Beliau senantiasa muak dengan dunia ini dan akhirat, dan kerap kali berseru: Asytahi ‘adaman la wujud lahu (Aku merindukan non-eksistensi yg tidak mempunyai eksistensi). Dan beliau biasa mengatakan dalam bahasa Persia:
“Setiap orang memiliki keinginan yg tidak mungkin bisa dicapai, dan aku juga memiliki keinginan yg tidak mungkin bisa dicapai, yg sebenarnya aku tahu tidak pernah akan bisa direalisasikan, yakni agar Tuhan membawaku ke non-eksistensi yg tidak akan pernah kembali ke eksistensi.”
Beliau menginginkannya karena maqam-maqam dan karamah adalah pusat penabiran (yakni, mereka menabiri manusia dari Tuhan). Manusia jatuh cinta dengan apa yg menabirinya. Ketidakmaujudan dalam keinginan akan visi, itu lebih baik daripada bersukacita dalam tabir. Karena Tuhan adalah suatu Wujud yg tidak tunduk kepada ketiadaan, maka kehilangan apa yg akan diderita kerajaan-Nya jika aku menjadi ketakmaujudan yg tidak akan pernah maujud. Inilah suatu prinsip yg kuat dalam suatu pelenyapan sejati.