“Seorang Murid dan Sayyidina Khidhir”
(Pena Al-Katibiy, 14 Ramadhan 1443)
Ketika seseorang berdoa ingin berjumpa dengan orang āarif billah atau wali Allah, sedangkan dia sudah punya Guru (Mursyid), maka iblis akan mengutus seseorang untuk menyesatkannya. Karena ia telah membuka pintu lebar di hatinya yaitu ambisi diri. Sehingga iblis akan lebih mudah menyesatkannya.
Suatu ketika Habib Umar Bin Abdurahman Al-Atthos ra. (Penyusun Ratib Al-Atthos) sedang duduk bersama para santrinya. Ada satu santri yg bernama Syaikh Ali Baros ra. sedang duduk di sampingnya sambil memijat kaki Sang Guru itu. Habib Umar terdiam sesaat dan berkata kepada santrinya: āKita kedatangan tamu istimewa, Nabi Khidir as. Sekarang Beliau sudah berada di gerbang depan.ā
Mendengar dawuh Sang Guru, para santri berhamburan menuju gerbang depan menyambut kehadiran Nabi Khidir as. Kecuali Syaikh Ali Baros.
Lalu Habib Umar Bin Abdurrahman bertanya kepada Syaikh Ali Baros: āYa Ali, kenapa kau tidak menyambut Nabi Khidir bersama temanĀ²mu yg lain?ā
Syaikh Ali Baros menjawab: āWahai Guru, Nabi Khidir as. datang sengaja menemuimu. Untuk apa aku lepaskan tanganku dari kakimu karena kedudukanmu (yaitu sebagai Guru) di mataku (sebagai murid) jauh lebih mulia dibandingkan Nabi Khidir.ā
Mendengar jawaban dari muridnya seperti itu, lalu berucaplah Habib Umar: āTidak akan aku terima hadiah Fatihah dari siapapun untukku kecuali disertai dengan nama Ali Baros. Ini bukti keridhoanku kepadanya!ā
Maka hingga detik ini jika Habib Umar bin Abdurrahman di Fatihahi maka selalu setelahnya disertai Syaikh Ali bin Abdullah Baros. Suatu kemuliaan yg sangat besar dan luhur.
Ada seorang murid yg sedang menyapu di madrasah Gurunya, tibaĀ² Nabi Khidir as. mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan tidak mengajak bicara Nabi Khidhir as. Maka Nabi Khidhir as. berkata: “Tidakkah kau mengenalku?!” Murid itu menjawab: “Ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir.” Nabi Khidhir as. berkata: “Kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku?!”. Murid itu menjawab: “Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu.”
Nasehat untuk diri ini dan semuanya, agar kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah berupa hadirnya seorang Guru batin buat kita dan senantiasa menghormatinya dan melayaninya dengan adab yg baik.
Syaikh Abdul Wahhab Asy-Syaāroni mengatakan:
ŁŁ Ł Ų“Ų£ŁŁ Ų£Ł ŁŁŲ«Ų± Ł Ł Ų“ŁŲ± Ų§ŁŁŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁ Ų§ŁŲ°Ł Ų¬Ł Ų¹Ł Ų¹ŁŁ Ų§ŁŲ“ŁŲ® ŁŲ§Ł ŁŁ Ł Ų±ŁŲÆ ŁŁ ŁŲµŲ§ŲÆŁ Ų±Ų¬ŁŲ§ ŁŲ±ŲØŁŁ Ų®Ų±Ų¬ Ł Ł Ų§ŁŲÆŁŁŲ§ ŁŁŁ Ł ŲŖŁŁŲ« ŲØŲ§ŁŲ°ŁŁŲØ ŁŁŁ ŁŲ§Ł Ų¹ŁŁ Ų¹ŲØŲ§ŲÆŲ© Ų§ŁŲ«ŁŁŁŁ
āDi antara urusan penting bagi murid adalah bersyukur kepada Allah Taāala yg telah mengumpulkannya kepada seorang Guru. Karena setiap murid yg tidak bersungguh-sungguh dengan Guru yg mentarbiyahnya, maka ia akan keluar dari dunia ini dalam keadaan berlumur dosa meskipun ia ibadah setinggi langit dan bumi.”
Syaikh Abul Hajjaj Al-Aqshari mengatakan:
Ł Ł Ų®ŲÆŁ Ų“ŁŲ®Ł ŲØŁŲ§ Ų§ŲÆŲØ Ų¬Ų±Ł Ų°Ų§ŁŁ Ų§ŁŁ Ų§ŁŲ¹Ų·ŲØ ŁŁ Ł Ų®ŲÆŁ Ł ŲØŲ§ŁŲ§ŲÆŲØ ŁŁŲÆ ŲŲ§Ų² Ų¹Ų² Ų§ŁŲÆŲ§Ų±ŁŁ ŁŲŲµŁ Ų§ŁŲ§Ų±ŲØ.
“Siapa yg berkhidmat kepada Gurunya tanpa adab, maka akan menyeretnya kepada keruntuhan, dan siapa yg berkhidmat kepada Gurunya dengan adab, maka ia telah mendapatkan kemuliaan dunia akhirat dan tercapai tujuan.” Beliau juga mengatakan:
Ł Ł Ų¹ŁŲ§Ł Ų© Ų“ŁŲ§Ų” Ų§ŁŁ Ų±ŁŲÆ Ų£Ł ŁŲ±Ų²ŁŁ ŲµŲŲØŲ© Ų§ŁŲ“ŁŁŲ® ŁŁŲ§ ŁŲŲŖŲ±Ł ŁŁ
“Di antara tanda celakanya seorang murid, ia Allah anugerahi bergaul dengan para Syaikh, tetapi ia tidak menghormatinya.”
Semoga Allah Taāala senantiasa memberikan taufiq-Nya kepada kita semua. Aamiin Yaa Mujiibassaa’iliin