin, yang itu berada dalam diri Rohani Rasulullah.
Tidak ada lain cara, selain dan pada harus menghubungkan Rohani kita lebih dulu dengan Rohani Rasul, baru langsung dapat munajat ke hadirat Allah SWT. bersama-sama, berimam-imam bahkan karena semua unsumya sangat halus, praktis Rohani kita menjadi bersatu dengan Rohani Rasulullah dan barulah kita sama-sama bersujud di hadirat Allah SWT.
Sesungguhnya bagimu sudah ada pada diri Rasulullah ikutan yang baik (pemimpin diri rohani dan jasmani), yaitu bagi orang yang mengharap (ridha) Allah dan Hari Kemudian, dan bagi orang yang banyak mengingat Allah (dzikir) (QS. Al Ahzab: 2l ).
Katakanlah (ya Muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka, ikutilah aku (lahir-batin), niscaya ia akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Ali Imran : 31).
Inilah dia maqam Ihsan! (kalau kita tak memandang Allah,Allah pasti memandang kita, karena kita telah sampai ke hadirat-Nya). Sesuai dengan Hadits Nabi:
وَمَا الإحْسَانُ قَالَ اَنْ تَعْبُدُ اللهَ كَأنَّكَ تَرَاهُ فَإنْ لَمْ تَكُنْ تَرَهُ فَإنَّهُ يَرَاكَ
Apakah arti ihsan? Jawab Nabi (ketika ditanya orang laki- laki), Engkau menyembah Allah seolah-olah melihat Dia. Meskipun engkau tidak melihat Dia, sesungguhnya Dia melihat engkau (HR. Bukhari).
Garansinya ialah, Rohani kita telah bergabung dengan Rohani Muhammad yang dijamin berada pada sisi Allah SWT. sepanjang masa!
Karena semua unsur adalah sangat halus, walaupun Arasy sangat jauh walaupun Rasulullah lebih kurang seribu empat ratus lima tahun hidupnya dari kita, namun segala proses hubungan itu dapat terlaksana dalam suatu titik yang sangat halus di hati sanubari! Yang maha penting ialah adanya faktor frekwensi dan dimensinya yang tak terhingga ( ∞ ) itu, yang kedua-duanya berada dalam Diri Rohani Rasulullah SAW.
قال الله تعا لى: لم يسعني الارضي ولا سماءي ووسعني قلب عبدي المؤمن اللين الوادع
Tak dapat memuat Zat-Ku, Bumi dan Langit-Ku, yang dapat memuat Zat-Ku ialah Hati Hamba-Ku/KekasihKu yang suci, lunak dan tenang .
Yang terjamin sebagai hamba-Nya yang diakui ialah Rasulullah SAW.,tidak ada lain cara selain dari pada kita harus fokuskan Rohani kita pada Rohani Rasulullah yang telah berfokus pula dalam Ruhani para Ulama Ahli Silsilah Kerohanian!
Semua ini dapat terjadi dalam satu titik materi yang sangat halus dalam hati kita sendiri, inilah yang dikatakan Latiifaturrabbaaniah dalam llmu Tasauf. Seperti halnya dengan tali laba-laba yang halus, yang berada di punggung laba-laba kelihatannya semua bersatu karena halusnya, tetapi kalau direntang ia menjadi beratus-ratus meter panjangnya!
Hadits Nabi :
كن مع الله فإن لم تكن مع الله كن مع من مع الله فإنه يصيلك الى الله
Adakanlah! (jadikanlah) dirimu (Rohanimu) beserta Allah, jika Engkau belum bisa menjadikan dirimu (Rohanimu) beserta Allah, maka adakanlah (jadikanlah) dirimu (Rohanimu) beserta dengan orang yang beserta Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau kepada Allah (yaitu Rohaninya) (HR. Abu Daud).
Bahwa Roh inilah yang akan menyeberang ke alam baka kelak, dan hanya akan mampu kembali ke hadirat Allah SWT., jika ia telah disucikan, dan berisikan Kalimah Allah; jika tidak, ia pasti akan gentayangan selama-lamanya di alam yang tak bertepi dan tak terbatas,karena tidak memiliki unsur yang tak terhingga (∞) karena tak pernah diberikan padanya selama hayatnya hingga ia tak mampu kembali ke hadirat Allah SWT. yang tempatnya tak terhingga (∞ ) itu, hingga akhimya ia pasti hancur berantakan, disambar oleh setan dan iblis laknatullah.
Namun, bila Roh ini dengan Kalimah Allah dengan metodik yang benar, Roh itu akan menjadi gagah perkasa, bahkan ia akan mampu, sebagai “gift sampingan” dari pada Allah SWT., antara lain dengan menyalurkan tenaga Maha Dahsyat dari alam Metafisika Kalimah Allah, ia akan mampu melindungi jagad raya ini, dari segala macam bahaya dan bencana, bahkan dapat melindungi dunia dari kehancuran total, berkat Kekuatan, Kebesaran Kalimah Allah, yang ditanamkan dan bermukim di dalam dirinya!
لاَتَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يَبْقىٰ عَلَى وَجْهِ الاَرْضِ مَنْ يَقُوُلُ اللهُ اللهُ
Ia telah menjadi “APARAT” yang sangat ampuh dan tak terkalahkan dari Allah SWT. yang Maha Akbar!
Firman Allah :
Allah telah menetapkan, bahwa tiada kamus kalah bagiKu dan Rasul-Ku. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Gagah Perkasa (QS. Al Mujadalah : 21).
`Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu bersama-sama dalam deretan orang-orang yang diberi Kurnia (oleh Allah, yaitu Nabi-Nabi, orang-orang benar, orang-orang syahid dan orang-orang saleh. Dan sebaik-baiknya bersahabat dengan mereka (QS. An Nisa’ :69).
Barangsiapa yang mengangkat Allah dan Rasul-Nya dan orang- orang yang beriman menjadi pemimpinnya, maka (ia masuk partai mereka, dan) sesungguhnya partai Allah-lah yang mendapat kemenangan (QS. Al Maidah, ayat 56).
Dengan tenaga dahsyat tak terhingga ini pada zaman dahulu Agama At Tauhid dapat dimenangkan sepanjang masa. Namun kalau tenaga ini telah hilang atau pudar seperti yang kita sinyalir dewasa ini pastilah agama pun lambat laun akan hambar dan pudar seperti lampu kehabisan minyak, walaupun Syi’arnya menanjak terus, tetapi energinya/kekuatan ghaibnya telah mulai hilang.
Agama akhirnya akan tinggal nama saja lagi, karena ia telah menjelma menjadi Kebudayaan manusia belaka!
Nur Ilahi akan lenyap dan umat manusia akan pasti binasa serta jagad raya inipun akan hancur berantakan!
Semua ayat-ayat A1 Quran agar dapat terwujud dan direalisasi,agar dapat menjadi kenyataan rieel yang sebenar-benarnya, yang nyata memberi manfaat mulai dari Dunia hingga berkelanjutan sampai ke Akhirat, yang mengubah dengan nyata manusia-manusia itu dari manusia jahil dan biadab, menjadi insan-insan kamil yang terpuji sebagai para Khalifah Allah sebenar-benarnya yang perkasa, karena Rohnya telah terisi dengan Kalimah Allah, yang dibawa oleh Nurun ala Nurin yang Khalis Mukhlisin, mentalnya, akal budinya luhur, karena terisi akh1ak-akhlak mahmudah yang terpuji, yang dibawa ayat-ayat suci Al Qur’an dan A1 Hadits yang khalis mukhlisin, agar semua itu menjadi sukses yang gilang gemilang, haruslah manusia itu, di samping mengamalkan isi Al Qur’an dan A1 Hadits secara yang lazim, juga haruslah ummat manusia itu mengamalkan bagian bathiniah Islam, yaitu Thariqatullah MURNI YANG SYAH DIAKUI oleh ALLAH SWT., dipimpin seorang GURU Ahli Silsilah Kerohanian yang Kamil Mukammil dan Khalis Mukhlisin!
Dengan demikian baru umat manusia terjamin dapat memperoleh kemenangan yang absolut terhadap Al Iblis Laknatullah yang kalau kita melihat situasi Dunia saat ini, hampir menguasai seluruh umat manusia.
Kita akan bertanya:
Quo vadis seluruh umat manusia dengan segala syi’ar Agamanya?
Berikut ini,kami buatkan risalah dari pokok-pokok yang telah kami utarakan dalam tulisan ini :
– Bahwa sebenarnya Tujuan Hidup, Pedoman Hidup dan Fitrah Hidup, telah diuraikan dalam Ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits yaitu pengabdian pada Allah SWT.
– Bahwa dahulu Roh itu dianggap merupakan sebagian dari unsur akal/pikiran kita, tetapi sebenarnya Roh itu merupakan unsur yang tersendiri, yang mempunyai dimensi yang lebih tinggi dari unsur akal/pikiran dan jasmaniah.
– Bahwa Roh ini juga harus disucikan dan di-“Islam”kan lebih dahulu, baru mungkin ia kembali ke hadirat Allah SWT”. Melalui jalur “Tali Allah” sesuai dengan Surat A1i Imran, ayat 103.
– Bahwa Al Qur’an dan Hadits yang diajarkan secara lazimnya melalui lisan, baru meng-“lslam”-kan jasmaniah dan akal/pikiran serta mental Umat, tetapi belum meng-“Islam”-kan Rohani Umat. Untuk meng”Is1am”-kan Rohani Umat, Rohaninya harus diisi dengan Kalimah Allah yang berasal /mengalir dari Rohani Rasulullah. Untuk itu perlu suatu metodologi, yang dinamakan Thariqatullah.
Kesimpulan :
Umat manusia agar tidak tersesat dalam kehidupan di dunia (Quo Vadis ?) harus mengikuti Tujuan Hidup, Pedoman Hidup dan Fitrah seperti telah dinyatakan dalam Al Qur’an dan Al Hadits.
Di samping Iman dan Syari’at Islam yang hanya meng-“Islam”-kan jasmaniah dan akal/pikiran serta mental kita, Rohani umat manusia perlu mewarisi dan memiliki Nur Muhammad atau secara teknologi harus memiliki getaran tak terhingga( ∞) ) untuk dapat naik vertikal ke atas untuk sampai Kehadirat Allah SWT. dan meraih Ridha-Nya. seperti yang digambarkan ISRA’ dan Ml’RAJ.
Rasulullah SAW. di mana Beliau juga diberikan suatu unsur yang tak terhingga (∞ ) cepatnya, yaitu Al Buraq, baru mampu Beliau mendarat di hadirat Allah SWT!
Untuk ini diperlukan 2 persyaratan :
1. Bahwa umat manusia di dunia siapa saja pun orangnya, termasuk kami anggota-anggota LIMTI, mutlak perlu mencari dan menemukan Seorang Guru Agama yang termasuk Tali Silsilah Allah, yang mewarisi Rohani Rasulullah dengan Nur Muhammad di dalamnya. Al Hikam menyebutkan: Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah bersabda; Para Wali-Ku di bawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang Wali, kecuali jika Allah memberikan Taufik Hidayah-Nya. Supaya ia langsung juga mengenal kepada Allah dan Kebesaran-Nya yang diberikan kepada seorang manusia yang dikehendaki-Nya. Dalam Al Hikam diceritakan pula: “Sahl bin Abdullah ketika ditanya oleh muridnya: Bagaimanakah mengenal Waliyullah itu? Jawabnya: Allah tidak memperkenalkan mereka, kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka (yakni untuk mengenal dan mendekat kepada Allah). Rahmat kebijaksanaan Allah telah menetapkan, para Wali itu dengan hijab basyariyah (kebiasaan manusia).
2. Bahwa Rohani manusia harus menggabungkan dirinya (frekwensinya) dengan Rohani Guru yang dimaksud pada butir l, melalui suatu metodik Thariqatullah murni, agar segala ibadahnya melalui saluran yang hak sampai ke sisi Allah SWT.
Di bawah ini kami uraikan sekelumit tentang cara pelaksanaan Dzikrullah yang kita kutip dari Hadits-hadits Rasulullah SAW. Dan Ayat-ayat A1 Qur’an, kemudian keutamaan-keutamaan dari Pengamalan Dzikrullah dan akhimya Kelebihan-kelebihan yang dikurniakan Allah SWT pada para Ahli-Ahli Dzikrullah.
Hadits Nabi SAW. :
قال رسول الله صل الله عليه وسلم لسيدناعلي كرم الله وجهه ياعلي أغمض عينيك وألصق شفتيك وأعل لسانك وقل الله الله
Rasulullah SAW. bersabda kepada Saidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah: “Ya Ali, pejamkan kedua matamu, tempelkan/rapatkan kedua bibirmu dan naikkan lidahmu, dan katakanlah Allah-Allah (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Di lain keadaan Rasulullah bersabda :
عن علي كرم الله وجهه قلت يا رسول الله اي الطريقة اقرب الى الله واسهلها على عبادالله وافضلها عندالله تعالى فقال يا علي عليك بدوام ذكرالله فقال علي كل الناس يذكرون الله فقال صلى الله عليه وسلم ياعلي لا تقوم الساعة حتى لا يبقى على وجه الأرض من يقول الله الله فقال علي كيف اذكر يا رسول الله فقال صلى الله عليه وسلم غمض عينيك واسمع مني ثلاث مرات ثم قل مثلها وانا اسمع فقال صلى الله عليه وسلم لا اله الا الله ثلا ث مرات مغمضا عينه ثم قالها علي كذالك
Dari Ali Karamallahu Wajhah: Aku katakan ya Rasulullah, manakah jalan Thariqat yang sedekat-dekatnya kepada Allah dan semudah-mudahnya atas hamba Allah dan semulia-mulianya di sisi Allah?
Maka Sabda Rasulullah SAW.: “Ya Ali penting atas kamu berkekalan/senantiasa berzikir kepada Allah”. Berkatalah Ali: Tiap orang berdizikir pada Allah. Maka Rasulullah SAW. bersabda: “Ya Ali, tidak ada terjadi Kiamat sehingga tiada lagi tinggal di atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan Allah-Allah.Maka sahut Ali kepada Rasulullah SAW. bagaimana caranya aku berzikir ya Rasulullah? Maka Sabda Rasulullah SAW.: “Pejamkan kedua matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga kali. Kemudian ucapkanlah seperti itu dan aku akan dengarkan.
Maka sejenak Rasulullah SAW. mengucapkan: ”Laa ilaaha illallah, tiga kali sedang kedua matanya tertutup. Kemudian Ali pun mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah seperti demikian (HR.Thabrani dan Baihaqi)
Ajaran tersebut kemudian Sayyidina Ali ajarkan pula kepada Hasan Basri dan dari Hasan Basri diajarkan kepada A1 Habib Al Ajay, dari Al Habib diajarkan kepada Daud Athaiy, dari Daud diajarkan kepada Al Makruf Al Karaci dan dari Al Makruf ke pada Assuraa, dan kemudian dari Assuraa kepada Al Junaid.
Sebuah Thariqat yang sangat istimewa, karena sangat tinggi ilmiahnya, Thariqat mana dinamakan pada awalnya: THARIQATUS SIRRIAH, kemudian dinamakan kepada nama ABUBAKAR SIDDIQ, bernama SIDDIQIAH, yang dewasa ini dimasyhurkan dengan nama: THARIQAT NAQSYABANDIAH. Thariqat Naqsyabandiyah mempunyai kedudukan yang istimewa karena berasal dari Sayyidina Abu Bakar Siddiq dan mengenai diri S. Abu Bakar, Nabi Muhammad SAW.bersabda: “Tidak sesuatupun yang dicurahkan Allah dalam dadaku,melainkan aku mencurahkannya kembali ke dalam dada Abu Bakar” (dada = hati = sukma = Rohani).
Jadi jelas dalam Hadits di atas termasuk mencurahkan Talqin Dzikir seperti yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW, kepada Sayyidina Ali (juga termasuk mencurahkan/meneruskan/menurunkan NURUN ALA NURIN antara Rohani Nabi kepada/ke dalam Rohani ABU BAKAR SIDDIQ!). (Buku Pengantar Ilmu Tasauf – Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Tahun 1981- 1982 yang diterbitkan tanggal 30-12-l981,halaman 267).
Sebutlah Tuhamnu dalam hatimu, serta merendahkan diri dan takut, dan bukan dengan suara yang keras, waktu pagi dan petang hari, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai (tidak ingat = tidak dzikir) (QS. Al-A’raf, ayat 205).
Jadi Dzikrullah itu dilaksanakan tidak kedengaran (tersembunyi dalam hati = dzikir khafi).
Hai orang-orang yang beriman, berdzikrullah-lah dengan Dzikir yang sebanyak-banyaknya (QS. AlAhzab : 41).
اَلَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ قِيٰمًَا وَ قُعُوْدًَا وَ عَلَىٰ جُنُوْبِهِمْ
(Orang-orang yang berakal itu) orang-orang yang mengingatAllah sambil berdiri, duduk, dan dalam keadaan berbaring (Dzikir khafie) (QS. Ali Imran, ayat 191).
Penjelasan :
Dalam Kitab Suci Al Qur‘an dan Hadits Rasulullah SAW. banyak sekali kita jumpai ayat-ayat, berupa perintah, anjuran dan himbauan agar kita melaksanakan Dzikrullah demikian banyaknya sehingga kalau dibandingkan dcngan ayat-ayat yang menjelaskan tentang Rukun Islam, seperti Shalat, Zakat. Haji, ternyata ayat-ayat tentang Dzikrullah lebih banyak jumlahnya. Karena itu dapatlah kita simpulkan di sini betapa besarnya keutamaan dari Dzikirullah itu, sehingga pantaslah kalau kita sebut bahwa Dzikrullah itu nyawanya ibadah. Sebagaimana dalam Kitab Tanbihul Ghafilin halaman 600, terjemahan H. Salim Bahreisy sebagai berikut:
Abu Laits berkata: Dzikir kepada Allah itu paling Utama dari semua ibadat, sebab itu Allah telah menentukan bagi tiap ibadat itu kadar dan waktu tertentu, bahkan ada kalanya dilarang bila tidak tepat pada waktunya atau berlebihan dari ketentuannya. Sebaliknya Dzikir, maka Allah tidak membatasi banyak atau waktunya.
عن ابي الدرداء رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنبئكم بخيرأعما لكم وأزكاها عندمليكيكم وأرفعها في درجاتكم وخيرلكم من ان تلقوعدوكم فتضربواأعناقهم ويضربواأعناقكم قالوابلى قال ذكرالله
Abu Darda’ RA. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bertanya kepada Para Sahabatnya RA.: “Maukah aku kabarkan kepada kamu mengenai sebaik-baiknya amalanmu yang amat suci di sisi Allah yang meninggikan derajat ke tingkat yang tertinggi yang lebih mulia dari pada menafkahkan emas dan perak (di jalan Allah) yang lebih utama dari pada menghadapi musuh di tengah-tengah medan jihad, maka kamu tanggalkan lehernya atau mereka menanggalkan lehermu?”. Para Sahabat RA. berkata.: “Ya mau” (Ya Rasulullah apakah itu’?) Sabda Rasulullah SAW.: “Dzikrullah”. HR. Ahmad, Tirmizi, lbnu Majah, Ibnu Abiddunia, Hakim dan Baihaqi .
Di sini jelas kelihatan, bahwa DZIKRULLAH pada Allah SWT. adalah sangat tinggi martabatnya pada sisi Allah SWT.
عن عائشة رضي الله عنها قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الذكرالذي لا تسمعه الحفظة يزيدعلى الذكرالذي تسمعه الحفظة بسبعين ضعفا
Dari Aisyah RA. Rasulullah SAW. bersabda : Dzikir yang tidak didengar oleh Malaikat Hafazhah (khafie) itu pahalanya lebih banyak dari pada dzikir yang didengar oleh Malaikat Hafadhah (Jahar), dengan lipat tujuh puluh kali (HR. Baihaqi)
Sedikit Uraian tentang Suluk (khalwat/I’tikaf, sesuai dengan Hadits-hadits Nabi SAW. :
حبب اليه الخلاء وكان يخلوا بغارحراء فتحنث فيه وهوالتعبدالليالي ذوات العدد
Nabi Muhammad SAW. diberi kesenangan menjalankan khalwat (menyendiri) di Gua Hira dengan tujuan beribadat kepada Allah pada beberapa malam yang tidak sebentar (HR. Bukhari).
عن ابي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال سبعة يظلهم الله في ظله يوم يوم لا ظل الا ظله امام عادل وشاب نشاء في عبا دة الله عزوجل ورجل قلبه معلق با المساجد ورجلان تحابا في الله اجتمعها عليه وتفرقا عليه ورجل دعته إمرأة ذات منصب وجمال فقال إني أخاف الله ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما ينفق يمينه ورجل ذكرالله خاليا ففاضت عيناه
Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW. mengabarkan bahwa beliau berkata: Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah dengan Rahmat-Nya pada hari tiada naungan kecuali naungan Allah yaitu:
1. Penguasa adil.
2. Seorang remaja yang mengawali keremajaannya dengan beribadat kepada Allah ’Azza Wajalla.
3. Seorang laki-laki yang hatinya dipertautkan dengan masjid-masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai kaum Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah pula.
5. Seorang laki-laki yang ketika dirayu seorang perempuan Bangsawan lagi rupawam, kemudian menjawab; ”Sungguh aku takut kepada Allah”
6. Seorang yang mengeluarkan sedekah kemudian disembunyikannya, sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.
7. Seorang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala di tempat yang sunyi (menyendiri) kemudian kedua matanya mencucurkan air mata. (HR. Bukhari dan Muslim).
عن عائشة رضي الله عنها قالت كان النبي صلى الله عليه وسلم يعتكف فى العشرالأواخرمن رمضان فكنت أضرب له خباء فيصلى الصبح ثم يدخله
Dari Aisyah RA. katanya: Adalah Nabi SAW. i’tikaf pada sepuluh hari akhir bulan Ramadhan. Maka saya buatkan untuk Beliau sebuah tenda (kelambu). Sesudah shalat Subuh beliau masuk ke dalam tenda (kelambu) (HR. Bukhari).
Janganlah kamu gauli isteri-isterimu, sedang kamu i‘tikaf di dalam masjid (QS. Al-Baqarah : 187)
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, i’tikaf, yang rukuk dan yang sujud (QS. A1Baqarah, ayat 125).
Tentang Keutamaan Halqah/Alkah dzikrullah dalam Suluk/I’tikaf:
اذا مررتم برياض الجنة فارتعوا قالو وما رياض الجنة قال حلاق الذكر
“Apabi1a kamu melalui taman-taman Syurga, maka ikutlah atau masuklah kamu padanya.” Bertanya salah seorang Sahabat: “Apakah taman-taman syurga itu ( Ya Rasulullah?) Sabda Rasul: “Yaitu Halqah-halqah Dzikir (Halqah-halqah Dzikir ialah lingkaran orang banyak duduk berkeliling) (HR. Ahmad dan Tirmizi).
عن أنس رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ما من قوم إجتمعوايذكرون الله لا يريدون بذالك الا وجهه الا ناداهم مناد من السماء ان قوموا مغفورالكم قدبدلت سيئاتكم حسنات
Dari Anas RA., dari Rasulullah SAW., ia bersabda: Tiada satu kaum yang berkumpul untuk berdzikrullah sedangkan mereka ( tidak mengharapkan selain dari keridhaan-Nya (Allah) kecuali Tuhan berseru dari langit: Sesungguhnya dengan bangunmu telah Ku-ampuni dan kejahatan-kejahatanmu telah Ku-ganti dengan kebaikan (HR. Ahmad, Bazaar, Abu Ya’la, Thabrani dan Baihaqi).
Sekian untuk sementara waktu tentang: Kebesaran-kebesaran dalam Mengamalkan Dzikrullah dan tentang Kelebihan-kelebihan orang-orang yang mengamalkan Dzikrullah yang diberi Allah SWT. sebagai KURNIA-NYA yang sangat bernilai.
Sambungan dari Hal-ikhwal ini, kami anggap SANGAT penting, sehingga tidak dapat dilewatkan begitu saja, namun agar TALI dari JUDUL BUKU ini jangan TERPUTUS, kami tempatkan Hal-ikhwal Dzikrullah selanjutnya pada Halaman terakhir dari Buku ini.
Kemudian kami lanjutkan dahulu dengan:
Al Qur’an, Surat An-Nur ayat 35:
Nuurun ’alaa Nuurin yahdillaahu li nuurihi man yasyaaa-u , Nur di atas Nur, yang diberikan Allah SWT. Pada orang yang dikasihiNYA.
Sudah jelas bahwa bagi kita Ummat Islam, yang ber-Nabi kepada Nabi Muhammad SAW. manusia pilihan Allah itu, yang diberikan Allah SWT. paling pertama Nurun ala Nurin sudah pasti dan jelas ialah kepada Nabi Muhammad SAW.
Dan semua apa saja yang diterima Nabi dari pada Allah SWT.,semuanya dicurahkan pula ke dalam dada (Rohani, Sukma) Abu Bakar Siddiq, termasuk Talqin Dzikir dan NURUN ALA NURIN!
Ada 2 pertanyaan dari beberapa Tokoh di Luar Negeri yang berbunyi :
I. Apakah Nurun ala Nurin itu dapat turun-temurun, tali-bertali, pindah-berpindah dari Rohani Rasulullah, kemudian kepada Rohani para Sahabat, selanjutnya terus ke bawah melalui Tali Silsilah hingga sampai pada saat sekarang ini?
Jawabannya akan dibagi dalam 2 bahagian:
– Berdasarkan Ilmu Eksakta (Ilmu Fisika).
– Berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits.
Contoh ke-I :
Jika umpamanya ada 35 buah stasiun TV/Radio, yang berurut-urutan, menghubungkan gelombangnya satu sama lain, umpamanya yang nomor 35 menghubungkan/menggabungkan gelombangnya dengan stasiun nomor 34 dan yang nomor 34 ini, telah menggabungkan pula gelombangnya dengan nomor 33 dan begitulah seterusnya, gabung-bergabung antara gelombang dengan gelombang mulai dari stasiun nomor 35 sampai dengan gelombang stasiun nomor 1, maka kita akan melihat, bahwa seluruh gelombang/frekwensi dari ke 35 stasiun itu telah bersatu dengan gelombang dan stasiun yang pertama.
Jika Sang Kepala Negara berbicara di muka corong yang pertama, maka suara itu detik itu juga didengar oleh seluruh stasiun yang 35 itu. Begitu juga jika Ruhani dan 35 Guru Ahli Silsilah telah menggabungkan diri Rohaninya satu sama lain secara bertingkat, sudah jelaslah, bahwa seluruh Rohani itu bergabung pada Rohaniah yang pertama, yaitu Rohani Rasulullah SAW. Sudah jelas pulalah bagi kita, bahwa Nurun ala Nurin yang diturunkan Allah SWT. pada Rohani Rasulullah telah pula oleh seluruh Ahli Silsilah ke 35 nya semuanya !
Maka, karena seluruh Rohani itu telah tergabung dalam Rohani Rasulullah yang hidup pada sisi Allah SWT. hingga detik ini, maka sudah jelaslah bagi kita, bahwa siapa pun orangnya yang menggabungkan diri Rohaninya kepada Rohani yang ke 35 itu, pada detik itu juga ia akan berhubung dengan Rohani Rasulullah, di mana di dalamnya berada Nurun ala Nurin sebagai saluran atau Wasilah yang langsung pula menyampaikannya ke hadirat Allah SWT. Kemudian, karena semua Rohani itu adalah sangat-sangat halusnya, yang disebut juga dalam llmu Tasauf LATIIFATURRABBAANIAH, maka seluruh proses gabungan Rohani ini dapat terlaksana dalam hati sanubari seorang Mukmin yang Khalis Mukhlisin.
Hadits Qudsi:
قال الله تعا لى: لم يسعني الارضي ولا سماءي ووسعني قلب عبدي المؤمن اللين الوادع
Tidak dapat memuat Zat Ku Bumi dan Langit-Ku, yang dapat memuat Zat-Ku ialah Hati Sanubari HambaKu yang Suci, Lunak dan Tenang.
Barulah Insan itu berdzikir, dan kemudian baru menegakkan Shalat dalam keadaan Rohani bersatu dengan Rohani Rasulu1lah atau secara istilah agama: Berimam-imam Rohani kita pada Rohani Rasulullah,kemudian Sujud bersama-sama di hadirat Allah SWT.
Di dalam Shalat sedemikian rupa, yang kelihatan pada zahirnya, kita berimam-imam, bersama-sama melaksanakan Shalat dengan berjemaah-jemaah dalam mesjid-mesjid, namun dalam Rohani kita, kita telah bergabung dengan Rohani Rasulullah, hingga Rohani kita terpelihara dari gangguan, Iblis dan Setan, barulah terlaksana Shalat yang khusyuk dalam makam Ihsan. Berjemaah, berimam-imam Shalat dengan masyarakat ramai di dalam Mesjid secara jasmaniah dan sekaligus berimam-imam pula kepada Rasulullah secara Rohaniah, kemudian melaksanakan Sujud ke hadirat Allah SWT. Shalat yang demikianlah yang Shalalul Muntahi atau Ash shalaatu mi’rajul mu’miiin!
Contoh ke II :
Contoh kedua ini mungkin lebih jelas lagi ialah :
Jika kita umpamanya mempunyai sebuah bak yang besar,yang berhubungan dengan pipa saluran yang menyalurkan air gula ke dalamnya, kemudian bak besar itu, kita hubungkan dengan beberapa bak lain, sudah jelaslah, bahwa dengan sendirinya air gula yang berada dalam bak pertama akan masuk ke dalam bak-bak yang telah dihubungkan tadi, sesuai dengan prinsip bejana berhubungan dalam ilmu Fisika.
Jika kemudian bak-bak pada tingkat dua tersebut di atas, dihubungkan pula dengan bak-bak tingkat ketiga dan seterusnya, maka seluruh bak-bak itu akhirnya akan terisi oleh air gula semuanya, karena air gula terus mengalir tak habis-habisnya. Dan si pemilik bak itu akhirnya akan banyak beruntung.
Menurut A1 Qur’anul Karim: Manusia-manusia yang menerima Nurin ala Nurin dari Allah SWT., mereka akan sangat beruntung dan selalu basah 1idahnya dengan Dzikrullah pagi dan petang dan dia akan hidup sangat beruntung karena Tuhan menjamin mereka mendapat rizki yang tak terhingga banyaknya, sesuai Surat An-Nur, ayat: 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42; namun mereka yang engkar akan menderita seperti orang yang kehausan di Padang Pasir dan tidak pernah menerima kepuasan dan selalu keluh kesah dan gelisah dalam hidupnya, kalau tidak pada zahirnya pasti pada bathinnya.
2.Apakah Nurun ala Nurin itu dapat beserta dengan Guru Ahli Silsilah?
Jawabnya:
a. Allah berfirman dalam Hadits Qudsi :
وان تقرب الي شبرا تقربت اليه ذراعا وان تقرب الي ذراعا تقربت اليه باعا وان أتاني يمشي أتيته هرولة
Apabila hamba-Ku mendekati Aku sejengkal, maka Aku mendekati dia sehasta. Apabila dia mendekati Aku sehasta, maka Aku mendekati dia sedepa. Dan apabila dia datang mendekati Aku berjalan, maka Aku mendekati dia dengan berlari. (HR.Bukhari dan Muslim).
b. Hadits Qudsi :
وما تقرب الي عبدي بشيئ احب الي مما افترضته عليه وما يزال عبدي يتقرب الي بالنوافل حتى احبه فإذا احببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصربه ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها ولئن سألني لأعطينه ولئن استعذني لأعيذنه
Apabila hamba-Ku menghampirkan diri pada-Ku dengan suatu amalan yang lebih-Aku cintai daripada sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Kuwajibkan atasnya, dan terus menerus menghampirkan diri kepada-Ku dengan amalan -amalan yang baik, hingga Aku mencintainya, maka apabila Aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar, Aku lah penglihatannya bila ia melihat, adalah Aku tangannya bila ia mengambil (melakukan scsuatu), Akulah kakinya bila ia berjalan, jika ia memohon niscaya Aku perkenankan permohonan nya dan jika meminta perlindungan kepada-Ku pastilah Aku lindungi dia (HR. Bukhari).
c. Dikuatkan oleh Ayat Al Qur’an :
Tangan Allah di atas tangan mereka (QS. Al Fath, ayat 10).
Wajah-Ku di atas wajahnya, Roh-Ku di atas rohnya dan Nama- Ku di atas/ beserta namanya (HR. Athabrani, Al Hakim dan Abu Naim).
d. Hadits Qudsi :
Aku menurut akan sangka kekasih-Ku (HR. Al Baihaqi dari Abu Hurairah).
e. Hadits Qudsi :
Kalau engkau melihat bahwa seseorang dikunjungi oleh masyarakat ramai dan kau lihat ia menaburkan segala macam kebajikan dan rahmat, naik saksilah engkau, bahwa ia adalah seorang kekasih-Ku, yang Aku wakilkan kepadanya,untuk menaburkan Rahmat-Ku sebanyak-banyaknya, bernaunglah engkau di bawah lindungannya, engkau akan selamat Dunia dan Akhirat! (HR.Al Qudha’ie dari Abu Said RA).
f. Ayat Al Qur’an :
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa (yang dikasihi) dan orang-orang yang berbuat Ihsan (QS. An- Nahl : 128).
g. Hadits Qudsi :
لم يسعني الارضي ولا سماءي ووسعني قلب عبدي المؤمن اللين الوادع
Tidak dapat memuat Zat-Ku Bumi dan Langit-Ku (yang membawa Asma-Ku dan Kalimah-Ku), melainkan yang dapat menerimanya ialah HATI HAMBAKU YANG MUKMIN, SUCI, LUNAK dan TENANG (HR. Abu Daud).
h. Ayat Al Qur’an :
Kami sangat akrab padanya (yang Kami kasihi) lebih hampir dari pada urat lehernya (QS. Qaaf, ayat 16).
Para pembaca yang budiman, jelaslah dari ayat-ayat dan hadits-hadits di atas bahwa kalaulah Allah SWT. sendiri berkenan mengakrabkan diri pada orang yang dikasihi-Nya, apalagi Nurun ala Nurin sudah jelas berada dalam diri Rohani yang dikasihi-Nya itu dan juga dalam diri Rohani orang yang berhubungan dengan Rohani Sang Kekaaih itu pula.
Kami pikir sekianlah, cukup jelas penjelasan dari kami.
Sebagai tambahan, kita utarakan di bawah ini, beberapa keistimewaan-keistimewaan atau keutamaan-keutamaan yang dianugerahkan Allah SWT. pada para Aulia-Nya/para Kekasih-Nya di samping apa-apa yang telah kita sebutkan di atas tadi pada butir a – h.
Akan jelaslah nanti bagi kita kelihatan, kelebihan-kelebihan yang hebat yang sangat menonjol, yang telah dikurniakan Allah SWT.pada hamba-hambaNya yang shalihin, yang dikasihiNya, yang telah menerima Nurun ala Nurin, dan yang selalu doanya dikabulkan Allah SWT. karena welas asihnya Allah SWT. terhadapnya.
Namun segala kurnia itu adalah semata-mata sebagai “Gift sampingan” yang luar biasa sekali, yang terbit dari peramalannya, yang secara ikhlas dan sekhalis-khalisnya dilaksanakan, dengan niat yang sekhalis-khalisnya pula untuk menuju ke hadirat Allah SWT., semata-mata untuk meraih Cinta Kasih dan Ridha-Nya, sebagai tercermin dalam doanya yang masyhur yang sangat dalam maknanya yaitu:
إلٰهي انت مقصودي ورضاك مطلوبي
Ilaahii anta maqshuudii waridhaaka mathluubii.
“Ya Allah tiada lain yang kumaksud, melainkan semata-mata untuk menghampirkan diriku (Rohaniku) pada-Mu dan cinta dan Kasih Ridha -Mu lah yang kupohonkan pada-Mu. “
Sungguh-sungguh benar suci dan tinggi serta halus dan agung martabat peramalan Dzikrullah dalam Ilmu Tasauf dan Suti itu, jika dilaksanakan dengan metodologi Thariqatullah, yang mengandung, tersimpan, tersembunyi Nurun ala Nurin, sebagai Wasilah yang mempunyai frekwensi yang tidak terhingga, yang menyalurkan dan menanamkan dalam Rohani, Hati dan Sukma kita Kalimah Allah yang Maha Agung dengan izin dan Ridha dan Kasih Allah SWT, seperti juga yang telah diturunkanNya kepada Rasulullah SAW, pada segala Rasul-Rasul, kepada Para Sahabat, pada Tabi’in, kepada Tabi’it Tabi’in yang shalihin, kepada para Ulama yang shalihin dan Shiddiqin, sebagai Khalifah Allah dan Khalifah Rasul, yang sederetan duduknya dengan para Nabi-Nabi, yang kesemuanya itu mcrupakan Tali Silsilah dalam bidang Kerohanian atau Tali Allah dalam arti Kerohaniannya, dalam arti kezahirannya TALI ALLAH adalah AL QUR‘AN dan ALHADITS yang didengar dan dibaca, serta tertulis dan dilihat dengan mata dan dapat diolah oleh otak Kaum Muslimin dan diperangaikan oleh seluruh Kaum Muslimin yang beriman dan yang taqwa.
Sekianlah uraian tambahan sekedarnya mengenai kwalifikasi para Ahli Silsilah, para Aulia-Nya, para Kekasih-Nya, yang sebenarnya pada hakekatnya mereka itu, adalah merupakan Aparat yang tak terkalahkan di tangan Allah SWT. yang Maha Agung, Maha Akbar dan Maha Kuasa, yang berfungsi sebagai channel/saluran langsung ke hadirat Allah SWT., yang menyalurkan Nurun ala Nurin, terhadap mereka yang akan diridhai Allah SWT. pula.
Dalam hal ini Rohani Beliau-beliau itu sama sekali BUKAN PERANTARA, tetapi Rohaniahnya, sebagai Aparat Allah, merupakan channel atau saluran langung antara Khalik dengan Hamba-Nya, seperti kawat listrik menyalurkan langsung Energi Electricity (“NUR ELECTRICITY”) dari sumbernya langung menuju sasarannya masing-masing.
Beberapa kurnia yang dimaksud di atas ialah sebagai berikut :
أطلبوا الخيرعند الرحماء من امتي تعيشوا في أكنافهم فإن فيهم رحمتي ولا تطلبوه من القاسية قلوبهم فإن فيهم سخطي
Carilah kebaikan pada orang-orang yang mempunyai sifat belas kasih dari pada umat-Ku, tentu kamu akan dapat hidup di bawah lindungannya, karena rahmatKu ada pada mereka. Dan janganlah mencari kebaikan dari orang-orang yang kejam hati, karena murka-Ku menimpa di atas mereka (HR. Al Qudha’ie dari Abi Said).
إن السمٰوات والارض ضعفت عن ان تسعني ووسعني قلب المؤمن
Sesungguhnya langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku namun Aku telah dijangkau oleh hati seseorang mukmin (yang Kukasihi) (HR. Ahmad dari Wahab bin Munabbih). ·
إن اولياءي من عبادي واحباءي من خلقي الذين يذكرون بذكري وأذكر بذكرهم
Sesungguhnya Wali-wali-Ku dan Kekasih-kekasih-Ku dari para hamba-Ku ialah, mereka yang disebut namanya, jika orang menyebut nama-Ku, juga Aku disebut orang bila menyebut nama mereka (HR.Ath-Thabrani,Al Hakim dan Abu Na’im)
(Sebut nama Wali-Ku/ KekasihKu, Aku telah hadir pada sisimu, ingat saja: disebut nama Muhammad dalam shalawat, Allah langsung hadir pada sisi kita untuk memberi pertolongan, jelas kelihatan, bahwa Nama-Ku tak bercerai dengan nama Muhammad dan ulama Wali-Ku/Kekasih-Ku).
Hadits Riwayat AlBazzar dari Ibnu Abbas menyebutkan :
إنما أتقبل الصلوٰ ة ممن تواضع بها لعظمتي ولم يستطل علٰى خلقي ولم يبن مصرا علٰى معصيتي وقطع نهاره في ذكري ورحم المسكين وابن السبيل والأرملة ورحم المصاب ذالك نوره كنورالشمس أكلئوه بعزتي وأستحفظه بملا ئكتي أجعل له في الظلمة نورا وفي الجهالة حلما ومثله في خلقي كمثل الفردوس في الجنة
Sesungguhnya Aku hanya menerima shalat dari orang yang merendah diri (tadarruk) karena keagungan-Ku dan tiada menyombongkan dirinya di atas makhluk-Ku, tiada terus-menerus bermaksiat pada-Ku, menghabiskan masa harinya berdzikir kepada-Ku, berbalas kasih kepada orang miskin, orang musafir Ibnussabil, perempuan janda dan orang yang terkena musibah. Ia memancarkan Cahaya laksana matahari. (ia meneruskan Pancaran NURUN ALA NURIN pada orang-orang yang dikehendaki Allah, karena ia adalah APARAT ALLAH SWT.,seperti juga RASULULLAH adalah APARAT ALLAH SWT. yang PERTAMA, dan ia adalah PENERUS Tugas Rasulullah,sebagai KHALIFAH ALLAH dan KHALIFAH RASUL yang sebenar-benarnya, sebagai Al-Ulama-u Waritsatul Anbiya-i yang sebenar-benarnya, Lahir Batin, dalam Jasmani dan dalam Rohani).Aku lindungi ia dengan Kebesaran-Ku dan memerintahkan Malaikat-Ku menjaganya. Aku beri cahaya dalam menerangi hidupnya. Ia di antara makhluk-makhluk-Ku laksana “Firdaus gemerlapan di antara barisan Syurga-syurga-Ku (HR.AlBazzar )
dan ia memberi Syafa’at pada seluruh UmmatKu:
يشفع يوم القيامة الأنبياء ثم العلماء ثم الشهداء
Yasyfa’u yaumal qiamatil Anbiaa-u tsummal ’Ulamaa-u, tsummasy syuhada- u (HR. Ibnu Majjah)
Begitulah hebatnya Kurnia Allah SWT. kepada para Kha1ifah Nya dan Hamba-Nya yang saleh yang dikasihi dari Dunia sampai ke Akhirat.
“Yaa Ayyatuhan nafsul muthmainnah irji’ii ilaa rabbiki raadhiatam mardhiyyah fadkhulii fii ’ibaadii fadkhulii jannatii” (QS. Al-Fajr :27- 30).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamd.
SEKELUMIT KOMENTAR TENTANG TASAUF & SUFI
BERDAMPINGAN DENGAN TEKNOLOGI MODERN
Sekarang jelaslah bagi kita di sini, bahwa dalam Islam terdapat dua Golongan Ulama, yang pada Zahirnya tidak ada perbedaannya kelihatannya satu sama lain dalam ibadatnya, karena sama-sama berpegang pada hukum-hukum Fikih dalam melaksanakan Ibadat.
Golongan Ulama yang pertama adalah ahli Fikih (ahli Zahir) semata-mata, sedangkan golongan yang kedua, di samping mengetahui Hukum-hukum Fikih, juga menguasai Ilmu Tasauf dan Sufi dalam Islam (golongan Kebatinan dalam Islam). Kedua Golongan Ulama dalam Islam sangatlah diperlukan bagi Perkembangan Pendidikan ummat Islam di seluruh Dunia, karena tugasnya adalah isi-mengisi antara satu sama lain.
Hanya saja, karena Ilmu Tasauf dan Sufi merupakan Ilmu Kebatinan dalam Islam yang sangat halus, dalam dan tinggi ilmiahnya, sulit sekali untuk mendapatkan GURU BESAR-nya, yang expert, yang mampu menguasai Ilmu-ilmu ini dalam Teori dan Prakteknya sepenuhnya sekaligus, sehingga selalu tidak pernah diajarkan pada Sekolah-sekolah Agama, walaupun sampai ke UNIVERSITAS-UNIVERSITAS Islam sekalipun, justru karena Guru Besarnya sulit sekali diperdapat, mengingat sulitnya mata-mata Kuliah tersebut.
Akhirnya para kaum Ulama yang tergolong muda yang tammat di zaman ini, sama sekali tidak pernah mengenal akan Ilmu Tasauf dan Sufi, apalagi cara-cara pelaksanaan Teknis dalam mengamalkan Dzikrullah dan Ayat-ayat lain yang hebat-hebat, di mana di dalamnya tersimpan tersembunyi MUTIARA-MUTIARA, yang tak dapat dinilai betapa TINGGI akan harganya, sehingga MUTIARA-MUTIARA yang maha bernilai itu, berlalu hilang lenyap tak berbekas sedikit pun, tanpa dapat dimanfaatkan sama sekali oleh umat Islam.
Alangkah ruginya dan malangnya kaum Muslimin di seluruh Dunia! Pantas saja mereka Kalah di mana-mana saja, karena TIDAK MENGAMALKAN AL ISLAM SECARA KESELURUHANNYA LAGI!
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu dalam Islam itu secara keseluruhan. (QS. AI-Baqarah, ayat 208).
Yang paling Berbahaya lagi ialah, karena para kaum ulama yang muda-muda tersebut di atas, tidak pernah mengetahui tentang Ilmu Tasauf dan Sufi yang begitu dalam, halus dan tinggi dalam Islam Mulia Raya mereka malahan cenderung, dengan serta memfatwakan, bahwa Ilmu Tasauf dan Sufi adalah BlD’AH dan sebagainya! Masya Allah, memang benar, alangkah besarnya ruginya Kaum Muslimin dewasa ini di seluruh Dunia! Betapa besar kekeliruan yang diperbuat selama ini ! Cara pelaksanaan teknis menegakkan Shalat KHUSUK pun tak pernah dikupas, di mana mungkin, Kaum Mus1imin akan menang dalam hidupnya menghadapi segala macam perjuangan dalam hidup yang beraneka ragam ini !
Sedang Allah berfirman dalam AlQur’an, hanya mereka yang KHUSYUK dalam shalatnya, itu yang meraih Kemenangan dalam Hidup ini!
Sesungguhnya mendapat Kemenangan orang-orang Mukmin yang berhati Khusyuk dalam Shalatnya. (QS. Al-Mukminun :1- 2).
Betapa Lumpuhnya Kaum Muslimin selama ini, karena tidak sepenuhnya lagi mengamalkan Al Islam, yaitu Bahagian Tasauf dan Sufinya telah ditinggalkan dan menjadi ASING sama sekali baginya!
بدأالاسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا فطوبى للغرباء
Permulaan Islam ini asing, dan akan kembali asing pula, maka gembiralah orang-orang yang dianggap asing (HR.Muslim dan Abu Hurairah).
Justru di dalam Tasauf dan Sufi itulah tersimpan TENAGA MAHA DAHSYAT dari METAF ISIK AL QUR’AN!!
Mereka mengajarkan Ilmu TAUHID, tanpa mengajarkan WASILAHnya, (pembahasan tentang washilah pada Supletoir II di bawah), sehingga Umat mencari hubungan LANGSUNG KE-TUHAN,secara AWAM (yang JELAS tak mungkin dapat berhasil!!), TUHAN BUKAN ZAHIR SEPERTI KITA. DIMENSI-NYA BUKAN SEPERTI MANUSIA dan FREKWENSLNYA PUN BUKAN SEPERTI MANUSIA! DIMANA MUNGKIN IA DAPAT DIHUBUNGI SEPERTI
MANUSIA! (Secara AWAM!). Di samping beribadat secara Manusia Zahir, TUHAN MEMERINTAHKAN KITA MENCARI WASILAH DAN MENEMUKANNYA !
Hai orang yang BERIMAN, TAQWALAH pada ALLAH, dan CARILAH/ TEMUKANLAH WASILAH yang membawa engkau pada ALLAH (itu dia NURUN ALA NURIN), SUNGGUH-SUNGGUHLAH engkau di atas jalan itu, niscaya engkau MENANG (Dunia -Akhirat). (QS. Al-Maidah : 35).
Dan mereka mengajarkan shalat, tanpa melanjutkan pengajarannya, sesudah sang murid dewasa, bagaimana metodologinya dari cara pelaksanaan teknis, agar shalat itu dapat KHUSYUK.
Sehingga akhirnya sang murid meninggalkan Dunia yang fana ini dalam lanjut usia, masih tetap dengan ilmu shalatnya yang diperolehnya sewaktu ia umur 7 tahun, tidak maju-majunya.
Ia tidak pernah diajar cara pelaksanaan teknis memusnahkan.AL‘IBLlS dalam Hati Sanubarinya, yang sebenarnya adalah POKOK/PANGKAL dari shalat yang tidak khusyuk.
Ia hanya diajarkan menyebut A‘udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim yang diproduksinya sendiri secara awam, ia sebenarnya hanya baru diajarkan meniru bunyi, tanpa pernah diajarkan bagaimana cara pelaksanaan teknisnya menyalurkan Ayat tersebut dari Sumbernya yang Maha Dahsyat, yang diarahkan pada sasarannya, sehingga musnah sama sekali, walaupun memang ada dipesankan padanya untuk berusaha menegakkan Shalat Khusyuk.
Dalam hal yang begini rupa insan tersebut akan mengalami kecelakaan besar yaitu ia akan kembali ke Alam Baqa dengan masih bersama-sama dengan iblis di hatinya, karena ia tidak pernah mampu memusnahkannya selama hayatnya, karena tak pernah mengetahui cara metode pelaksanaan teknisnya! Bukankah keadaan Bani Adam yang begini rupa, sama sekali tidak kita inginkan karena sangat mengerikan!
Tidak pernah ada Ustadz baginya semasa hidupnya yang mengupas secara mendalam dan mendetail, bahwa shalat yang khusuk, adalah sebenarnya merupakan suatu kemenangan yang gilang-gemilang, sebagai hasil yang sangat tinggi nilainya, dari suatu peperangan besar terhadap Iblis Laknatullah. Ia harus mampu memusnahkan Iblis yang dahsyat itu dengan Strategi perang yang gilang-gemilang yang tak ada taranya,yang termaktub dalam Ilmu Thariqatullah yang Brilliant!)
Rasulullah pernah bersabda kepada para Sahabatnya yang kira-kira bunyinya: Kita telah kembali dari memenangkan suatu peperangan kecil di medan laga, sekarang kita mulai menghadapi suatu peperangan besar, yaitu memusnahkan iblis Laknatullah yang berada di hati sanubari kita sendiri
Di sini kita lihat : .
1. Di dalam perang kecil, Nabi selalu bersama para Sahabat memusnahkan kaum Kafirin dengan pedang yang tajam di Medan Yuda, dengan strategi akal muslihat yang diwahyui Allah yaitu Rasulullah SAW. dipimpin langsung dalam peperangannya oleh Allah SWT. sendiri, dengan para Panglimanya, antara lain Sayyidina Ali RA.
2. Apalagi di dalam perang besar yang ghaib, yaitu dalam memerangi musuh ghaib yang dahsyat yang berada dalam dada diri Rohani sendiri, adalah tetap sebagai Pemimpin AGUNGNYA dari diri Rohani Rasulullah, adalah tetap Allah SWT. sendiri.
“Pedang” ghaib Allah SWT. digerakkan langsung oleh Tangan Allah yang Maha Ghaib, yaitu Senjata Allah yang Maha Akbar yang disebut Kalimah Allah yang Maha Dahsyat dan Maha Tajam, yang langsung disalurkan dari Tangan Allah ke tangan Rohani Rasulullah SAW, sebagai Rasul dan Aparat Allah SWT. (QS. Al Fathu, ayat l0 :Tangan Aku di atas tangan mereka …….. ), bersama-sama/tidak bercerai-berai dengan para Panglima besar-Nya sebagai Khalifah-Khalifah Rasulullah, antara lain diri Rohani Arwahul Muqaddasah Sayyidina Abu Bakar Siddiq RA. yang telah “menguras” habis isi dada/isi Rohani Rasulullah, yang intinya ialah Kalimatullaahi Hiyal Ulya yang Maha-Maha Tajam dan Maha Akbar. Dan Rohani Rasul tidak pernah pula bercerai cerai dengan Rohani para Sahabatnya.
Dengan metode “strategi” Akbar yang Maha Dahsyat barulah mampu Al iblis yang sangat ghaib dan sangat sakti itu, dimusnahkan dari dalam diri hati sanubari kita, dan barulah mungkin SHALAT YANG KHALIS MUKHLISIN dapat berdiri dengan sempurna, yang merupakan Ashshalaatu mi’raajul mu‘miniin. BARULAH KITA MENANG DALAM HIDUP KITA DARI DUNIA SAMPAI KE AKHIRAT.
Kalaulah di tanah air kita dewasa ini jarang sekali kita jumpai perang kecil yang dimaksud seperti pada Hadits Nabi tersebut di atas, maka perang besar seperti tersebut pada Hadits Nabi di atas, harus dan wajib kita laksanakan sekurang-kurangnya lima kali sehari semalam, yang harus dan wajib selalu mesti pula kita menangkan, dan setiap peperangan ini hanya mungkin dapat dimenangkan dengan metodologi strategi yang sama seperti metodologi yang dipakai Rohani Rasulullah yaitu berdasarkan Ayat Qur’an: “Tangan Aku di atas tangan mereka”, Kalimah Aku di atas Kalimah Allah yang mereka sebut, begitulah Kalimah Allah yang harus kita sebut, yaitu Kalimah Allah Haqiqi yang tersalur dari Maha Sumber-Nya yang Maha Dahsyat, melalui saluran Haqnya: Arwahul Muqaddasah Rasulullah yang senantiasa hidup pada sisi Allah, dan seterusnya melalui Arwahul Muqaddasah Waliyyam Mursyida, dan sesuai pula dengan Firman Allah: Wa maa ramaita …… (QS. Al-Anfal, ayat l7) (bukan engkau yang menyebut, melainkan Aku) barulah terlaksana dengan sempurna: Wadzakarasma Rabbihii Fashallaa (QS. A1-A’laa, ayat 15) dan karena selalu pula berdzikir dalam shalat, kita tidak pula terkena hukuman Allah dalam Al Qur’an: Fawailul lil mushalliin dan seterusnya …… (QS. A1-Ma’un, ayat 4-5). Artinya: Neraka Wail bagi orang yang shalat, yang shalatnya lalai (tidak dzikir/lupa dzikir) dalam shalatnya, karena begitu kita lupa dzikir, begitu pula lblis pun sudah kembali lagi pada tempatnya semula dalam hati kita.
Kwalifikasi dari Kehebatan-kehebatan Iblis antara lain ialah:
1. Ia sangat sakti, hingga mampu menyusup ke dalam Syurga yang dipagari oleh Malaikat, apalagi menyusup ke dalam hati kita yang tidak berpagar sama sekali. (Maka oleh sebab itu, hati kita itu wajib dan harus dipagari oleh “pagar” yang melebihi Kekuatan pagar Malaikat, yaitu “pagar Kalimah Allah” yang disalurkan dari Sumberya yang Maha Dahsyat).
2. Iblis itu karena saktinya mampu merayu dan “menyihir” Adam dan Hawa, sehingga terpelanting dari Surga. Apakah kita mampu membetengi diri dari rayuan dan sihir Iblis yang sangat halus itu, kalau tidak dibentengi dengan “Kalimah Allah yang Hak yang disalurkan dari Sumbernya yang Maha Dahsyat ?”.
Untuk menaklukkan iblis yang sangat dahsyat itu tentu harus dipakai Metodologi/Strategi yang sama seperti dalam peperangan besar yang dimenangkan Rasulullah SAW.
Entahlah barangkali, kalau iblis itu sudah pula mulai inflasi kesaktiannya, maka barulah kita boleh pula memakai pagar yang inflasi pula, dan Surga yang diharapkan adalah Surga yang inflasi pula alias Surga kelas kambing atau “hau-hau” atau sama sekali bukan Surga.
3. Umur Iblis sudah berjuta-juta tahun, umur kita tidak ada artinya dibanding dengan umurnya, maka oleh sebab itu, kita harus menghadapinya dengan menyalurkan Kalimah Allah yang Haq, yang kekal abadi dan tak lapuk-lapuknya untuk mengalahkannya.
4. Iblis itu sangat sakti, sebagai maha guru dari segala tukang sihir yang hebat-hebat di Dunia. Ia tamatan sekolah tinggi di langit, kita hanya tamatan sekolah tinggi di bumi! Ia hanya mampu dihadapi dengan Kalimah Maha Sakti yang disalurkan dari Sumbernya yang Maha Dahsyat. Kalimah Allah yang kita ucapkan selama ini adalah Kalimah Allah palsu yang memang berbunyi sama, tetapi kosong isinya, sehingga tidak berfungsi sama sekali sebagai peluru penghancur lblis; sedangkan Kalimah Allah yang disalurkan, yang bunyinya juga sama saja, tetapi mengandung energi yang Maha Dahsyat, yang mampu memusnahkan, bukan saja Iblis laknatullah, tetapi juga gunung, bukit, segala-galanya akah musnah, termasuk Atom dan Nuklir dan lain-lain, jika ditujukan kepada sasarannya oleh Aparat Allah SWT. yang sangat hebatnya!
Bukan sebagai Aparat dari diri pribadi sendiri, sebagai manusia lemah yang sangat berkekurangan! Menyebut Kalimah yang terakhir ini adalah hampir sama saja dengan Kalimah Allah yang disebut-sebut orang-orang “Kafir”.
Coba kita lihat lagi sebagai contoh:
Bukankah tongkat ahli-ahli sihir Fir’aun yang mampu menjelmakan ular-ular yang sangat berbisa, yang kemudian hendak menyerang Nabi Musa AS., cukup dihadapi oleh Tongkat Nabi Musa AS., di mana telah disalurkan Kalimah Allah yang Maha Dahsyat, Kalimah Allah yang Maha Sakti, yang dalam sekejap mata saja mampu melenyapkan ular-ular jadi-jadian itu; karena dimensi dari Kalimah Allah yang Haq, yang Maha Tinggi dan Maha Agung, tidak dapat ditentang oleh apa saja pun dalam jagad ini.
Pendek kata segala kapasitas Al Iblis yang walaupun bagaimana hebat fenomenanya, mampu dihadapi oleh Kalimah Allah yang Haq yang disalurkan dari Maha Sumbernya melalui salurannya yang Haq pula.
Paralel dengan fenomena-fenomena di dalam Alam Fisika, kita dapat menyalurkan tenaga-tenaga dahsyat, dengan Metodologi/Strategi tertentu, umpamanya dari air hening-bening dari Danau Toba yang tenang yang mampu mengeluarkan beratus-ratus ribu KVA energi Electricity, yang kemudian disalurkan dan mampu melebur Aluminium dan segala macam logam yang lain di Kuala Tanjung, belum lagi jika tenaga dahsyat tersebut, di “transfer” menjadi tenaga Atom dan Nuklir dan lain-lain, yang mampu melebur Dunia ini dalam beberapa detik saja! Namun segala-gala fenomena-fenomena dari Alam Fisika yang sangat dahsyat sekalipun, segala-galanya dengan mudah dapat dibungkam atau dimusnahkan oleh tenaga Energi Metafisika dan Al Qur’anul Karim, yang tak terbatas, yaitu Kalimatullaahi Hiyal Ulya yang Maha Agung dan Maha Dahsyat dan Maha Perkasa, yang disalurkan melalui saluran Haq-nya. (Qs.A1-Hasyr,ayat 2l ).
Dan Ilmu ini semua ada dalam Ilmu TASAUF dan SUFI, bagian SEBELAH DALAM dari Al Qur’an, yang juga harus kita Pelajari dan AMALKAN dengan sungguh-sungguh BARU ISLAM ITU HEBAT DAN DAHSYAT! Tak ada tolok bandingannya!
Dan betapa pula kelumpuhan dan impotensi total yang dialami oleh Kaum Muslimin terhadap lawan-lawannya, antara lain Masjidil Aqsa di Palestina, Mesjid suci ketiga Kaum Muslimin di seluruh Dunia, masih tetap dinodai oleh Kaum Jahudi, hingga saat sekarang ini!
Dan kaum Muslimin di seluruh Dunia tidak mampu berbuat apa-apa terhadap penodaan itu! Penodaan selanjutnya bukan tidak mungkin pula dilaksanakan oleh Kaum Zionis laknatullah terhadap Makkatul Mukarramah dan Madinatul Munawarah, tanpa Kaum Muslimin seluruh Dunia, mampu mencegahnya! Karena tidak menguasai, tidak memiliki, tidak mewarisi lagi Maha Energi dari kekuatan metafisik AlQur’an yang Maha Dahsyat, seperti yang disitir dalam A1 Hasyir,ayat 21 !
Doa Kaum Muslimin adalah seperti melempar balam dengan batu,yang 99% tidak akan mengenai sasarannya! Dia “harus memakai Teknologi dari Metafisik Al Qur’an, sehingga ia mampu di dalam do’anya terhadap Allah SWT., seperti menembak sasaran dengan telescope, di mana jika fokusnya telah tepat, pasti menurut undang-undang dan hukumnya, tak pelak lagi tepat mengenai sasarannya! _
Kita jangan hanya pandai bercerita tentang Maqam Ihsan di mana memang benar pada Maqam Ihsan itu tidak ada do’a yang ditolak Allah SWT. Yang paling utama ialah, bagaimana cara menguasai pelaksanaan teknisnya agar sampai mencapai Maqam lhsan itu,di mana Allah SWT. tidak akan menolak tiap-tiap do`a dari hamba-Nya yang khalis mukhlisin, yang dikasihi, yang di dalam dadanya bersinar Nurun ala Nurin, barulah Allah SWT. tergugah dan menurunkan langsung buah-buah Sijjil-Nya atau sebangsanya, sebagai peluru-peluru berkepala Atom Kalimah Allah yang pasti akan menghancur leburkan sasaran-sasarannya!
Kita harus faham bahwa Maqam Ihsan adalah pada sisi Allah SWT di tempat yang jauh letaknya, di Arasy yang tak terhingga jauhnya ( ∞), mau tidak mau harus ada yang membawa Rohani kita ke situ yang mempunyai kapasitas yang ∞ pula, itulah dia Nurun ala Nurin yang semestinya kita Warisi dari Rohani Rasulullah!
Dan semua ini termaktub dalam bidang Tasauf dan Sufi yang hanya dapat diuraikan dengan hukum-hukum teknologi modern,berdampingan dengan Al Qur’an dan Al Hadits!
Semoga Allah SWT. membukakan hijab bagi kita semuanya dan menurunkan Rahmat-Nya dan Kurnia-Nya dari Sifat-Nya Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, Amin.
Sekian Komentar.
SEKELUMIT TENTANG PERBEDAAN ANTARA ILMU TASAUF (AGAMA ISLAM DALAM ILMU KEROHANIANNYA) DIBANDING DENGAN ALIRAN KEPERCAYAAN DUNIA TIMUR DAN BARAT (TERMASUK HYPNOTISME, SPIRITISME, TELEPHATIE, SOMNAMBULISME, TELEKINESE, MEDIUMSHIP DAN LAIN-LAIN)
Sebenarnya kami dari LIMTI, berniat juga untuk membahas sedikit dalam Buku ini sccara Ilmiah Eksakta dan berdasarkan Al-Qur’an/Al Hadits (secara ILMU TASAUF dan SUFI) segala macam Ilmu Kebatinan, agar Dunia spiritual (Agama At Tauhid, Kepercayaan Aliran Kebatinan di Dunia) dapat membedakan dan mengetahui dengan JELAS, di mana letaknya SELISIHNYA antara KEBATINAN AGAMA AT TAUHID, yang dimasyhurkan dengan nama TASAUF,dengan SEGALA MACAM ILMU KEBATINAN di Dunia.
Hingga saat ini tidak satu pun Agama At Tauhid yang betul-betul mampu untuk meng-expose-nya berdasarkan Ilmiah (apalagi Ilmiah Eksakta) dan berdasarkan Ayat-ayat dalam Kitab-kitab Suci, sehingga JELAS dapat dideteksi di mana “Slip-nya”. Segala macam Ilmu Kebatinan yang bagaimanapun Hebatnya kelihatan dan walaupun jelas memakai Ayat-ayat Kitab Suci Al Qur’an sekalipun dalam Amalannya* (Penjelasannya akan diurai di bawah), dan walaupun mampu menghasilkan FENOMENA-FENOMENA yang luar biasa hebatnya, seperti mampu mengobati berbagai-bagai macam Penyakit, bahkan mampu berjalan di atas air, atau mampu Terbang DI AWANG-AWANG SEKALIPUN. Semua ini tidak ada artinya bagi Agama At Tauhid, yang menguasai BIDANG ILMU KEBATINANNYA; semua hal-ikhwal tersebut itu adalah KECIL pada Sisi Allah SWT. dan pada sisi ilmu TASAUF ISLAM.
TUJUAN POKOK dari ILMU TASAUF, YANG PALING TINGGI pada sisi Ilmu Tasauf ialah : Mampu sampai Kehadirat Allah SWT meraih Ridha dan KasihNya.
Hadits Nabi :
قال الله تعا لى: لم يسعني الارضي ولا سماءي ووسعني قلب عبدي المؤمن اللين الوادع
“Sesungguhnya Langit-langit dan Bumi-Ku tidak berdaya menjangkau-AKU, namun AKU telah dijangkau oleh Hati seseorang Mukmin (yang KU-kasihi), (yang telah menerima NURUN ALA NURIN dari-KU)”.(HR. Ahmad dari Wahab bin Munabbih ).
Dan ini HANYA DAPAT DICAPAI antara lain melalui saluran Haq-nya yang diakui Allah SWT., yaitu melalui Rohani salah SEORANG dari para RASUL pilihan-NYA, yang Tali Silsilahnya masih NYATA ADANYA! Karena hanya di- situlah tersembunyi :FREKWENSI ALLAH SWT yang TIDAK TERHINGGA HA LUS, Tinggi, Agung dan Sempurnanya, tetapi juga MAHA-MAHA DAHSYAT yang tidak dapat diukur.
Dan kalau dihadapkan pada Ilmu Kebatinan apa saja pun namanya,ilmu Kebatinan akan LEBUR jadi ABU sama sekali, begitu juga jika dihadapkan pada Lawan Fisis sekalipun.
Segala macam dan jenis Lawan Metafisis apa pun namanya, walaupun yang berasal dari Bumi, Udara, Lautan dan Angkasa sekali pun, semua akan tunduk dan bersujud pada DIMENSI yang TAK TERHINGGA itu, yang bermanifestasi melalui APARATNYA di TANGAN YANG MAHA BERKUASA YANG TAK ADA TOLOK BANDINGANNYA, di alam mana saja pun!
“NONE IS COMPARABLE UNTO HIM”! NOBODY AND NOTHING, WHOEVER AND WHATEVER IS ABLE TO COMPETE HIM! BISMILLAAHIL LADZI LAA YADHURRU MA’AS MIHII SYAIUN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA-I!
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd.
RUMUS ALJABARNYA :
Apa saja, siapa saja, Metafisik apa saja, dari Langit dan Bumi,Atom, Nuklir, Galodo, Kiamat Dunia, Setan, Iblis dan lain-lain ,dan lain-lain dibagi ∞ = 0
Semua akan MUSNAH HABIS OLEH TENAGA YANG TAK TERHINGGA, yaitu ENERGI NUCLEUS DARI KALIMAH ALLAH sebagai INTI AL QUR’AN HAQIQI ( ∞)
Kami cukupkan hingga di sini dahulu untuk sementara waktu pengupasan tentang Hal lkhwal Ilmu Kebatiman di Dunia, mudah-mudaham di lain kesempatan kami dapat menyambungnya lagi dengan lebih tenperinci, hingga jelas dan tak ada ragu-ragunya lagi bagi kita sekalian.
Sekian! Wassalamualaikum w.w.
*) Penjelasan :
Seperti juga mengamalkan Kalimah Laa ilaaha Ilallah sekalipun, tanpa memakai Frekwensi Unsur Muhammad, amalan itu tidak akan sampai Kehadirat Allah SWT. Dzikirmya akan tergantung di awang-awang!
Begitu juga akan tergantung di awang-awang doa seseorang tanpa Shalawat atas Nabi (tanpa memakai Frekwensi Unsur Muhammad).
اِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوْفٌُ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالاَرْضِ لاَيَصْعَدُ مِنْهُ شَيْئٌُ حَتّىٰ تُصَلّى عَلىٰ نَبِيِّكَ
“Sesungguhnya do’a itu akan terhenti di antara langit dan bumi,sedikitpun tidak dapat naik, sehingga engkau bershalawat atas Nabimu “(HR Tarmizi)
Begitu juga mengucapkan Asyhadu alla ilaaha illallah, tidak akan sampai kalau tidak memakai Unsur Muhammad, dalam Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.
Untuk mencapai Frekwensi Muhammad, kita harus menyatukan diri Rohani kita dengan diri Rohani Muhammad, yang telah bersatu dan berada dalam diri Rohani Guru/yang Ahli Silsilah. Dalam keadaan bersatu Rohani dengan Rohani,maka Frekwensi Ruhani kita telah bersatu pula dengan Frekwensi Rohani Muhammad, barulah Kita dapat beramal segala macam Ayat-ayat Al Qur’an dan barulah segala Ayat-ayat tersebut berjaya dengan sehebat-hebatnya.
Namun Teori ini tidak boleh dan tidak dapat dijalankan sendiri-sendiri, tanpa Pimpinan Guru Waliyam Mursyida, Mursyid yang Kamil Mukammil, yang Khalis Mukhlisin dan Khawas lil Khawas, yang diri Rohaninya telah berkekalan bersatu dengan diri Rohani Muhammad, sebagai Khalifah Rasul dan Khalifah Allah SWT. barulah metode Sakral ini akan dapat berbuah dengan sebaik-baiknya.
Semuanya harus dilaksanakan dengan TALKIN DZIKIR o1eh Sang Guru/Ahli Silsilah tersebut de atas, kalau tidak PEKERJAAN ini adalah SANGAT BERBAHAYA! Karena pekerjaan ini sangat halus, suci serta mulia, maka sudah pasti banyak pulalah Musuh-musuhnya yang juga hebat-hebat dan halus-halus, yang ingin mengganggu dan coba menyesatkan, yang harus dimusnahkan pula lebih dahulu oleh Kekuatan Dzikir dari Sang Guru/Ahli Silsilah, yang berpengalaman dan ber-Ijazah (yang telah mendapat IZIN dan RIDHA dari Sang
Guru/Ahli Silsilah di atasnya).
Sedangkan Rasulullah sendiri dalam Isra’ dan Mi’rajnya/dalam munajat Kehadirat Allah SWT., masih hendak dicoba diganggu/digoda oleh Iblis yang bernama JIN IFRIT, yang kemudian musnah terbakar oleh “semburan” ATOM kalimah Allah dari Sang Pengawal.
Sekian keterangan singkat.
P E N U T U P
Wahai Saudara·saudaraku yang aku kasihi, para pembaca yang Budiman! Sebagai penutup kami sampaikan di sini dengan hormat agar Saudara-saudaraku sudi kiranya menelaah isi Buku ini yang berisikan uraian-uraian tentang Nurun ala Nurin, tentang Kerohanian, dan tentang cara menghampirkan diri ke hadirat Allah SWT., dan semua ini termaktub dalam Ilmu Tasauf dan Sufi dalam Islam.
Sudahlah jelas pula, bahwa semua uraiannya tidaklah mudah dapat difahami oleh mereka yang awam. Apalagi, jika ia tidak memahami Ilmu Teknologi dan tidak berilmu atau berpengalaman dalam Ilmu Tasauf. Sekali lagi, bukanlah Rasul tidak mampu untuk menerangkan Agama lslam dalam bidang Ilmu Kerohaniannya, seperti diuraikan di atas. Namun masyarakatnyalah pada zaman dahulu tidak akan mampu menerimanya, karena Ilmu Kerohanian yang ghaib itu setepat-tepatnya hanya dapat diterangkan dengan Ilmu Teknologi Modern, karena harus memakai getaran-getaran dan frekwensi yang ∞ dari dimensi yang tak terhingga pula, karena sesuatu Zat yang tak terhingga hanya dapat dihubungi dengan faktor yang tak terhingga pula, yang terbit dari pada Zat yang tak terhingga itu sendiri.
Segala faktor atau unsur yang tak terhingga, hanya dapat kita miliki, jika diberikan sendiri oleh Zat yang tak terhingga itu sendiri, karena hanya ia yang memilikinya. Barulah kita mempunyai harapan untuk sampai kepada-Nya, dalam lbadat dan Amalan kita sebagai manusia yang sangat berkekurangan itu.
Ayat-ayat Al Qur’an yang jelas menunjukkan semuanya itu, antara lain ialah ayat: Nuurun ’alaa Nuurin yahdillaahu . . . Nur di atas Nur yang diberikan Allah kepada yang dikasihi-Nya.
Sudah jelas Al Buraq pun merupakan Nur yang tak terhingga kecepatan frekwensinya yang dapat membawa Rohani Rasulullah ke hadirat Allah SWT., juga dianugerahkan oleh Zat yang tak terhingga itu. Sebenarnya dalam Buku kecil ini, kami sendiri tidak merasa puas untuk menguraikan segala sesuatunya tentang kekayaan alam keRohanian, beserta kedahsyatan alam Metafisika Al Qur’an; sebenarnya semuanya baru dapat diuraikan dengm sebaik-baiknya dalam suatu Fakultas Metafisika atas dasar Eksakta!
Saudara-saudara yang aku cintai semua!
Sekali-kali bukanlah kami bermaksud di sini untuk mendakwa bahwa Saudara-saudaraku yang tidak memakai metode bathiniah dalam ibadatnya tidak termasuk dalam golongan Islam, sekali-kali bukan itu maksud kami!!! `
Islam itu sangat luas seperti lautan, yang ikannya berlapis-lapis jenisnya, kalau kita telah merasa puas diri dengan menangguk di permukaan laut dengan mendapatkan ikan kecil-kecil/ikan teri, itu pun namanya ikan juga, itu pun sudah bagus, tetapi jika mereka hendak memakai suatu angkatan armada perikanan itu sudah jelas lebih menguntungkan. Namun kalau ikan di laut ada masa-masanya berkurang, lautan Rahmat Allah Ta’ala tidak akan pernah habis-habisnya, jauh lebih banyak dari pada bintang di langit, lebih banyak dari pada pasir di lautan, walaupun kalam di rimba dan dawat di lautan sudah habis untuk menuliskan akan Rahmat-Nya itu, namun RahmatNya tidak akan habis-habisnya sesuai dengan ayat Al Qur’an :
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat (Rahmat-rahmat) Allah. Sesungguhnya Allah Maha Gagah Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Luqman, ayat 27).
Itulah dia antara lain gambaran dari Kekayaan Allah SWT. di alam Metafisika. Dan ini semua hendaknya bukan hanya untuk disebut-sebut saja, tetapi juga untuk dihayati, difahami, dipelajari pelaksanaan teknisnya, agar dapat dimanfaatkan untuk hidup dan kehidupan Ummat beragama di Dunia dan di Akhirat.
Dan ini telah dilaksanakan sejak dahulu kala oleh para “Mandataris” dan “Aparat” Allah SWT., yaitu para Rasul, para Nabi, para Solihin, para Siddiqiin, para Rijalullah, para Aulia Allah sebagai Khalifah Allah dan Khalifah Rasul yang mewarisi semua ini, begitulah hebatnya dan perkasanya orang Mukmin di masa itu, karena keAkbaran Allah SWT juga. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd!
Akhirul kalam, kami serukan di sini, bagaimanapun atau apapun ijtihad kita masing-masing, di atas segala-galanya, marilah kita pelihara kesatuan dan persatuan Islam, kerukunan antar beragama di Negara RI yang kita cintai ini yang berazaskan Panca Sila dan UUD 45, di bawah kibaran bendera Sang Saka Merah Putih yang berjiwa keperwiraan dan kesucian.
Semua ini ialah, guna kesejahteraan hidup kita sebagai umat beragama di dunia, dan demi kesejahteraan kita berbangsa, bernegara dan bertanah air.
Semoga kita semuanya mendapat Taufik dan Hidayat dari Allah SWT., serta hidup dalam ketenteraman dan ketenangan, dan senantiasa beserta dengan yang Maha Rahman dan yang Maha Rahim, hingga pada akhir hayat kita dan seterusnya hingga nun di seberang sana kelak. Amiin, Amiiin, ya Rabbal ’Aalamin!
SUPPLETOIR I
Sebagaimana yang telah disebut pada bagian terdahulu, di mana disebutkan, guna untuk memperlengkapi Ayat-ayat Allah dan Hadits Nabi, guna mendukung Dalil-Dalil Dzikrullah, bersama ini kita turunkan Ayat-ayat dan Hadits-hadits yang dimaksud agar dapat dimaklumi oleh Kaum Muslimin, betapa Pentingnya Peramalan Dzikrullah itu.
Namun di atas segala-galanya, ibadat Nawafil tersebut, harus dilaksanakan dengan memakai Frckwensi yang tak terhingga, seperti yang telah kita uraikan secara panjang lebar pada Buku ini.
Di bawah ini, kita sitir lebih dahulu, beberapa Hadits dan Ayat Qur’an yang menguatkan akan ucapan tersebut. Kita jangan lupa bahwa Ayat Al Quranul Karim dan Al Hadits bukan hanya berlaku untuk Jasmaniah Manusia tetapi juga untuk Rohaniah Manusia. Karena Al Islam mengatur Jasmani dan Rohani Manusia dengan sesempurna-sempurnanya.
Dengan lain perkataan Ayat Al Qur-’an dan Al Hadits di bawah mengenai Rasulullah, para Khalifah Rasul dan Para Khalifah Allah juga meliputi selain Jasmani Beliau-beliau itu juga Rohaninya.
Sebagai contoh kita sitir Hadits di bawah ini :
اِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوْفٌُ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالاَرْضِ لاَيَصْعَدُ مِنْهُ شَيْئٌُ حَتّىٰ تُصَلِّيَ عَلىٰ نَبِيِّكَ
Sesungguhnya Do’a itu terhenti di antara langit dan bumi sedikitpun tidak bisa naik, sehingga engkau bershalawat atas Nabimu (HR. Tarmizi).
Konklusi :
”Tidak Ku-kabulkan do’a seseorang, tanpa Shalawat atas Rasul-Ku.Do’anya tergantung di awang-awang, ”
Terjemahan Akademis: “Tidak engkau mendapat akan frekwensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekwensi Rasul-Ku yang berada dalam diri Rohaninya”. Ternyata Diri Rohani Rasulullah is the Big Conductor (wasilah) bagi Rohani kita dalam munajat ke hadirat Allah SWT.
A.1)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لما اعترف ادم الخطيئة قال يارب أسئلك بحق محمد الا ماغفرت لي فقال الله تعالى ياادم كيف عرفت محمد ولم اخلقه قال يارب إنك لماخلقتني رفعت رأسي فرأيت على قوائم الارش مكتوبا لااله الا الله محمد رسول الله فعلمت أنك لم تضف الى اسمائك الا أحب الخلق اليك فقال الله صدقت ياادم إنه لأحب الخلق الي فإذاسألتني بحقه فقد غفرت لك
Berkata Rasulullah SAW. : “Pada ketika telah membuat kesalahan Nabi Adam, ia bertaubat dan berkata : Wahai Tuhan, saya mohon kepada-Mu dengan hak Muhammad supaya mengampuni saya. Maka Tuhan menjawab : Wahai Adam, bagaimana engkau mengetahui Muhammad sedang ia belum dijadikan? Adam menjawab : Wahai Tuhan, setelah ENGKAU jadikan saya,saya mengangkat kepala ke tiang Arasy di mana tertulis kalimah LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH, maka saya tahu bahwa ENGKAU tidak akan menyertakan Nama ENGKAU, kecuali dengan nama orang yang ENGKAU kasihi. Maka Tuhan menjawab: Engkau benar hai Adam, Ia seorang laki-laki yang paling Ku kasihi; kalau engkau memohon kepadaKu dengan HAQNYA. (dapat frekwensiNya). Engkau Ku ampuni. Kalau tidaklah karena Dia, engkau tidak akan AKU jadikan” (HR. Imam Baihaqi dalam Kitab Dalailu Nubuwah, Imam Hakim dan Imam Thabrani).
2)
فلا تصرف وجهك عنه وهو وسيلتك ووسيلة أبيك ادم بل استقبله واستسفع به فيسفعه الله فيك قال الله تعالى ولو أنهم اذظلموا انفسهم جاءوك فاستغفروالله واستغفر لهم الرسو ل الله لواجدوالله توابا رحيما
Janganlah engkau palingkan mukamu dari pada-Nya karena beliau adalah wasilah engkau dan wasilah bapak engkau ADAM kepada Allah. Menghadaplah kepada-Nya dan mintalah Syafa’at dengan DIA, maka Allah akan memberi Syafa’atNya kepada-mu.
Tuhan berfirman: ”Kalau manusia telah menganiaya dirinya (dengan berbuat dosa) datang menghadap-Mu (hai Rasulullah),lalu mereka memohon ampun kepada Allah (di hadapanMu) dan Rasul pun memohonkan untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat dan Penyayang?
Riwayat ini diterangkan oleh Ijadh dalam Kitab Syifa‘ dan oleh Imam Qasthalani dalam Kitab Mawahubuladuniyah, oleh Imam Subki dalam Kitab Khulasatul Wafa’ dan oleh Imam Ibnu Hajar dalam Kitab Tuhfatuz Zuwar.
3)
اللهم إني أسئلك واتوجه إليك بمحمد ن النبي الرحمة يا محمد إني قد توجهت الى ربي في حاجتي هذه لتقضى
“Ya Allah, saya bermohon dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi kami Muhammad, Nabi yang membawa Rahmat, Hai Muhammad, saya menghadapkan mukaku (dengan Engkau) kepada Tuhan, supaya permintaan saya diterima” (HR. Imam Thabrani dan Imam Bajhaqi).
4)
إن الناس أصابهم قحط في خلافة عمر رضي الله عنه فجاء بلال بن الحارث وكان من اصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم الى قبر النبي صلى الله عليه وسلم وقال يارسول الله استسق لأمتك فإنهم هلكوا
“Bahwasanya kemarau menimpa manusia pada zaman Khalifah Umar bin Khatab RA. Seorang sahabat Nabi yang utama bernama Bilal bin Harits datang ke makam Nabi Muhammad SAW. di Madinah dan berziarah kepada Beliau. Pada ketika itu ia berkata : “Hai Rasulullah, mintakanlah hujan untuk ummat Engkau karena mereka hampir binasa”. Maka datanglah Rasulullah kepadanya (dalam mimpi) mengabarkan bahwa hujan akan turun (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan lbnu Abi Sayibah dengan sanad yang sahih).
(Jelas Rohani Rasulullah hidup pada sisi Allah SWT, dan tetap memberi syafa’at, begitu juga yang sederetan duduknya dengan para Rasul, tetap memberi syafa‘at pada ummat sampai ke Akhirat).
5)
“ Jikalau mereka telah menganiaya dirinya (berbuat dosa) lantas datang kepadamu (hai Rasulullah) lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nisa, ayat 64).
6)
عَنْ أَنَسَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ عُمَرَ ابْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ إذَا قُحِطُوا إسْتَسْقىٰ بِالْعَبَّاسِ ابْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ فَقَالَ اَللّٰهُمَّ كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ نَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّانَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَافَيُسْقَوْنَ
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Umar bin Khatab RA. Apabila terjadi kemarau, minta hujan ia dengan Abbas bin Abdul Muthalib, maka beliau berkata: “Ya Allah, bahwasanya kami telah tawassul kepada ENGKAU dengan Nabi kami, maka ENGKAU turunkan hujan, dan sekarang kami tawasul kepada ENGKAU dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan “. (HR.Imam Bukhari).
Jelas bahwa Rohani Nabi memberi syafa’at, dan Rohani paman Nabi juga memberi syafa’at, karena telah menerima penerusan dari Nurun ala Nurin dengan sempurna.
7)
وَمَنْ يَتَوَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَإِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْغٰلِبُوْنَ
“Barang siapa yang mengangkat Allah dan RasulNya dan orang yang beriman menjadi pemimpinnya (lahir batin telah menerima penerusan dari Nurun ala Nurin dengan sempurna) maka (ia masuk partai mereka, dan) sesungguhnya partai Allah-lah yang mendapat kemenangan.” (QS. Al-Maidah, ayat 56).
8)
“Sesungguhnya bagimu sudah ada pada diri Rasulullah ikutan yang baik (pemimpin diri Rohani dan Jasmani), yaitu bagi orang yang mengharap (ridha) Allah dan Hari Kemudian, dan bagi orang yang banyak mengingat Allah (dzikir).” (QS. Ahzab, ayat 21).
9)
يشفع يوم القيامة الأنبياء ثم العلماء ثم الشهداء
“Yang memberi Syafa’at di hari Qiamat ialah : AMBIA (para Nabi), ULAMA dan para SYUHADA” (HR. Ibnu Majah).
10)
“Sabarlah engkau bersama (berkawan atau ber-imam) orang-orang yang menyeru Tuhannya pagi dan petang, sedang mereka itu menghendaki keridhaan Allah, janganlah engkau palingkan pemandanganmu (tetap hadir/tetap dalam frekwensi) dari mereka karena mengharapkan perhiasan hidup di dunia.Janganlah engkau ikut orang-orang yang lalai hatinya dari mengingat Kami dan ia menurutkan hawa nafsunya dan adalah perbuatannya itu lebih dari patut/melampaui batas (tak baik)”.(QS. Al-Kahfi, ayat 28).
11)
“Wahai kaum kami ikutlah (berimam lahir-batin) orang yang menyeru kamu kepada Allah, dan percayalah kepada-Nya,niscaya Allah mengampuni dosamu dan melepaskan kamu dari pada azab yang pedih”. (QS. Al-Ahqaf, ayat 31).
12)
”Dan Kami kehendaki dengan nikmat Kami kepada hamba-hamba Kami, di muka bumi ,lalu Kami jadikan mereka menjadi ikutan (lahir batin) dan orang penerima warisan. (QS. Al-Qashash, ayat 5).
13)
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah seperti para Nabi-nabi, Siddiqin (Ulama), Syuhada dan Solihin (Ulama)”. (QS. An-Nisa:69).
14)
“Dan Kami jadikan mereka menjadi ikutan (lahir batin) untuk menunjuki manusia dari perintah ketika sabar serta yakin dengan keterangan Kami (QS. As-Sajadah, ayat 24).
15)
“Mereka itulah orang yang telah diberi Allah petunjuk, maka ikutilah mereka (lahir batin) dengan petunjuk itu” (QS. Al-An’am, ayat 90).
16)
”Mereka itulah orang-orang sebenar-benarnya ber-Iman. Mereka mendapat derajat yang tinggi dari Tuhannya, dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (QS. Al Anfal, ayat 4).
17)
“Sesungguhnya orang-orang yang teguh dengan engkau (Muhammad) sebenarnya mereka berjanji teguh dengan ALLAH. Tangan ALLAH di atas tangan mereka (Wajah-Ku di atas wajah mereka, RohKu di atas Roh mereka). (QS. Al-Fathu, ayat 10).
18)
“Demikianlah tanda kekuasaan ALLAH. Siapa yang ditunjuki ALLAH dapat petunjuk1ah dia, dan siapa yang disesatkanNya, tiadalah akan mendapat pimpinan yang menunjukinya (Waliyam Mursyida= orang yang menerima Nurun ala Nurin dengan sempurna (QS.Al-Kahfi,ayat 17)
19)
“Ikutlah (lahir-batin) orang yang tiada meminta upah kepadamu itu, karena mereka mendapat pimpinan yang benar”. (QS. Yasin,ayat 21).
20)
لم يسعني الارضي ولا سماءي ووسعني قلب عبدي المؤمن اللين الوادع
“Tidak dapat memuat ZATKU, bumi dan langit-KU, yang dapat memuat ZATKU, ialah Hati hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang” (yang telah menerima penerusan dari Nurun ala Nurin dengan sempurna (Hadits Qudsi),
21)
“Sesungguhnya ini menjadi peringatan. Barang siapa yang hendak mendapat pengajaran, niscaya diambilnya jalan /metode untuk menyampaikannya kepada TUHAN” (dari orang yang menerima Nurun ala Nurin dengan sempurna sebagai aparat ALLAH TA’ALA). (QS. AlMuzammil, ayat 19)
22)
“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji teguh dengan engkau (Muhammad), sebenarnya mereka berjanji teguh dengan ALLAH. Tangan ALLAH di atas tangan mereka (Wajah ALLAH di atas wajah mereka. Jelas kelihatan, bahwa mereka adalah aparat ALLAH, Mursyid itu, setelah menerima dengan sempurna
penerusan dari pada Nurun ala Nurin). Barang siapa yang melanggar janjinya maka bahayanya itu atas dirinya sendiri dan barang siapa yang menyempurnakan janjinya dengan ALLAH, maka ALLAH menganugerahkan pahala yang besar kepadanya.” (QS. Al-Fathu, ayat 10).
23)
من عاداىلي وليا فقد اذنته باالحرب وما تقرب الي عبدي بشيئ أحب الي مما افترضته عليه وما يزال عبدي يتقرب الي باالنوافل حتى احبه فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصربه ويده التي يبطش بها ورجلة التي يمشي بها ولئن سألني لأعطينه ولئن إستعاذني لأعيذنه
“Barang siapa yang memusuhi seseorang penolong-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya (jelas kelihatan, ia kekasih Allah adalah Aparat Allah SWT., di tangan Allah karena telah menerima penerusan dari Nurun ala Nurin dengan sempurna), dan apabila hamba-KU menghampirkan diri kepadaKu dengan sesuatu amalan, yang lebih Aku cintai, dari pada hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Kuwajibkan atasnya, kemudian itu ia terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan yang nawafil (yang baik), hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar, dan Akulah penglihatannya bila ia melihat, dan adalah Aku tangannya bila ia mengambil (melakukan sesuatu), dan adalah Aku kakinya bila ia berjalan demi jika memohon, niscaya Aku perkenankan permohonannya, demi jika ia meminta perlindungan kepada-Ku pastilah Aku lindungi dia.” (Hadits Qudsi, diriwayatkan Imam Bukhari).
24)
ايهاعبد الطلعت على قلبه فرايت الغالب عليه التمسك بذكري توليت سياسته وكنت جليسه ومحادثه وانيسه
“Manakala AKU timbul di hati hambaku (jadi sudah berada di hatinya, semua jadi gerak ALLAH = sebagai Aparat ALLAH SWT.), lalu Aku lihat orang yang menguasai hatinya menggantungkannya dengan mengingat Aku maka AKU-lah mengendalikan siasatnya (geraknya, perbuatannya),Akulah teman duduknya, Aku-lah yang memberitahu, Akulah yang menggembirakannya”, (Tanda nyata, orang ini telah menerima penerusan dari Nurun ala Nurin dengan sempurna). (Hadits dalam Al-Atsar: Ihya Ulumuddin, halaman 85).
25)
“Pergilah engkau bersama saudara engkau (lahir-batin) dengan membawa mu’jizat-Ku. Janganlah luput mengingat AKU”.(QS. Thaha. ayat 42. Yang diturunkan ALLAH kepada Musa dan Harun, sewaktu diperintahkan untuk mengalahkan Fir’aun).
Di bawah ini kami turunkan beberapa Ayat Al Qur’an dan AlHadits, yang gunanya sebagai lanjutan dalam menunjukkan Kebesaran-kebesaran Dzikrullah dan keutamaan-keutamaan bagi orang yang mengamalkannya yang dihadiahkan Allah SWT. baginya sebagai”GIFT” sampingan.
B.1 )
“Dan bagi pria yang banyak berdzikir kepada ALLAH dan bagi wanita yang banyak berdzikir kepada ALLAH disediakan ampunan dan pahala yang besar oleh Tuhan.” (QS. Al-Ahzab,ayat 35 ).
(Banyak berdzikir pada Allah inilah yang dilaksanakan para Ahli Thariqat didalam Suluknya selama berhari-hari).
2)
“Barang siapa yang tidak mau mengingat AKU dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta” (QS. Thaha. ayat 124).
3)
“Orang-orang mukmin hatinya tenteram karena mengingat ALLAH, ingatlah ALLAH, karena dengan mengingat ALLAH hati menjadi tenteram”. (QS_ ArRa’ad,ayat 28)
4)
“Hai sekalian orang-orang yang beriman. Ingatlah ALLAH sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah pagi dan petang” (QS. AlAhzab, ayat 41-42).
(Berdzikir dan bertasbih sebanyak-banyaknya, pagi dan petang inilah yang dilaksanakan oleh para Ahli Thariqat).
5)
“Dan ingatlah TUHAN-mu sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah di waktu petang-petang dan pagi-pagi”. (QS. Ali Imran, ayat 4l).
(Berdzikir dan bertasbih sebanyak-banyaknya pagi dan petang inilah yang dilaksanakan para Ahli Thariqat).
6)
عَنْ أبِيْ مُوْسىٰ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَى اللّٰهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Dari pada Abu Musa Al Asy’ari RA. dari pada Nabi Muhammad SAW. beliau telah bersabda: Ibarat orang yang mengingat akan ALLAH dan yang tiada ingat kepada-Nya ialah seperti yang hidup dan yang mati”. (HR.Imam Bukhari).
7)
قال الله تعالى لا اله الا الله كلامي وأنا هو من قالها دخل حصني ومن دخل حصني أمن من عقابي
“Telah berfirman ALLAH TA’ALA: La ilaha illallah, itulah perkataan-KU dan IA adalah AKU, barang siapa yang mengatakannya, niscaya masuk ia ke dalam benteng-Ku dan siapa masuk ke dalam benteng-Ku niscaya amanlah ia dari pada segala siksaan-Ku.” (HR. Syairazi).
8)
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم سبق المفردون قالوا وما المفردون يا رسوالله قال الذاكرون الله كثيرا والذاكرات
“Dari pada Abu Hurairah RA. berkata ia : Telah bersabda Rasulullah SAW. Terlebih dahulu maju (menanglah) para AL MUFARRIDUN. Sahut para sahabat: Siapakah Al Mufarridunitu ya Rasulullah? Sabda Rasul: Yaitu orang-orang yang membanyakkan (selalu berdzikir) ingat akan ALLAH, laki-laki dan perempuan”.
(HR. Imam Muslim).
Orang-orang yang terdahulu maju = orang-orang yang terdahulu menang, ialah orang-orang yang mendapat SURGA terdahulu yaitu mulai dari Dunia ini berkelanjutan terus sampai ke Akhirat.
(Yang membanyakkan selalu berdzikir laki-laki dan perempuan ialah para Ahli Thariqat dalam Suluknya berpuluh hari).
9)
اَلدُّنْيَامَلْعُونَةُ وَمَلْعُونَ مَافِيْهَا اِلاَّ ذِكْرُاللهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالمِاًَ وَمُتَعَلِّمًَا
“Dunia dan apa-apa yang ada padanya dikutuk ALLAH (yakni terjatuh dari rahmat ALLAH), kecuali Dzikrullah, apa-apa yang menghampiri padanya orang Alim dan para penuntut ilmu”.(HR. Tarmizi, Ibnu Majah dan Baihaqi).
10)
عن ابي الدرداء رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الا أنبئكم بخيرأعما لكم وأزكاها عند مليكيكم وأرفعها في درجاتكم وخير لكم من ان تلقو عدوكم فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم قالوابلى قال ذكرالله
“Abu Darda’ RA. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bertanya kepada Para Sahabatnya RA. : Maukah aku kabarkan kepada kamu mengenai sebaik-baiknya amalanmu yang amat suci di sisi Allah yang meninggikan derajat ke tingkat yang tertinggi sekali yang lebih mulia dari pada menafkahkan emas dan perak (di jalan Allah) yang lebih utama dari pada menghadapi musuh di tengah-tengah medan jihad, maka kamu tanggalkan lehernya atau mereka menanggalkan lehermu’? Para Sahabat RA. berkata: Ya mau (Ya Rasulullah apakah itu?). Sabda Rasulullah SAW. : Dzikrullah”. (HR. Ahmad, Tarmizi, Ibnu Majah, Ibnu Abiddunia, Hakim dan Baihaqi).
11)
عن عبد الله بن بسر رضي الله عنه أن رجلا قال يا رسول الله إن شرائع الاسلام فلا كثرت علي فأخبرني بشيئ انثبت به قال لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله
”Abdullah bin Basar RA., memberitahukan bahwa adalah seorang laki-laki telah berkata: Ya Rasulullah: Sesungguhnya aturan-aturan, (kelakuan-kelakuan) Agama Islam (Syari’at Islam) telah banyak benar atas kami, maka cobalah ceritakan akan kami suatu aturan yang mudah kami pegang betul-betul dengan dia. Sabda Rasul: Hendaklah lidahmu senantiasa basah dari pada dzikir ALLAH (yakni selalu ingat akan ALLAH)”. (HR. Imam Tarmizi).
(Yang senantiasa lidahnya basah dzikir pada Allah ialah mereka yang berdzikir berpuluh hari dalam Suluknya).
12)
“Siksaanlah bagi orang yang engkar hatinya mengingat ALLAH.orang-orang itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Azzumar,ayat 22).
13)
“Janganlah kalian luput dari mengingat AKU“ (QS. Thaha,ayat 42).
14)
“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ALLAH dengan ingatan yang banyak-banyak” (QS. Al-Ahzab, ayat 41).
15)
“Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu lalai oleh harta-bendamu dan anak-anakmu dari mengingat ALLAH., barang siapa yang berbuat demikian maka adalah ia orang yang merugi.” (QS. Al Munaafiqun, ayat 9).
16)
“Ingatlah akan AKU, supaya AKU ingat pula akan engkau, dan janganlah engkau menyangkal akan nikmat-Ku” (QS. A1-Baqarah, ayat 152).
17)
“Barang siapa berpaling dari berdzikir (mengingat, menyebut akan ALLAH), Kami turunkan kepadanya seekor syaitan yang terus-menerus menjadi kawan seiring baginya.” (QS. Azzukhruf,ayat 36).
18)
اذا مررتم برياض الجنة فارتعوا قالو وما رياض الجنة قال حلاق الذكر
“Apabila kamu melalui Taman Syurga, maka ikutlah atau masuklah kamu padanya.Bertanya salah seorang sahabat: Apakah Taman Syurga itu, ya Rasulullah? Sabda Rasul: Yaitu halqah-halqah dzikir (Halqah-halqah ialah bundaran orang banyak duduk berkeliling = BERTAWAJUH (HR. Imam Tarmizi).
19)
لا يقعد قوم يذكرون الله الا حفتهم الملائكته وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده
“Apabila duduk suatu kaum mengucapkan dzikir ALLAH, maka melingkungi akan mereka malaikat-malaikat dan meliputi akan mereka Rahmat dan turun atas mereka sakinah (ketenangan jiwa), dan ALLAH menyebut mereka pada sisi-Nya”(HR. Imam Muslim).
(Kaum yang mengucapkan dzikir pada Allah ialah mereka yang berniat dan melaksanakan dzikir berpuluh hari dalam Suluknya).
20)
مامن قومن إجتمعوا يذكرون الله لا يريدون بذالك الا وجهه الا ناداهم مناد من السماء ان قوموا مغفورا لكم قد بدلت سيئاتكم حسنات
“Tiada satu kaum yang berkumpul untuk berdzikrullah sedangkan mereka tidak mengharapkan selain dari keridhaan-Nya (Allah) kecuali Tuhan berseru dari Langit: Sesungguhnya dengan bangunmu (bangun/bangkit/setelah selesai melaksanakan dzikrullah berhari-hari dalam Suluk/I’tikaf Dzikrullah) telah Kuampuni dan kejahatan-kejahatanmu telah Ku-ganti dengan kebaikan. (HR. Ahmad,Bazzar, Abu Ya’la, Thabrani dan Baihaqi).
21)
ما جلس قوم مجلسا يذكرون الله فيه الا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة وذكرهم الله فيمن عنده
”Telah duduk satu kaum dengan mengingat ALLAH, maka melingkungi akan mereka malaikat-malaikat dan meliputi akan mereka Rahmat dan Tuhan mengingat mereka pada yang disisi-Nya”. (HR. Imam Muslim).
(Kaum yang mengucapkan dzikir pada Allah ialah mereka yang berniat dan melaksanakan dzikir berpuluh hari dalam Suluknya).
22)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan tetap hatinya ingat kepada ALLAH (selalu berdzikir pada ALLAH), mereka itu isi surga dan kekal di dalamnya” (mulai dari Dunia hingga kelak di Akhirat). (QS. Hud:23)
(Orang-orang yang selalu berdzikir pada Allah ialah mereka yang sengaja berniat dan melaksanakan dzikir berhari-hari dalam Suluknya).
23)
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الله تعالى أنا مع عبدي ما ذكرني و تحركت بي شفتاه
“Dari Abu Hurairah RA. berkata: Sabda Rasulullah SAW.Telah berkata ALLAH TA`ALA: AKU beserta hamba-KU, bila diingatnya akan AKU. Dan selama kedua bibirnya tetap bergerak untuk ingat kepada-Ku? (HR. lmam Ibnu Majah, disyahkan oleh Imam Bukhari bahwa Hadits ini mempunyai ta’liq).
(Yang selalu kedua bibirnya bergerak untuk dzikrullah ialah mereka para Ahli Thariqat yang diajarkan sedemikian rupa).
24)
قال النبي صلى الله عليه وسلم يقول الله تعالى أنا عند ظن عبدي لي وأنا معه إذا ذكرني فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي وإن ذكرني في ملاء ذكرته في ملاء خير منهم وإن تقرب الي شبرا تقربت اليه ذراعا وإن تقرب الي ذراعا تقربت اليه باعا وإن اتاني يمشي أتيته هرولة
“Berkata Nabi Muhammad SAW. : Berkata ALLAH TA’ALA ,AKU menurut keyakinan hamba-KU dan AKU bersama dia apabila ia mengingat AKU, kalau ia mengingat AKU secara tersembunyi (dalam hatinya saja), AKU ingat pula ia secara itu, kalau ia mengingat AKU di hadapan umum, maka AKU ingat pula ia di hadapan yang lebih baik dari itu. Kalau ia mendekatkan diri kepada-KU sejengkal AKU dekatkan diri-KU kepadanya sehasta, kalau ia mendekatkan diri sehasta Aku dekatkan diri-KU sedepa padanya, kalau ia datang kepada-KU berjalan kaki, AKU akan datang kepadanya berlari”. (HR.Imam Bukhari dan Imam Muslim).
25)
“Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatlah kepada-Nya dengan sepenuh hati” (QS. Al-Muzammil, ayat 8).
(Yang berhari-hari menyebut nama Allah dan beribadat kepada-Nya sepenuh hati adalah pengajaran khas dari pada Thariqatullah).
26)
“Dan sebutlah nama Tuhanmu pagi dan petang (QS. Al-Insan, ayat 25)
27)
“Barang siapa yang tidak mau mengingat AKU dia akan mendapat kehidupan sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta”. (QS. Thaha :124).
28)
“Sesungguhnya ALLAH jadikan isi neraka jahanam itu, kebanyakan terdiri dari pada bangsa Jin dan Manusia. Yang mana mereka itu berhati, tetapi tidak mengerti (tidak faham, tidak mendapat petunjuk, bebal).Mereka bermata tetapi tidak melihat, mereka bertelinga tetapi tidak mendengar. Mereka seperti hewan, bahkan mereka lebih sesat lagi dari padanya. Mereka itulah orang yang lalai (tidak dzikir)”.(QS. A1-A’raf, ayat 179).
29)
“Bukanlah buta mata kepala mereka, tetapi buta matahati ( yang di dalam dada mereka”. (QS. A1-Hajj, ayat 46).
Mata hatinya gelap, karena tak pernah berusaha untuk memperoleh/menerima NURUN ALA NURIN yang hanya dapat diperoleh dari ALLAH SWT. melalui SALURAN-NYA/WASILAHNYA, yaitu TALI ALLAH/APARAT ALLAH SWT.
30)
“Beruntunglah orang yang suci hatinya (disucikan Dzikrullah).(QS. Al-A’laa, ayat 14).
Siapakah orang yang suci hatinya itu atau bagaimanakah hati yang suci itu?
Sesuai dengan sabda Nabi SAW. (lihat Ihya Ulumuddin, ha1aman 37) yang berbunyi: Hati yang bersih itu di dalamnya ada lampu yang bersinar (Nurun ala Nurin). Yang demikian itulah hati Mukmin.
31)
“Sesungguhnya orang-orang yang taqwa itu, berada di dalam kebun surga (Dunia sampai ke Akhirat), di mana mengalir mata air (Rahman Dunia sampai kc Akhirat).(QS. Al Hijjir,ayat 45).
32)
“Barang siapa yang buta hatinya di dunia niscaya buta juga di akhirat nanti, bahkan sesat jalannya lagi (QS. Al Isra’, ayat 72).
Konklusi : Siapa yang mendapat Surga di Dunia niscaya juga berada dalam Surga di Akhirat kelak.
33)
من لم يكثر ذكرالله فقد برئ من الايمان
“Barang siapa tiada membanyakkan menyebut ALLAH, terlepaslah ia dari IMAN”. (HR. Imam Thabrani).
34)
لا يقعد قوم يذكرون الله الا حفتهم الملائكته وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده
“Apabila duduk suatu kaum mengucapkan dzikir ALLAH, maka melingkungi akan mereka malaikat-malaikat dan meliputi akan mereka Rahmat dan turun atas mereka sakinah (ketenangan jiwa), dan ALLAH menyebut mereka pada sisi-Nya” (HR.Imam Muslim).
(Kaum yang mengucapkan dzikir pada Allah ialah mereka yang berniat dan melaksanakan dzikir berpuluh hari dalam Suluknya).
35)
مامن قومن إجتمعوا يذكرون الله لا يريدون بذالك الا وجهه الا ناداهم مناد من السماء ان قوموا مغفورا لكم قد بدلت سيئاتكم حسنات
“Tiada satu kaum yang berkumpul untuk berdzikrullah sedangkan mereka tidak mengharapkan selain dari keridhaan-Nya (Allah) kecuali Tuhan berseru dari Langit: Sesungguhnya dengan Bangunmu (bangun/bangkit/setelah selesai melaksanakan dzikrullah berhari-hari dalam Suluk/I’tikaf Dzikrullah) telah Kuampuni dan kejahatan-kejahatanmu telah Ku ganti dengan kebaikan.“ (HR. Ahmad, Bazzar, Abu Ya’la, Thabrani dan Baihaqi).
36)
لاَتَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يَبْقىٰ عَلَى وَجْهِ الاَرْضِ مَنْ يَقُوُلُ اللهُ اللهُ
“Tiada akan datang kiamat, kecuali kalau dimuka Bumi tidak ada lagi orang yang membaca ALLAH, ALLAH,” (HR. Imam Muslim).
Orang yang selalu membaca Allah, Allah dengan Rukun dan Syaratnya ialah Para Ahli Tasauf).
37)
“Dan bagi pria yang banyak berdzikir kepada ALLAH dan bagi wanita yang banyak berdzikir kepada ALLAH disediakan ampunan dan pahala yang besar oleh Tuhan”. (QS. Al·Ahzab,ayat 35).
(Orang-0rang yang selalu berdzikir pada Allah ialah mereka yang sengaja berniat dan melaksanakan dzikir berhari-hari dalam Suluknya).
38)
“Barang siapa yang tidak mau mengingat AKU, dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta”. (QS. Thaha, ayat 124).
39)
عَنْ أبِيْ مُوْسىٰ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَى اللّٰهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Dari pada Abu Musa Al Asy’ari RA, dari pada Nabi Muhammad SAW. Beliau telah bersabda : Ibarat orang yang mengingat akan ALLAH dan yang tiada ingat kepada-NYA ialah seperti yang hidup dan yang mati”.(HR. Imam Bukhari).
Sudah jelaslah bagi kita bahwa para Ahli Dzikir yang benar-benar mengamalkan Dzikrullah dengan teliti dan seksama menurut syarat-syarat yang diperlukan serta menguasai ilmu teori dan prakteknya secara sempurna, termasuk/ tergolong sebagai Khalifah Allah dan Khalifah Rasul yang mempunyai pengharapan besar menerima kurnia dari pada Allah SWT. yang Maha bernilai itu, mulai dari Dunia hingga ke Akhirat kelak.
Juga ia dapat digolongkan ke dalam golongan yang disebut Allah dalam Al Qur’anul Karim sebagai “AHLI DZIKIR” di dalam Ayat AlQur’an, Surat An Nahl. ayat 43, yang berbunyi :
“Maka bertanyalah kepada ahladz dzikir jika kamu tidak mengetahui”.
Jadi jelasnya ahladz dzikir, adalah ahli dzikir, yakni mereka yang benar-benar memahami masalah dzikrullah dengan pengetahuan yang luas, baik secara teoritis maupun praktis, benar-benar mengamalkannya, di samping mengamalkan ibadah-ibadah lainnya yang wajib.
Mereka itulah yang dimasyhurkan sebagai orang-orang “’yang basah lidahnya menyebut nama Allah”. Merekalah yang benar-benar memahami rahasia pelaksanaan amalan Dzikrullah, sehingga amalan mereka membuahkan yang sebesar-besarnya.
Semoga kita semua mendapat Rahmat dari Allah SWT. sebanyak-banyaknya. AMIN YA RABBAL AALAMlIN.
S U P P L E T 0 I R II
PENJELASAN TENTANG WASILAH
Kita akan mencoba menguraikan di sini soal yang maha pelik,yang maha sulit, tetapi juga maha penting yakni soal WASILAH dalam ibadah, agar supaya mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai Ilmu Tasauf, khususnya mengenai Ilmu Thariqat dan Sufi.
Kita akan mencoba menguraikan kunci yang paling penting ini, tetapi yang juga paling sulit untuk diuraikan bahkan yang dapat kita golongkan sebagai Rahasia Tertinggi. Tanpa Wasilah tiap-tiap orang yang munajat ke Hadirat Allah SWT tidak akan mencapai sasaran, dengan lain perkataan tidak akan sampai ke Hadirat Allah SWT.
Dalil-dalil yang akan kita pakai di sini adalah semua dalil-dalil yang bersangkut-paut dengan Wasilah. Yang utama tentu saja kita pakai ayat-ayat Al Qur’anul Karim dan Al Hadits yang tertulis, didukung oleh ayat-ayat yang tertulis “di dalam Ilmu Alam”, yaitu Sunnatullah, ilmu-ilmu, hukum-hukum Ilmu Alam yang tidak tertulis di dalam Al Qur’an, tetapi terkandung di dalam Al Qur’an.
Tentu saja ayat Tuhan yang tidak tertulis di dalam Al Qur’an, tetapi tertulis dalam Ilmu Alam, yang benar-benar mengetahuinya, adalah para ahli-ahli llmu Alam dan Teknologi, disesuaikan dengan Firman-firman Allah dalam Al Qur’an dan Hadits Nabi.
1.Yang demikian adalah sesuai pula dengan Firman Allah dalam Surat Yusuf, ayat 105:
Dan banyak sekali ayat-ayat Allah (Keterangan-keterangan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya. (Tafsir M. Yunus).
Konklusi :
Telah banyak Ayat-ayat-Ku, Aku tuliskan di langit dan di bumi, tetapi mereka berlalu juga dan tidak memperhatikannya
2. Kemudian sesuai pula dengan Surat An-Nur, ayat 35:
Allah banyak membuat perumpamaan-perumpamaan dalam melipat gandakan petunjuk-Nya kepada manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala-galanya. (artinya: masih banyak lagi yang harus diriset).
2.Sesuai pula dengan Hadits Rasul yang bersabda :
الإسلام علمي و عملي
Islam adalah llmiah dan Amaliah (HR. Bukhari).
Ayat yang kita kupas yang mengenai Wasilah ialah Surat Al- Maidah, ayat 35:
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah (termasuk banyak berdzikir dan shalat) dan carilah cara (metode untuk menghampirkan engkau pada-Nya) dan berjihadlah (sungguh-sungguh berjuang, secara intensiflah ber-amal) pada jalan-Nya itu (pada metode itu) semoga kamu menang.
Ayat ini setepat-tepatnya kita lihat ditujukan pada orang-orang yang beriman dan yang taqwa. Yang beriman, ialah orang-orang yang benar-benar telah percaya pada Allah sepenuhnya, yang Islamnya dan Imannya telah diuji berpuluh-puluh kali. Yang taqwa, ialah mereka yang tetap setia dan dengan teliti melaksanakan Suruh Allah SWT dan menghentikan Tegah-Nya selama bertahun-tahun. Jadi inilah orang yang warak! Jadi bukan saja ditujukan kepada orang yang beriman tetapi juga kepada orang yang taqwa. Kedua-dua ini adalah tinggi sekali martabatnya!
Agar dapat disebut orang yang beriman ialah mereka yang telah menjalani segala macam cobaan berpuluh-puluh kali dan tetap tabah.
Cobaan yang berat-berat yang berpuluh-puluh macamnya, yang telah ditempuhnya dengan sukses. Kemudian orang yang taqwa ialah mereka yang berrtahun-tahun tak pernah tinggal/retak sembahyangnya!
Setelah benar-benar beriman dan taqwa, barulah ia diperintahkan :Wabtaghuu ilaihil Wasiilata. Berarti mencari dan menemukan Wasilah ini adalah sangat tinggi ilmunya dan Martabatnya! Justru karena sangat halus dan tingginya, ia menjadi sulit dimengerti oleh ahli-ahli fikih biasa dan juga oleh ahli-ahli Tasauf kebanyakan sekalipun,sehingga ahli Tasauf selama berabad-abad tidak mampu menerangkannya dengan cara memuaskan. Kalau mereka ditanya mengenai Thariqat, mereka diam, karena mereka merasakan kehebatannya, tetapi tak mampu menerangkannya, karena ilmunya terlalu tinggi, yang hanya mampu diterangkan oleh orang yang berilmu tinggi pula.
Kami bukan hendak mengatakan di sini bahwa mereka tidak memakainya. Bukan, justru beliau-beliau itulah yang memakainya dengan sangat gilang-gemilang dan dengan hasil yang sangat memuaskan. Tetapi untuk menuangkannya ke dalam keterangan yang berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits yang didukung oleh ilmiah, sampai sekarang hampir dapat dikatakan, belum ada yang cukup mampu dan memuaskan.
Hal ini disebabkan Al-Qur’an dan Al hadits yang tertulis, haruss didukung pula oleh Ayat-ayat Allah yang tidak tertulis di dalam AlQur’an dan Al Hadits tetapi terkandung di dalamnya, namun tertulis dalam Hukum-hukum ilmu Alam yang tinggi.
Oleh sebab itu yang mampu menerangkan semua ini ialah mereka yang paham Tasauf, paham teknologi dan mereka yang taqwa dan yang beriman! Orang yang tidak beriman dan yang tidak taqwa dan bukan ahli teknologi atau ahli eksakta serta tidak mengetahui tentang Ilmu Tasauf, janganlah ia hendaknya memberikan komentar di sini, karcna ia tidak punya bahan sama sekali untuk menilai tulisan ini.
Kami bukanlah pula hendak mengatakan bahwa para Masyaikh yang terdahulu tidak melaksanakan Wasilah, bahkan Beliau-beliau itulah yang melaksanakannya dengan sangat gilang-gemilang! Hanya saja Beliau-beliau tidak menerangkannya secara ilmiah, karena pada zaman dahulu, belum perlu penerangan ilmiah seperti pada zaman sekarang ini.
Kami di sini menerangkan pula, bahwa penerangan secara ilmiah teoritis semata-mata tidak akan tepat, tanpa didukung oleh kedua unsur pokok, yaitu A1 Qur’an dan Al Hadits yang tertulis dalam Kitabullah.
IImu-ilmu teknologi dalam Ilmu Alam, sudah jelas dapat dipakai untuk menjelaskannya, karena Rasul bersabda:
الإسلام علمي و عملي
yang artinya Islam adalah Ilmiah dan amaliah.
Nanti kita akan lihat, bahwa Al Islam itu benar-benar Maha Tinggi ilmiahnya, tidak ada yang mengalahkannya secara ilmiah, sesuai dengan hadits Nabi SAW
الإسلام يعلوا ولا يعلى عليه
Islam itu sangat tinggi (Ilmiahnya dan Amaliahnya) tiada yang dapat melebihinya/mengalahkannya (Ilmiahnya dan Amaliahnya tak ada taranya =∞).
Tuhan mengakui bahwa Al Islam tidak ada tandingannya. Allah SWT yang Maha Sempurna, Maha Tinggi. Maha Agung, Maha Besar, Maha Kuasa, mengakui hanya Islam itulah Agama pada sisi-Nya.
Kalau Yang Maha Tinggi, Maha Sempurna itu mengakui bahwa Islam adalah Agama satu-satunya pada sisi-Nya, maka Agama yang diakui oleh Yang Maha Akbar itu adalah Agama yang sangat-sangat tingginya, dalam segala hal, baik tentang Ilmiahnya maupun tentang Amalannya ! Jadi sudah jelas sulit sekali untuk dapat dipahamkan oleh orang awam dan oleh para ahli Tasauf sendiri,yang ilmunya belum begitu tinggi.
1. Firman Allah :
Sesungguhnya Agama yang diridhai pada sisi Allah ialah Islam. (QS. Ali Imran, ayat 19).
2. Hadits Nabi :
الإسلام يعلوا ولا يعلى عليه
Islam itu sangat tinggi, tiada yang dapat melebihinya/mengalahkannya. (HR. Bukhari).
3. Hadits Nabi :
الإسلام علمي و عملي
Islam adalah ilmiah dan Amaliah. (HR. Bukhari).
Atas dasar Surat Yusuf, ayat 105, Surat Al-Maidah, ayat 35 dan pengakuan Rasulullah SAW melalui Hadits Bukhari dan Hadits Muslim, kita akan menerangkan soal yang maha pelik itu, yaitu Wasilah.
Apakah Wasilah itu? Apakah Wasilah itu manusia? Jawabnya tegas, bukan manusial Dalilnya, tidak ada manusia yang sampai ke haderat Allah SWT ! Manusia terdiri dari tiga unsur: yang pertama adalah jasmani, yang kedua adalah Akal, yang ketiga adalah Ruh. Ketiga-tiganya adalah baharu yang hanya mempunyai kapasitas kemampuan yang sangat terbatas. Si baharu tidak akan mungkin sampai dan tak mungkin ia mampu dapat membawa siapa pun kepada Yang Maha Kadim, karena gelombang si baharu adalah sangat terbatas, sangat berkekurangan, sama sekali tidak berkemampuan untuk dapat menjangkau Arasy tempat Allah SWT bersemayam pada dimensi yang tak terhingga. Walaupun Ruhnya sekalipun ! Karena yang akan dijangkaunya berada pada dimensi yang tak terhingga jauhnya.
Satu contoh yang jelas, Rasulullah SAW sendiri harus diberi suatu faktor yang tiada terhingga (∞ ), baru mampu beliau munajat sampai ke Hadirat Allah SWT. Faktor yang tak terhingga itu diberikan/dianugerahkan sendiri oleh Zat Yang Maha Tinggi yang berdimensi tidak terhingga pula. Hanya DIA yang mampu memberikan faktor yang tiada terhingga cepatnya itu. Ini adalah suatu contoh yang sangat jelas bahwa manusia tidak akan sampai pada Allah tanpa diberi bantuan sesuatu alat yang tak terhingga kapasitasnya.
Dalam Surat Al Majdah, ayat 35, dituliskan, Wabtaghuu ilaihil Wasiilata, wasilah yang menyampaikan kepada Allah SWT. Tadi telah kita sebut salah satu Wasilah, yaitu yang menyampaikan Rasulullah SAW dengan Unlimited speed, yang digambarkan sebagai Al-Buraq, ke Hadirat Allah SWT di Arasy, menembus Raf-raf, menembus Sidratul muntaha sampai ke Hadirat Allah SWT. Faktornya nampak jelas, Wasilahnya pun nampak jelas, ialah suatu alat yang tiada terhingga, yang tidak dimiliki oleh manusia, siapa pun orangnya termasuk Rasulullah SAW sendiri, sebagai Anak bani Adam.
Kembali kita kepada hal yang akan kita sebutkan tadi, apakah Wasilah itu manusia? Jelaslah sudah, bukan manusia! Karena jasmani manusia tidak akan sampai, akal manusia tidak akan sampai, bahkan Ruh manusia pun tidak akan sampai pada Allah karena semuanya adalah baharu. Semua yang baharu tidak akan sampai ke Hadirat Allah SWT Yang Maha Kadim, karena semuanya hanya berkemampuan dan memiliki kapasitas terbatas, sedangkan yang akan dijangkaunya berada di tempat/dimensi yang tidak terhingga. Jelas kelihatan, dengan dalil ini bahwa manusia tidak sanggup sampai pada Allah dalam munajatnya sekalipun, tanpa diberikan sesuatu alat untuk itu, yang berkapasitas tak terhingga yang mampu menjangkau Hadirat Allah SWT.
Sekali lagi :
Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah pada Allah (termasuk banyak berdzikir dan shalat) dan carilah cara (metode untuk menghampirkan engkau padaNya) dan berjihadlah (sungguh-sungguh berjuang, secara intensiflah beramal) pada jalan-Nya itu (pada metode itu) semoga kamu menang. (QS.Al Maidah, ayat 35).
Untuk menyelidikinya lebih lanjut, kita cari dahulu siapakah yang pertama sekali, manusia manakah yang pertama sekali yang telah mendapatkan Wasilah itu? Manusia manakah yang sempurna beriman dan taqwa, yang telah mendapatkan Wasilah itu yang telah dapat menyampaikannya kepada Allah SWT, yang bersungguh-sungguh di atasnya, dan yang telah mendapatkan kemenangan dari padanya, Tentu saja kita kembali kepada manusia yang utama, pemhawa Al Islam Mulia Raya: Abduhu wa rasuuluhu, Abdi Allah dan Pesuruh-Nya.
Tidak pelak lagi Rasulullah SAW-lah yang merupakan manusia satu-satunya, yang terjamin beriman, yang terjamin taqwa, yang terjamin telah menemukan Wasilah dan memanfaatkannya, yang telah sungguh-sungguh beramal di atasnya dan yang akhirnya telah mendapat kemenangan. Karena kalaulah bukan Rasulullah SAW yang mendapat maka ia bukanlah Rasul. Allah mengajarkan:
أشهد ان لا الٰه الا الله و أشهد ان محمدا رسول الله
Jaminan daripada Allah.Timbal balik pengakuan: Asyhadu allaa ilaaha illallaah, pengakuan Rasulullah SAW kepada Allah SWT, dan wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah, pengakuan Allah kepada Rasul-Nya.
Mau tidak mau, Rasulullah Muhammad SAW adalah satu-satunya yang terjamin dan diakui Allah SWT yang telah menerima Wasilah, yang menyampaikannya ke Hadiral Allah SWT. Ini tak pelak lagi!
Kemudian kita lihat, kemanakah ditanamkan Wasilah itu dalam diri Rasulullah SAW. Ke dalam jasmaninyakah? Tidak mungkin, jasmani itu kasar, Ke dalam akalnyakah ? Tidak mungkin, akal itu adalah produk dari pada otak. Otak itu adalah baharu dan itu adalah kasar. Ke dalam Ruhnyakah? Nah, inilah yang kita harus teliti! Kita lihat di atas bahwa Ruh itu pun terbatas kemampuannya, tetapi
jika padanya dipancarkan sesuatu zat yang tidak terbatas kapasitasnya dari Yang Maha Tidak Terbatas itu, yang disebut Nuurun ’alaa Nuurin yahdillaahu li Nuurihii mayyasyaa-u (Nur ilahi beriringan dengan Nur Muhammad, yang diberikan-Nya pada orang-orang yang dikehendaki-Nya) (QS. An-Nur, ayat 35), maka sudah jelas1ah bahwa Ruh itu sekarang berkemampuan untuk munajat ke Hadirat Allah SWT. dan segala amal ibadahnya pun akan sampai pula ke Hadirat Allah SWT, karena didukung/dibawa oleh Wasilah yang mempunyai kapasitas tak terbatas itu (seperti Al-Buraq mampu membawa Nabi langsung sampai ke Arasy, di tempat Allah SWT bersemayam).
Hampir kita sudah mulai dapat me”nomenklatur”kan bahwa Wasilah itu adalah Nurun ala Nurin.
Kita akan mencari lagi dalil-dalilnya untuk menguatkannya. Bukan satu dalil, kita akan cari dua, tiga, empat, lima, kalau dapat sampai sepuluh dalil. Ini baru satu dalil saja: Nuurun ’alaa Nuurin yahdillaahu li Nuurihii mayyasyaa-u.
Sebagai tamsil kita sekarang masuk ke dalam ayat yang tertulis dalam alam. (Antara lain Surat Yusuf, ayat 105 dan Surat An-Nur, ayat 35).
Lihatlah matahari yang memancarkan cahayanya ke seluruh alam. Cahaya matahari adalah satu, sinar matahari adalah tak terhingga banyaknya. Kalau matahari umumya sejuta tahun, sinar matahari pun umurnya sejuta tahun pula kurang satu detik, atau kurang 1/100 detik, 1/1000 detik, atau 1/1000.000 detik; sesudah matahari berdiri, maka berdirilah cahayanya. Memancarlah cahayanya pada detik itu juga, pada saat itu juga, 1/ 1000 detik itu juga, hanya selisihnya tak terhingga pula kecilnya. Barangkali 1 /1000.000 detik.
Umurnya pun begitu. Dan kita mengetahui bahwa tidak ada apa pun yang sampai ke matahari, zat apa saja pun walaupun gas yang seringan-ringannya, Helium, Argonium, Krypton. Hidrogenium, semuanya tidak akan sampai. Seluruhnya adalah vacuum. Vacuum, hampa di sekeliling matahari!
Yang sampai kepada matahari adalah yang terbit daripadanya, yaitu cahayanya sendiri yang berdiri di atas matahari yang memancarkannya ke seluruh alam.
Menurut ahli-ahli ilmu Alam, cahaya matahari adalah getaran-getaran transversal dan longitudinal daripada matahari.
Ada pula yang mengatakan cahaya matahari adalah partikel-partikel dari pada matahari itu sendiri.
Jadi jelas pulalah Wasilah yang menyampaikan sesuatu itu kepada Allah SWT, tidak lain dan tidak bukan yang dapat menyampaikannya ialah semata-mata yang terbit daripada Fi’il. Sifat Zat Allah SWT sendiri, yang memiliki getaran-getaran yang maha dahsyat, Nurun ala Nurin. Cahaya di atas cahaya yang berisikan Kalimah Al-Haq yang terpancar dari yang Maha Punya Nama.
Nurun ala Nurin yang memasuki Rohani Rasulullah SAW, satu-satunya manusia yang pasti dimasukinya, karena tanpa Wasilah ini, tidak akan ada alat komunikasi antara Muhammad dengan Allah SWT, sesuai dengan Hadits Nabi :
اِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوْفٌُ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالاَرْضِ لاَيَصْعَدُ مِنْهُ شَيْئٌُ حَتّىٰ تُصَلِّيَ عَلىٰ نَبِيِّكَ
Tidak Ku kabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku.Doanya tergantung di awang-awang. (HR. Abu Daud dan An Nasai ).
Yang pasti mau tidak mau, ‘Abduhuu wa rasuuluhu, inilah manusia yang terjamin telah menerima Nurun ala Nurin ini. Kalau tidak, dia bukan Rasul karena tak akan ada alat untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Begitu juga segala para Rasul pilihan yang terdahulu, pasti menerima Wabtaghuu ilaihil Wasiilata, kalau tidak, beliau-beliau itu bukan Rasul, karena tidak akan ada mempunyai alat komunikasi dengan Allah SWT. Dan turunnya bukan kepada Jasmani atau kepada Akalnya, turunnya pasti kepada Ruhnya karena ayat Al Qur’anul Karim mengatakan :
Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian Ruh-Ku, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya (QS. Al-Hijr, ayat 29). (Sujud pada Ruh-Ku yang telah Aku tiupkan ke dalam Khalifah-Ku Adam, jadi bukan sujud pada Sang Adam).
Konklusi :
Kalau Adam itu telah Kusucikan, Kusempurnakan, Kubersihkan, maka Aku tiupkan Ruh-Ku , masuk ke dalam Ruh Adam (maka di saat itulah Ruh Adam menerima Alat Komunikasi daripada Allah SWT). Tentu sama saja juga kejadiannya dengan Rasulullah, yaitu dimasukkannya Alat Komunikasi ke dalam Ruh Rasulullah SAW, juga ke dalam Ruh para Rasul yang terdahulu.
Bagi kita, Adam terlalu jauh untuk dijangkau, Luth terlalu jauh, Ibrahim terlalu jauh dari kita, Ismail terlalu jauh, Ishaq terlalu jauh, Ya’qub terlalu jauh, Yusuf terlalu jauh, Musa, Daud, Sulaiman terlalu jauh, Isa terlalu jauh.
Rasulullah SAW, yang pasti telah mendapat Wasilah, alat komunikasi, Channel terhadap Allah SWT, yakni : Nuurun ’alaa Nuurin yahdillaahu li Nuurihii mayyasyaa-u, yang dimasukkan ke dalam Ruh Rasulullah SAW dan telah tetap tertanam di dalamnya Wabtaghuu ilaihil Wasiilata, Nurun ala Nurin itu.
Abubakar Siddiq R.A. juga mempunyai Jasmani, mempunyai Akal, dan mempunyai Ruh. Abubakar Siddiq R.A. menggabungkan pula Ruhnya dengan Ruh Rasulullah SAW yang telah berisikan Nurun ala Nurin, yang telah ditanam di dalamnya ilaihil Wasiilata,yakni: Channel yang langsung berhubungan dengan Allah SWT.
(Nabi bersabda: Apa-apa yang dicurahkan Allah ke dalam dadaku aku curahkan pula ke dalam dada Abubakar Siddiq). (dada=hati=Sukma = Ruh).
Benda padat dengan benda padat, tak dapat digabung. Benda cair dengan benda cair dapat digabung, gas dengan gas dapat digabung. Apalagi Rohani dengan Rohani yang sangat-sangat halusnya pasti dapat digabung. Dia bersatu, berfusi antara Ruh dengan Ruh, yang di dalam Ruh yang pertama tertanam ilaihil Wasiilata, Nurun ala Nurin. Dengan sendirinya Ruh yang kedua (Ruh Abubakar
Siddiq) automatis pasti pula memiliki sekaligus apa yang dimiliki Ruh dimana ia menggabungkan dirinya ke dalamnya, yaitu Ruh Rasulullah SAW.
Kedua Ruh yang halus itu telah bergabung dalam satu frekwensi yang sama, dan di dalam Ruh yang pertama (Ruh Nabi) telah tertanam ilaihil Wasiilata (Channel pada Allah untuk selama-lamanya)!
Menurut ilmu akal, ilmu logika eksakta di sinilah letaknya Rahasia terjaminnya Ruh Abubakar Siddiq masuk surga; begitu juga dengan Ruh semua Khalifah Rasul yang pilihan yang semua bergabung menjadi satu dalam Ruh Rasulullah, yang terjamin memiliki Channel langsung dengan Allah, dan yang dengan sendirinya memiliki pula kekebalan benteng yang tak tergoyahkan dan yang tak dapat ditembus oleh iblis mana pun juga, hingga suci, bersih, murni dan terang, bersama-sama pada sisi Allah SWT.
Kalau kita membeli seekor lembu, bukan kepalanya saja yang kita beli. Bukan kakinya saja yang kita beli. Tetapi seluruh lembu itu telah kita miliki apa saja yang ada dalam lembu itu. Jika kita telah memiliki lembu itu segala apa yang berhubungan dengan lembu itu kita miliki pula jantungnya, paru-parunya, susunya dan sebagainya. Kalau kita menikah dengan seseorang, semua yang ada pada diri orang itu telah menjadi hak milik kita pula.
Kalau kita telah bergabung antara Ruh dengan Ruh, apa yang ada pada Ruh yang pertama itu automatis telah menjadi kepunyaan kita pula.
Di sinilah terletaknya Rahasia terbesar dalam Ilmu Tasauf/ Sufi,terjaminnya Ilmu Batin Islam itu, yang dinamakan Thariqat itu Sah dan Haq, karena Ilmu kerohaniannya, karena Ilmu Kebatinannya berada di dalam/bersatu dengan Ruh Rasulullah SAW sebagaj frekwensi yang menyampaikan segala macam ibadahnya, termasuk shalat,dzikir dan lain-lainnya ke Hadirat Allah SWT.
Hadits Nabi :
اِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوْفٌُ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالاَرْضِ لاَيَصْعَدُ مِنْهُ شَيْئٌُ حَتّىٰ تُصَلِّيَ عَلىٰ نَبِيِّكَ
Tidak Kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku.Doanya tergantung di awang-awang. (HR. Abu Daud dan Nasai).
Hadits Qudsi berbunyi :
Bahwasanya Al Qur’an ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia! (HR. Abu Syuraihil Khuza’ayaa R.A.)
Alqur‘an adalah salah satu tali hubungan antara RASUL dengan ALLAH dan Firman Allah :
Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian Ruh-Ku, rebahkanlah dirimu bersujud kepada-Nya. (QS. Al-Hijr, ayat 29).
Konklusi :
Nur llahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rohani Rasulullah. Ujung Nur Ilahi itu ada dalam dada/Rohani Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi dengan Ruh kita pula, sudah jelas Ruh kita akan dapat frekwensi daripada Allah SWT. (Lihat Capita Selecta jilid I).
Kemudian murid Sayidina Abubakar Siddiq R.A., yaitu Salman al Farish R.A., begitu juga melaksanakannya. Jadi Nurun ala Nurin itu via Ruh Abubakar telah dipunyai tiga orang, dan seterusnya dan seterusnya kepada seluruh Silsilah Ruhaniah. Bukan silsilah dari apa yang tertulis dan yang didengar, diolah dengan otak yang menjadikan jasmani dan otak itu bermental Islam, akan tetapi antara Ruh dengan Ruh yang semuanya bergabung dengan Ruh Rasulullah SAW. Barulah Ruh itu terjamin Islamnya!
Antara jasmani dengan jasmani itu berjarak, kadang-kadang ratusan bahkan ribuan tahun, tetapi antara Ruh dengan Ruh, tidak berjarak.
Karena Ruh yang diisi Nurun ala Nurin yang maha bernilai itu, tetap hidup pada sisi Allah, sebab telah dimasuki unsur yang hidup, yang tiada mati, Nurun ala Nurin. Sedangkan jasmaniah Fir’aun saja pun tidak busuk walaupun hanya diawetkan dengan rempah-rempah.
Cairan-cairan pun banyak yang diawetkan oleh rempah-rempah, atau oleh bahan-bahan kimiawi. Apalagi Ruh yang hidup di sisi Allah.
Maka oleh sebab itu janganlah disangka para Syuhada, para Aulia, atau para Rasul itu mati, tetapi Beliau-beliau tetap hidup pada sisi Allah SWT, karena di dalamnya diberikan Zat yang hidup (Nurun ala Nurin) yang tak mati-mati.
Segala sesuatu yang diberi/dimasak dengan gula akan menjadi manis. Walaupun buah cermai yang asam akan menjadi manis. Walaupun buah Malaka yang amat sepat akan menjadi manis. Apa saja, berilah gula banyak-banyak maka akan hilang segala sifat aslinya, dia akan menjadi manis. Begitu juga Ruh kalau dimasukkan sepenuhnya Nurun ala Nurin yang membawa Kalimatullaahi Hiyal Ulya yang asli dan haqiqi yang tiada mati, dia akan hidup pada sisi Allah SWT. Bentuk daripada sang Ruh itu adalah menyerupai bentuk jasmaniah dimana ia duduk di tempatnya, seperti air yang duduk di tempatnya mengambil bentuk daripada tempat ia duduk. Gas, cahaya, Nur, Rohani, juga begitu semuanya.
Kembali di sini kita pakai dalil daripada ayat-ayat Allah yang tidak tertulis dalam Al Qur’an, tetapi terkandung di dalamnya, namun tertulis dalam ilmu Alam yang bcsar ini. Maka tiap-tiap manusia yang Ruhnya telah bergabung dengan Ruh Nabi, maka Ruh yang menggandeng “di belakangnya” tersebut, jelas pula akan bersatu pula dengan Ruh yang Pertama dan akan memiliki pula Kurnia Allah yang maha besar yakni turut memiliki Wabtaghuu ilaihil Wasiilata,
Nurun ala Nurin yang mengandung frekwensi tak terhingga yang mampu menyalurkan Kalimah Allah yang HAK dari Maha Sumbernya! Allahu Akbar!
Kita sudah mulai sampai kepada jawaban yang sejelas-jelasnya Begitulah tingginya Ilmu Tasauf, Begitulah tingginya llmu Sufi di dalam Al Islam. Begitulah tingginya Ilmu Thariqat itu, Thariqatullah asli yang maha akbar. Sungguh-sungguh beramal di atasnya, berdzikir di dalam Nurun ala Nurin adalah sangat bahagia.
Jadi sekarang sudah jelas bagi kita, tiap-tiap Ruh yang menggabungkan dirinya kepada Ruh Silsilah yang terakhir, akan memiliki wabtaghuu ilaihil Wasiilata, Temukanlah dia, carilah dia, niscaya bertemu Insya Allah Ta’ala. Barangsiapa belum beserta Allah, besertalah dengan Ruh orang yang beserta Allah, Ruh orang itulah (yang berisikan Nurun ala Nurin) yang menghubungkan Ruh engkau dengan Allah. (HR. Abu Daud).
Wabtaghuu ilaihil Wasiilata dalam Rohani Sang Guru, inilah yang disebut Waliyam Mursyida yang Kamil lagi Mukammil yang Khalis Mukhlisin. Seperti 35 stasiun Televisi atau stasiun Radio menggabungkan gelombangnya kepada satu stasiun induk, maka seluruh gelombangnya akan hilang lenyap dalam gelombang yang satu itu. Jika Kepala Negara bersuara, sekaligus yang 35 itu bersuara. Apa yang diucapkan oleh yang Pertama diucapkan pula oleh yang ke 35. Apa yang ada dalam gelombang yang Pertama, pasti ada dalam gelombang yang 35 itu semuanya.
Di sinilah letaknya Rahasia dari segala Kelebihan-kelebihan dan mereka yang dikasihi Allah. Segala fasilitas, segala identitas, segala kwalitas para Rasul sudah jelas ada pada mereka, karena frekwensinya telah bersatu dengan frekwensi para Rasul. Wasilah dalam diri para Rasul mereka juga miliki ! Nurun ala Nurin pada diri Rasul yang dianugerahkan Allah SWT, juga mereka warisi. Segala kekeramatan para Rasul juga mereka warisi karena hukumnya sama, dan dengan hukum yang sama pasti menerbitkan hasil yang sama ! Di sinilah letak Haknya dan Sahnya Ilmu Tasauf dan Sufi serta Thariqat dalam Islam karena berdasarkan :
1. Al Qur‘an dan Al Hadits yang didukung oleh Sunnatullah dalam Ilmu Alam.
2. Karena bersatunya RUH RASUL dengan RUH para Ahli Silsilahnya.
Dengan sendirinya segala ilmu Kebatinan yang tidak mempunyai Silsilah yang nyata bertalian kepada Nabi harus ditolak, karena itu semuanya pasti di luar yang Haq dan akan hancur berantakan mulai dari Dunia sampai Yaumil Mahsyar !
1. Man laa Syaikhun Mursyidun lahu famursyiduhusy syaithaanu”. Barangsiapa yang tidak ada Syekhnya (Waliyam Mursyida), maka pastilah setan pemimpinnya dalam Ilmu Kebathinannya. (Abu Yazid Al Busthami dikutip dari buku Mengenal Allah Karya DR. M. Chatib Quzwain, halaman 114)
2. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkannya sesat, maka tidak ada seorang pemimpin pun yang memberi petunjuk, (QS. Al-Kahfi, ayat 17).
3. Sebagai keterangan sekedarnya, kita uraikan di sini sekelumit betapa Dahsyat Bahayanya bagi mereka yang mengamalkan Ilmu Bathin tanpa Pimpinan Waliyam Mursyida (tanpa bergabung dengan Rohani Rasul yang dijamin Allah telah memiliki Wasilah yang tak terbatas Frekwensi-nya, yaitu Nurun Ala Nuurin).
Jelas kelihatan dan harus kita sadari, bahwa Allah SWT. berada di Arasy tempat Maha Agung yang tak terhingga jauhnya, sehingga Rasulullah sendiri WAJIB diberikan F rekwensi (Speed) yang tak terhingga kapasitasnya ( ∞ ).
Kalaulah Rasulullah Wajib memakai Faktor tak terhingga (∞), pasti SIAPAPUN orangnya WAJIB memiliki Faktor yang tak terhingga, yang harus sama pula dengan yang dipakai Rasul, agar tempat mendaratnya terjamin sama pula pada sisi Allah SWT.
Untuk itu TIDAK ADA LAIN JALAN, harus menggabungkan diri Rohaninya dengan Arwahul Muqaddasah Rasulullah,yang telah bergabung dengan Arwahul Muqaddasah Waliyam Mursyida sebagai Silsilahnya (yang telah terpatri kedua Rohani-nya dalam satu Fusi yang kekal dan abadi).
Sesuai dengan Rumus Ilmu Eksakta :
(Firman-firman Tuhan yang tertulis dalam llmu Alam) :
l. S (jarak) = V x t S = Spazium =jarak.
2. ∞ = ∞ x t V=Velocitas = kecepatan.
3. ∞ = V x ∞ (= t) t = tempo= waktu.
Jelas kelihatan pada Rumus nomor 3 ini, bahwa Faktor Kecepatan tak terhingga jika TIDAK kita MILIKI untuk menuju Kehadirat Allah SWT., maka SUDAH PASTI, bahwa t-nya lah yang menjadi ∞ artinya : kita TIDAK akan SAMPAI-SAMPAINYA Kehadirat Allah SWT. sampai hari Kiamat.
Walaupun kita terbang dengan alat apa sajapun selama bermilyard-milyard tahun lamanya, walaupun dengan akal dan ma’rifat apa saja pun, karena kapasitas semuanya itu tetap terbatas, bukan tak terhingga. Ini berarti bahwa Ruh kita tetap akan gentayangan untuk selama-lamanya di alam ruh yang luas, yang tak bertepi, tak berujung dan tak berpangkal, tanpa pedoman hingga akhirnya hancur berantakan, karena sudah pasti disambar dan diperdayakan oleh jin, setan atau Iblis. Kemana hilangnya atau musnahnya? Wallahu a’lam.Tetapi pasti tidak dan bukan kembali pada ALLAH SWT, karena untuk sampai pada ALLAH harus wajib memakai frekwensi tak terhingga ( ∞ ), yang hanya berada dalam Dada Rasulullah yang hanya dapat diwarisi dari Rasulullah SAW.
Ini pulalah sekaligus kunci terbesar satu-satunya daripada segala ibadat, karena hanya dengan mendapatkan frekwensi tak terhingga (∞) dari pada ALLAH SWT, mengalirlah kekuatan Kalimah ALLAH yang maha Sakti secara murni langsung melalui sukma Rasulullah SAW dan melalui arwah nya Sang Mursyid yang telah Khalis Mukhlisin, tepat menuju sasarannya dengan energi yang tak terhingga, yang maha Dahsyat yang dimilikiNya, maka hancurlah bukit, gunung, iblis setan atau lawan apa saja, walaupun atom dan nuclear sekalipun, akan hancur luluh, kalau dihadapkan pada Oer
atom Kalimah ALLAH yang maha maha dahsyat ini. Dengan tenaga tak terhingga dari segala kekuatan di bumi dan langit, Dunia dan Akhirat, barulah berlaku realita: A’uudzubillaalli minasy syaithaanirrajiim dan lain—lain ayat, dalam arti kata realita yang sebenar-benarnya, jika telah dihadapkan langsung pada Kalimah AL LAH mahasakti yang khalis dan tulen (bukan Kalimah tiruan “produksi” manusia).
Inilah dia SENJATA MAHA SAKTI di tangan Mukmin yang PERKASA di segala Zaman dari Dunia sampai ke Akhirat, yang diterimanya langsung dari ALLAH SWT.via saluran yang Haq, sebagai maha “Controller” dan “Big
Conductor” dari ALLAH SWT yaitu : Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW. (Fadzkurullaaha la’allakum tuflihuun)
Eureka! Eureka! Eureka! Wir haben das grosse Geheim gefunden!”
“Selamat! Selamat! Selamat! Kita telah menemukan Rahasia Maha Sakti Kalimah ALLAH Yang Maha Dahsyat!”
Hidup kaum Mukmin! Hidup Al Islam Mulia Raya!
Hidup kaum Mufarridun! Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar walillahil hamd.
4. Kita telah menemukan Rahasia Maha Akbar walaupun baru dalam teorinya saja. Rahasia yang dicari-cari Umat di Dunia, Umat yang pertama sampai Umat yang penghabisan, yang dicari Umat ber-Agama yang pertama dan Umar ber-Agama yang penghabisan. Dan kalau ini belum ditemuinya hidupnya belum sampai pada tujuan fitrahnya, masih sia—sia, karena ia tak akan pemah sampai pada Tuhannya hingga kiamat dunia dan tetap terlunta-lunta untuk selama-lamanya! (Sesat engkau sekalian kecuali yang Kuberi taufik. Hadist Qudsi).
Inilah rahasia Senjata ALLAH maha dahsyat di tangan para Rasul dan para Wali yang kenamaan dari abad ke abad, yang dijolok dan di keluarkan melalui hukum-hukum Ilmu Tasauf dan Sufi Islam, dengan metode teknisnya yang tepat, yang ilmiahnya diuraikan dengan ilmu Metafisika Eksakta, bidang yang sama sekali bukan terletak dalam Ilmu Fiqih Islam.
Di sinilah sacara khas Ilmu Kerohanian dan Metafisika Tasauf Islam atas dasar Eksakta.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd!
5. Oleh sebab itu, semasa kita hidup, sebelum mati, kita harus berjuang sehebat-hebatnya dengan segala daya upaya, untuk mendapatkan faktor tak terhingga ( ∞ ) ini, dan ini hanya berada dalam Dada/Rohani Rasulullah SAW.
6. Sebuah Rumus Aljabar yang Masyhur, sebagai sebuah Petunjuk yang jelas dari Sunnatullah, ialah sebagai berikut :
X : ∞ = 0
Iblis, Setan, Hantu, Penyakit-Penyakit, Cancer, Narkotika, Atom, Nuclear, Bala Kutuk, Galodo, Dosa, KIAMAT Dunia dan lain-lain dan lain-lain, apa saja pun,Fisis atau Metafisis, Kasar ataupun Halus : (baca dibagi , dihancur leburkan) oleh Tenaga Tak terhingga (∞) = Kalimah Allah atau Ayat-Ayat Qur’an yang khusus untuk Penghancur/Pemunah segala apa yang Negatif, yang berada antara Bumi dan Langit.
Semua itu akan Hancur Luluh, jika dihadapkan pada OER ATOM Kalimah Allah Maha Sakti, yang mengalir dari Maha Sumbernya! Bukan Kalimah Allah yang Relatif yang diproduksi Manusia sendiri-sendiri!
Jika Tenaga Maha Dahsyat itu TIDAK Hadir, tidak ada, maka jelaslah bahwa semua yang di atas itu TIDAK akan Musnah! Berarti segala UNSUR-UNSUR Negatif yang sangat berbahaya bagi Kehidupan Manusia Dunia Akhirat, tetap akan merajalela sampai akhir hayat kita dan dilanjutkannya sampai ke Akhirat kelak! Oleh scbab itu DI DUNIA INI SEMUA HARUS DISELESAIKAN dengan TUNTAS dengan PIMPINAN RASULULLAH Zahir Bathin!
Dan ini dapat terlaksana dengan GILANG-GEMILANG (khusus tentang Ilmu kerohaniannya). DENGAN WASILAH, bergabungnya arwah kita dengan Arwah Rasulullah yang di jamin Allah SWT., memiliki Frekwensi yang tak terhingga, satu-satunya Channel yang ditanamkan Allah SWT. Sendiri langsung kedalam Arwah para Rasul untuk dapat berkomunikasi langsung dengan Allah SWT.
Dan channel ini pulalah yang kita pakai sebagai ALAT KOMUNIKASI yang terjamin Langsung berkomunikasi dengan Allah SWT. Sendiri ! INILAH DIA FUNGSI WASILAH YANG SEBENAR-BENARNYA.
Dan ini semua dapat terlaksana dalam Prakteknya dalam satu Titik yang maha halus di hati Sanubari seorang Mukmin yang Khalis Mukhlisin ! Jadi pada hakikatnya WASILAH/Channel yang dipakai para Rasul untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Yang ditanamkan dalam diri para Rasul, ALAT itu juga/channel itu juga, WASILAH ITU juga, yang kita pakai untuk berkomunikasi langsung dengan Allah SWT, jadi sama saja halnya dengan para Rasul, hanya saja Alat itu ditanamkan Allah dalam Rohani para Rasul di “pekarangan” para Rasul, bukan dalam “pekarangan” Rohani kita, sudah jelaslah kita HARUS gabungkan Rohani kita lebih dahulu dengan Rohani Para Rasul!
Rasul yang terdekat pada kita ialah MUHAMMAD SAW. dan ia masih nyata ada mempunyai tali silsilah yaitu para Ulama Silsilah, sedangkan para Rasul lainnya SUDAH TIDAK DIKETAHUI lagi mana TALI SILSILAH-nya, alias Putus hubungannya sama sekali dengan Allah, maka oleh sebab itu pada waktu itu mutlak perlu diturunkan Allah Seorang NABI BARU, NABI AKHIR ZAMAN. yaitu Rasulullah SAW. yang sudah jelas masih nyata ada mempunyai Ahli Silsilah yang tahqiq, hingga saat ini, sebagai syarat mutlak untuk dapat langsung berkomunikasi dengan Allah SWT. Jadi TUGAS Utama para Ahli silsilah ialah meneruskan Tugas Pokok para Rasul sebagai WASILAH-CARRIER, Si Pembawa WASILAH!
4. Satu Petunjuk lain yang sangat jelas dan sangat berharga dari Sunatullah ialah :
1 x ∞ = ∞ 1/100 x ∞ = ∞ 1 zarah x ∞ = ∞
Disini jelas kelihatan, bahwa jika Ibadah Kita, walaupun sebesar biji bayam kecilnya, jika dihubungkan/digandengkan atau di-ikutsertakan Unsur Frekwensi yang tak terhingga, maka hasilnya akan SANGAT BESAR PAHALA-nya, yang kalau ditujukan pada sasarannya, PASTI akan memberi bekas yang sangat memuaskan karena Dahsyatnya! Disini kelihatan lagi FUNGSI WASILAH itu dengan jelas sekali, dan NILAINYA yang sangat tinggi sekali itu.
Sekian penjelasan ala kadarnya yang lebih terperinci dari WASILAH.
Selanjutnya, semua Kurnia Ailah, yang ada tertulis pada Suppletoir I pada Buku ini, semua kelebihan-kelebihan para Rohani Rasul itu berlaku pula bagi Rohani semua para Ahli Silsilah karena Ruh Rasul telah bersatu dengan Ruh mereka,sukma Rasul telah bergabung dengan Sukma mereka, Rohani Rasul telah terpatri jadi satu dengan Sukma mereka oleh patri yang kekal dan abadi, yakni : WASILAH; Nurun ala Nurin, yang berintikan Kalimah Allah Haqiqi yang Maha Dahsyat, yang mengalir dari Maha Sumber-Nya yang Maha Agung Inilah kedahsyatan At Thariqah dalam Islam yang termaktub dalam Ilmu Tasauf Islam yang sangat halus dan tinggi serta juga sangat hebat!
Sesuai dengan Firman Tuhan :
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah seperti para Nabi—Nabi, Siddiqin (Ulama), Syuhada dan Salihin (Ulama), (QS. An-Nisa Ayat 69).
Bagi para Ahli Silsilah yang Rohaninya telah bersatu dengan Frekwensi Rohani Rasulullah maka segala apa yang berlaku bagi Rohani Rasul berlaku pula bagi Rohani mereka, karena mereka bukan saja mengikuti Rasul dengan seksama dan teliti, atau mentauladani Rasul dengan terperinci, bahkan mereka telah menyatukan diri Rohaninya dengan diri Rohani Rasulullah ! Sehingga semua Ayat dan Hadits sama-sama berlaku bagi Rohani mereka dan bagi Rohani Rasulullah!
Umpamanya :
1. Tangan Allah di atas tangan mereka. (QS. Al-Fath, ayat 10). (Wajah Allah di atas wajah mereka).
2. Kalau mereka melihat, Aku matanya. (Hadits Qudsi, HR. Bukhari).
3. Kalau mereka mengambil, Aku tangannya, (Hadits Qudsi,HR. Bukhari).
4. Kalau mereka berjalan, Aku kakinya (Hadits Qudsi, HR.Bukhari).
5. Kalau mereka digempur musuh, Aku lawannya, (Hadits Qudsi HR. Bukhari).
6. Rahmat-Ku Aku titipkan padanya untuk ditaburkan pada Ummat-Ku. (HR. Al Qudha’ii dari Abi Said).
7. Mereka men-Syafa’ati seperti Rasul men-Syafa’ati (HR. Ibnu Majjah).
8. Kalau mereka duduk, Aku temannya, (Hadits dalam Al-Atsar-Ihya Ulumuddin, halaman 85).
9. Kalau namanya disebut, Umat pun telah menyebut Nama-Ku dan sebaliknya jika Nama-Ku disebut ummat, telah turut discbut namanya di da1amnya.(HR. Tabrani, Al Hakim dan Abu Naim).
10. Mereka yang (Ruhnya berisikan Nurun ala Nurin bersama – sama) sederetan duduknya dengan para Nabi …. (QS. An-Nisa, ayat 69).
11. Barangsiapa belum beserta Allah, besertalah dengan orang (Ruhnya) yang beserta Allah, (Ruh) orang itulah (yang berisi dengan Nurin ala Nurin) yang menghubungkan Ruh engkau dengan Allah. (HR. Abu Daud).
12. Bumi dan langit-Ku tak berdaya menjangkau Aku, namun Aku telah dijangkau oleh Ruh/Hati hamba-Ku yang Ku-kasihi (yang Ruhnya berisikan Nurun ala Nurin). (HR.Ahmad).
13. Dan lain-lain; yang no. 1 sampai dengan no. 12 dan lain – lainnya, semuanya ada dalam Suppletoir 1 dalam Buku ini[1]
Untuk menguatkan Ayat-ayat dan Hadits-hadits tersebut di atas, kami tuturkan di bawah ini secara ringkas tentang keutamaan yang hebat dari seorang Aulia di zaman Tabi’in, yang tidak berjumpa dengan Nabi.
Rasul bersabda: ”Wahai Umar dan Ali, jika aku nanti telah tiada, carilah seseorang yang bernama Uwais Al Qarni, ia seorang Aulia Allah yang pilihan, Kekasih Allah, Zuhud Dunia, sampaikan salamku padanya, dan pohonkan Doa padanya agar ia mau mendoakanmu pada Allah, agar engkau diampuni Allah akan semua kesalahanmu dan engkau masuk surga; kelak di Padang Mahsyar ia diperintahkan Allah menaiki sebuah mimbar untuk memberi Syafa’at kepada seluruh ummat yang hadir pada waktu itu. (HR. Imam Ahmad disyahkan oleh Imam Bukhari). (Lihat: Ilmu Tasauf karangan H. Zainal Arifin Abbas, halaman 221 – 230).
Betapa hebatnya kelebihan-kelebihan seorang Aulia Allah itu, Rasul sendiri menggambarkan kehebatan itu, Namun para Waliyam Mursyida tidaklah banyak di dunia ini, namun pada tiap-tiap abad pasti ada orangnya, the WASILAH CARRIER si Pembawa WASILAH!
Para pembaca yang budiman!
Kami telah memberanikan diri menguraikan secara panjang lebar akan jalan Rahasia kepada Allah ini, karena dituntut zaman.
Kapankah lagi kita akan menguraikan semua ini, sedangkan Dunia telah begitu tua dan begitu rawan? Huru-hara melanda seluruh Dunia, kemelut, kekacauan bergelora di antara bangsa-bangsa di Dunia! Ancaman-ancaman kehancuran jagad ini telah di ambang pintu. Hanya hasil dari Jalan Thariqatullah dalam Islam inilah satu-satunya jalan keluar yang mampu mengatasinya secara tuntas!
Apakah saya tidak bersalah, jika Jalan Utama ini tidak saya uraikan sekadarnya, dan membiarkan Kemelut Dunia, yang disebabkan oleh setan di semua pelosok Dunia dan dalam pribadi manusia berkecamuk terus, tanpa dapat dibendung oleh mereka sendiri, sehingga membahayakan seluruh Jagad ini. !
Wahai kaumku, kaum Muslimin di seluruh Dunia yang aku kasihi, yang telah berabad-abad lamanya dipecah-belah dan menderita oleh kaum non Islam orientalis Barat! Mereka para orientalis benar-benar faham bahwa energi Islam terpendam dalam Tasauf/Thariqat Islam sebagai Teknologi dalam Al Qur’an.
Thariqat Islam sangat tinggi, sangat dalam, oleh karenanya sulit dimengerti oleh orang awam beragama Islam, apalagi pada zaman dahulu, dimana ilmiah eksakta masih belum umum dikuasai. Di sini lah mereka, para orientalis, menyusup untuk mengacau dan melaga antara Islam dengan Islam. Mereka menciptakan thariqat-thariqat palsu yang menyesatkan, dan atas dasar ini mendiskreditkan seluruh thariqat termasuk Thariqat yang HAK. Di sinilah kekuatan Islam mulai pudar, menuju kehancuran! Para Ulama muda/Para Wahabiah memfatwakan bahwa semua Thariqat tanpa pandang bulu adalah salah dan sesat!
Betapa dahsyatnya kerugian orang Islam selama berabad-abad lamanya! Disebabkan oleh para Orientalis yang berhasil dengan sangat licik memecah-belah dan menghancur-leburkan kesatuan dan persatuan Islam yang sangat bernilai itu!
Ummat Islam menjadi kacau-balau di dunia. Untuk menggambarkan keadaan di atas, selanjutnya kami turut lampirkan di sini ulasan seorang Ahli Thariqat dari Malaysia (dipersilahkan membaca dan meneliti kebenarannya, yang kami tempatkan pada halaman terakhir dari pada buku ini).
Syukur pada Allah bahwa dewasa ini Thariqat dapat diterangkan secara Ilmiah Eksakta, sehingga jelas kelihatan mana thariqat asli mana yang palsu. Ilmu Eksakta adalah Sunnatullah, yakni Firman-firman Tuhan yang tidak tertulis dalam A1 Qur’an, namun terkandung di dalamnya. Ilmu Eksakta adalah saringan yang ketat terhadap Thariqat yang beredar, sehingga dapat dibedakan mana yang asli dan mana yang palsu[2].
Kami merisetnya selama + 40 tahun atas dasar Ilmu Eksakta secara teori dan praktek dengan bukti-bukti yang autentik. Dan Ilmu Eksakta mampu menguraikan Firman Allah yang mengandung energi teknologi dalam Al Qur’an. Harap Dunia Islam memperhatikannya, demi bangkitnya Al Islam kembali dengan Dahsyatnya! Dan demi segala aliran kebatinan di dunia kembali kepada induknya yakni A1 Qur’an dan Al Hadits dan merupakan potcnsi maha dahsyat sebagai Benteng Agama dan Benteng NEGARA PANCASILA!
Sekian uraian mengenai Wabtaghuu ilaihil Wasiilata.
Semoga kita semua mendapat Taufik dan Hidayah dari Allah SWT yang Maha Agung, Maha Pemurah lagi Penyayang! Amin. Alhamdulillahi rabbil Alamin.
P E N U T U P
Dalam uraian yang panjang lebar ini kami tetap tidak mengilmiahkan Allah SWT. Yang terbit daripada Allah SWT, yaitu Nurun ala Nurin, itu pun tidak kami Kami hanya mengilmiahkan Rasulullah SAW mulai daripada jasmaninya sampai akalnya, terutama Ruhnya, karena kita memiliki juga unsur yang tiga itu. Ini yang dapat secara maksimal kita ilmiahkan, yakni yang ada pada kita!
Jadi janganlah para pembaca yang budiman mendakwakan bahwa kami mengilmiahkan hal-hal yang berada di atas daripada apa-apa yang dimiliki Rasulullah SAW. Karena kita telah yakin dan percaya bahwa Rasulullah SAW itu adalah manusia yang “super genius” karena senantiasa berhampir kepada Allah SWT.
Firman Allah :
Dan kami lebih hampir kepadanya daripada kedua urat lehernya. (QS. Qaf, ayat 16).
Ruhnya tidak bercerai-cerai sepanjang masa dari sisi Allah SWT. Dan pada Ruh inilah kita fokuskan Ruh kita pula dalam gabungan yang bersatu-padu. Jadi jangan disangka bahwa kami mengilmiahkan selain daripada Rasulullah SAW. Karena inilah objek utama kita yang sempurna lahir batin. Inilah dia konduktor yang sempurna, karena dalam bergabung dengan Rasulullah SAW dalam Arwahul Muqaddasahnya. pasti pulalah kita sampai ke Hadirat Allah SWT. Scope kita, tujuan kita, target kita, fokus kita hanya sampai berhampir pada Rasulullah SAW. Bergabung dalam Rohaninya. automatis kita menerima, mempusakai, mewarisi apa yang diwarisi Rasulullah SAW keseluruhannya, mulai dari ilmunya, sampai pada Makrifat
nyu, dan akhirya sampai kepada Surganya.
Jadi fokus kita, target kita, hanya sampai pada Rasulullah SAW.
Ke atas, itu tidak kita kupas secara ilmiah apa pun karena tidak perlu dan tidak ada gunanya, karena tujuan telah tercapai.
Saudara-saudaraku Umat islam di seluruh dunia yang aku kasihi!
Marilah kita murnikan Islam kita kembali, jangan dinodai lagi oleh siapa pun: Syariatnya, Thariqatnya dan Hakikatnya semuanya harus asli (Fikih dan Tasaufnya harus sejalan bergandengan tangan, jangan ada yang ditinggalkan. Terimalaln Islam itu secara keseluruhan. (QS. Al-Baqarah, ayat 208).
Hanya dengan mengamalkan keseluruhan islam (Syariat, Thariqat dan Hakikat Islam) kita menang Dunia-Akhirat!
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, WALILLAHIL HAMD.
DAFTAR KEPUSTAKAAN :
1. Mahmud Yunus : Tafsir Qur’an Karim.
Pustaka: Mahmudiah Jakarta,1938.
2. Bachtiar Surin : Tafsir Al Qur’an Jilid I—II—III
Penerbit: Fa. Sumatera (Disyahkan Depag. R.I. 1978).
3. H.M. Bachrun/Maulana Muhammad Ali, M.A. LLB. : Qur’an Suci/The holy Qur’an,Penerbit Kutubil Islamiah,Jakarta, 1979.
4. Muhammad Tajuddin bin Al Munawi Al Haddadi : 272 Hadits Qudsi,Alih Bahasa: H. Salim Bahreisy,Penerbit: P.T. Bina Ilmu,Surabaya, 1978.
5. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS : Sinopsis sistem mendarah dagingkan Pancasila, Penerbit: FIKM UNPAB-MEDAN,1979.
6. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS: Capita Selecta tentang Agama,Metafisika, Ilmu Eksakta, jilid I.Penerbit : FIKM UNPAB – Medan, 1982.
7. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS :Capita Selecta tentang Agama,Metafisika, Ilmu Eksakta, jilid 2. Penerbit : FIKM UNPAB – Medan, 1982.
8. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS :Ibarat Sekuntum Bunga dari Taman Firdaus. Penerbit: FIKM UNPAB – Medan, 1982.
9. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS :Filsafat Tentang “Ke-Akbaran dan ke-Dahsyatan Kalimah Allah” Penerbit: FIKM UNPAB – Medan, 1983
10. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS : Teknologi Modern dan Al Qur’an (Mengiringi Seminar Islam pada IAIN Medan). Penerbit: FIKM UNPAB – Medan, 1983
11. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS :Teknologi Modem dan Al Qur’an atau Ilmu Metafisika Eksakta dalam mengupas 1SRA’ – MI’RAJ RASULULLAH SAW. Penerbit: FIKM UNPAB – Medan, 1984
12. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS : Azas-Azas &. Dalil-Dalil Thariqatullah. Penerbit: FIKM UNPAB – Medan, 1984
13. Kadirun Yahya, Prof.DR.H.SS : Kumpulan Kuliah pada Lembaga Ilmiah Tasauf Islam. Penerbit: FIKM UNPAB – Medan, 1984
14. Soewandi, DR. FICS. : Pandangan Mengenai Metafisika Barat dan Timur serta Metafisika Tasauf Islam.Penerbit: LIMTI – Medan, 1985.
15. Hasbi Ashshiddieqy Prof. DR .T.M. : Pedoman Dzikir dan Do’a. Penerbit: Bulan Bintang, Jakarta,cetakan ke-2, 1964.
16. Dj u f ri : Fadhilah berdzikir.Penerbit: Al Ma’arif, Bandung, 1972.
17. David Halliday : Introductory Nuclear Physics,1957.
18. P. Parker : Listrik dan fisika Atom, 1978.
19. Mulyono Gandadiputra Prof. DR. H & H. Amir Hamzah : Al Asma’ul Husna, Penerbit: Yayasan Masagung,Jakarta, l984.
20. Anshari, Endang Saifuddin,MA : Kuliah Al Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.Penerbit: Pustaka Perpustakaan Salman ITB, Bandung 1986.
[1] Namun Huum-hukum Syariat yang khusus berlau bagi Jasmani Rasul tidak berlaku bagi Jasmani mereka, karena mereka bersatu dalam Ruhani bukan dalam Jasmani. Bagi mereka sebagai manusia mukmin sejati tetap berlaku huum-hukum hidup dan kehidupan yang telah digariskan dalam Syari’at bagai seluruh Kaum Muslimin di dunia.
[2] Ucapan DR Nurcholis Madjid dalam kesempatan diskusi yang diselenggarakan Himpunan Masyarakat Pencinta Buku (Himapbu) sebagai berikut :
Sebagaimana ilmu dan teknologi yang menjadi inti kemodrenan harus dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan moral, maka agamapun harus bersedia dihadapkan pada pengujian ilmu pengetahuan. Agama adalah suprarasional, walaupun demikian sesuatu yang suprarasional tidak berarti bertentangan dengan rasio, hanya berada pada tingkat yang lebih tinggi, Agama yang tidak bisa bertahan karena bertabrakan dengan ilmu dan teknologi, tidak lagi dapat dikatakan sebagai Agama. (Lihat Harian Kompas Senin tanggal 23 Maret 1985 No. 262 TAHUN KE – 20).