āIlmu ini bisa kalian hapal dalam semalam, ilmu dari awal suluk sampai kaji suluk terakhir bisa kalian dapatkan hanya dalam semalam, akan tetapi untuk bisa duduk ilmu itu dalam diri kalian, memerlukan waktu yg lama, kalian harus istiqamah dalam mengamalkannya.ā (Guru Sufi)
Kalau kita renungkan lebih dalam, kenapa kita harus rajin beribadah, rajin dzikir, rajin bertawajjuh terutama setiap malam wirid, sebenarnya apa yg kita cari dan harapkan? Motivasi apa yg membuat kita rajin melakukan semua itu? Mengharapkan pahala kah? Atau imbalanĀ² duniawi yg di dapat akibat aktifitasĀ² tersebut.
Tentang hal ini, saya pernah ditanya langsung oleh Yang Mulia Guru saya tercinta, āKenapa orang mau bersusah payah dzikir, ubudiyah, sedekah dan segala amalan lain, padahal semua yg dilakukan itu tidak meng-enak-kan.ā Saya terdiam dan tidak bisa menjawab, kemudian Beliau melanjutkan, āDzikir itu tidak enak, ubudiyah itu tidak menyenangkan, puasa lebih lagi tidak menyenangkan, yg di cari oleh mereka yg melakukannya adalah Kasih Sayang-NYA!ā
Kasih Sayang Allah Ta’ala lah yg diharapkan oleh para pencari dan para pecinta, hanya Allah Ta’ala semata yg mereka harapkan, tidak lebih dari itu. Istiqamah mereka dalam dzikir dan ibadah adalah semata-mata mengharapkan kasih sayang Allah, menimbulkan rasa rindu dan cinta dalam hati dan itu tidak akan bisa dibeli dengan apapun.
Di awal tulisan ini saya mengutip ucapan Guru Sufi tentang istiqamah, bahwa amalanĀ² dalam terekat itu mudah di dapat, sudah banyak ditulis baik dalam kitab tasawuf klasik maupun karyaĀ² modern, mengupas dengan tuntas amalanĀ² yg di lakukan mulai dari awal sampai akhir. Namun, apakah semua amalan itu bisa berbekas di hati, bisa ādudukā dalam diri si pengamal, ini yg menjadi persoalan.
Orang yg membaca semua kajiĀ² dzikir tarekat, mulai dari amalan suluk sampai dengan maqamĀ² yg harus dilewati oleh seorang murid, kemudian merasa sudah sampai kepada kaji dan amalan tersebut ibarat orang yg belum pernah mengandung tapi sudah merasa memiliki anak. Memberikan nama anak apa susahnya, tapi melewati proses anak itu hadir, mulai dari awal kandungan sampai proses melahirkan sangat sulit diceritakan dengan kataĀ².
Guru mengatakan, āMenghapal amalan suluk tapi belum sampai amalan itu dalam dirinya ibarat anak diberi nama dulu baru lahir dan lebih lucu lagi anak tersebut sudah diberi gelar sebelum anak tersebut lahir.”
Seorang anak belum ada, belum lahir bahkan belum berada dalam kandungan, kemudian diberi nama serta lengkap dengan gelar sarjana atau gelar professor, persis seperti itulah yg dilakukan oleh para pembaca ilmu tarekat atau belajar ilmu tasawuf dari buku tanpa berguru. Hasilnya anak imajiner, gelar imajiner dan semua imajiner, hanya ada dalam alam pikirannya.
Ilmu Tarekat atau Ilmu Tasawuf tidak bisa didapat hanya dengan membaca saja, inti dari tarekat adalah menjalankan metode yg telah dikenalkan oleh Rasulullah Saw. dan telah terbukti bisa membuat umat di zaman itu bermakrifat, metode ini kemudian di ulang lagi seperti yg dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan tentu hasilnya akan sama dengan syarat di bawah bimbingan Guru yg sudah mendapat izin dari Rasulullah Saw. lewat Guru sebelumnya secara muttashil/bersambung, sehingga dia bisa membimbing para murid sebagaimana Rasulullah Saw. membimbing umat di zaman Beliau hidup.
Kunci dari ilmu tarekat bukan pada hasil, bukan pada kehebatan dan kekeramatan, itu hanya efek samping dari pengamalan ilmu tarekat, kunci utama adalah ISTIQAMAH, amalan yg dilakukan secara berkesinambungan, dzikir pagi dan petang, mengingat Allah Ta’ala 24 jam tanpa putus, tentu setelah mendapatkan metode dan rahasianya, kalau belum mendapatkan rahasianya bagaimana mungkin bisa mengingat Allah Ta’ala 24 jam, kapan tidur, kapan pula makan dan bekerja. Maka Rasulullah Saw. mengatakan bahwa pekerjaan paling sulit (mustahil) adalah mengingat Allah (bagi yg belum mengetahui Rahasia) dan pekerjaan paling mudah adalah mengingat Allah (bagi yg sudah mengetahui Rahasianya).
Tidak mungkin ibadah bisa naik kepada level CINTA/MAHABBAH jika tanpa mengenal dan tidak mungkin bisa mengenal tanpa bimbingan dari orang yg sudah sangat mengenal (‘Arif Billah). Pada mulanya orang mulai menempuh jalan kepada Allah (Thariqatullah) terkadang dengan TERPAKSA, kebanyakan jika berhenti di tahap ini tidak akan mendapatkan apaĀ², kebanyakan menjadi jauh dari tarekat.
Ada juga orang memulai jalan ini pada tahap KEWAJIBAN, dia sangat mengerti bahwa tidak akan mungkin ibadah bisa sempurna jika hatinya tidak dibersihkan dengan dzikir dan tentu dzikir yg menggunakan metodenya. Maka dia sangat rajin berdzikir serta melaksanakan tawajjuh.
Kemudian tahap berikutnya akan masuk kepada KEBUTUHAN, dia sudah merasakan efek luar biasa dari dzikir yg diamalkan, memperbaiki hidup, terhindar dari bala bencana dan penyakit, maka dia semakin rajin berdzikir. Seorang yg mencapai tahap KEBUTUHAN itu sudah merasakan lezatnya dzikir.
Tahap paling tinggi adalah CINTA. Tidak ada harapan apaĀ² dari dzikir yg dilakukan selain karena dia rindu kepada Allah Ta’ala. Melaksanakan dzikir dalam waktu lama adalah saat paling indah karena saat itulah dia sangat akrab dan dekat dengan yg dicintainya yaitu Allah Ta’ala.
Orang yg sudah mencapai tahap CINTA tidak akan pernah lagi melihat salah benar, baik buruk, semua pandangannya adalah cinta. Tahap ini tentu saja dicapai setelah seseorang mencapai makrifat, yaitu mengenal Allah dengan sebenar-benarnya kenal.
Orang yg sudah sampai ke tahap CINTA, Tawajjuh bukan lagi untuk memenuhi kewajiban atau sebagai kebutuhan jiwanya tapi itu bagian dari cintanya. Ada sebuah nasehat dari Guru, āJika tidak ada seorang pun datang ke surau, malam wirid duduk lah kau di dekat kubah, seolah-olah Guru mu sedang memimpin tawajjuh, tetap kau bertawajjuh karena hakikat berguru itu bukan ramaiĀ² tapi sendiriĀ².”
Ibadah yg sudah mencapai tahap CINTA itu sangat bergairah, bahagia, senang, karena bukan kita yg menggerakkan raga ini untuk beribadah tapi sudah digerakkan oleh getaran cinta-Nya dari dalam. Untuk mencapai tahap ini tentu harus melewati tahap mujahadah (bersungguh-sungguh), istiqamah (berkesinambungan) sampai Dia berkenan memberikan cinta-Nya kepada kita, inilah yg diharapkan oleh para pencari, seperti doa yg terus menerus di ulang setiap saat.
Ų§ŁŁŁ Ų§ŁŲŖ Ł ŁŲµŁŲÆŁ ŁŲ±Ų¶Ų§Ł Ł Ų·ŁŁŲØŁ
Ya Allah hanya Engkaulah yg aku maksud, dan Ridha-Mu yg aku harapkan.
Semoga bermanfaat