Memelihara Sadar dan Tenang

“Wahai jiwa yg tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yg puas lagi di-ridhai-Nya! Kemudian masuklah ke dalam (jama’ah) hambaĀ²Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku!” (QS. Al-Fajr [89]: 27-30)

Berbeda dengan tenangnya perasaan, ada satu keadaan batin yg bisa dilakukan setiap saat, yaitu sadar, aware, eling, atau sebutan lainnya. Sebab sumber dari batin yg sadar bukan perasaan, tapi kesadaran. Kesadaran bukan energi, jadi dia tidak bolak-balik, dia diam dalam keadaan positif tak berhingga, dalam keadaan bahagia tak berhingga.

Sedikit catatan, saya lebih senang menyebut kesadaran ini dengan jiwa atau soul, tentu jiwa di sini, jiwa yg memenuhi ciri sebagai kesadaran, bukan seperti orang sakit jiwa, itu sih sakit mental atau komponen syarafnya terganggu. Di sisi bahasan kesadaran, jiwanya tidak terganggu, hanya syarafnya saja yg terganggu. Seperti lampu di rumah kita mati, jangan sebut PLN sedang memadamkan aliran listrik, tapi lampu di rumah kita memang rusak.

Kembali ke selalu sadar. Kita bisa selalu sadar, setiap saat, apa pun kondisi kita. Kejadian apa pun yg terjadi pada kita, bisa kita sadari, kita sedang takut, marah, depresi, galau berat, senang, bahagia, gembira, dimabuk cinta, tenang, semua bisa kita sadari. Sadar bisa dilakukan setiap saat.

Bahkan ketika mimpi dan tidur pun kita bisa sadar. Kalau pun ternyata kita tidak bisa, bukan karena hal itu tidak bisa dilakukan, tapi karena kita tidak mampu melakukannya. Ketika mimpi kita bisa sadar, sadar kalau kita sedang mimpi, jadi kita bisa ngatur mimpi kita, misalnya, ketika mimpi kita sadar, “wuah, saya sedang mimpi nih”, karena kita tahu kita sedang mimpi, kita bisa atur mimpi kita, sekehendak kita, dari mulai ingin terbang sampai ingin jalanĀ² ke mana pun. Tentu saja, mimpi kita, kadang bisa disadari kadang tidak, saya membahas ini pun bukan berarti saya pandai, hanya kita perlu pahami bahwa, dalam keadaan apapun kita bisa sadar, kalau mampu.

Kalau perasaan tenang, tidak ada seorang pun yg bisa selalu tenang, setiap saat tanpa ada naik turun, tidak ada. Walau pun itu orang tercerahkan sempurna sekalipun, tetep ada sedikit lupa, sedikit marah, sedikit sedih. Walau sedikitĀ², tapi tetap ada.

Kalau sadar, bisa selalu sadar, kalau tidak bisa, bukan karena kesadaran tidak bisa disadari dalam keadaan tertentu, bukan sebab kesadarannya, tapi sebab batin kitanya yg belum mampu menyadari kesadaran di keadaan tertentu.

Selalu tenang itu tidak mungkin, tenang perasaan itu kondisi perasaan, sedangkan perasaan itu energi, timbulnya energi itu akibat dari getaran atau vibrasi. Yg namanya getaran pasti bolak-balik, kalau diam di suatu kondisi ya bukan bergetar namanya, tapi diam. Karena perasaan tenang adalah energi maka pasti kadang tenang kadang tidak. Bolak-balik.

Yg bisa dilakukan hanyalan memperpendek ayunan gelombang dan memperlambat getaran. Tetap masih ada bolak-balik rasa, tapi tidak terlalu tajam, tidak terlalu ekstrim. Tetap marah, tapi kecil, sehingga mudah hilang, tetap takut, tapi kecil, sehingga mudah kembali tenang. Jadi, sifat dominannya tetap tenang.

Ini seperti samudera, sifat alaminya tenang, tapi kalau ada angin ya tetap beriak, makin besar anginnya, makin besar juga gelombangnya, tapi begitu anginnya reda ya reda juga gelombangnya, tidak terus berlanjut, apalagi sampai mengendap bertahun-tahun.

Kebanyakan dari batin kita, malah seperti hutan gambut, tahu lahan gambut ya? Hutan gambut itu, walau pun dipermukaan kebakarannya sudah berhenti, di kedalaman, apinya masih membara.

Kita kebanyakan begitu, peristiwanya sudah lewat, tapi batin kita masih membara, masih menyisakan tumpukan emosi negatif yg entah kapan hilangnya. Terus membara. Kadang diwariskan sampai ke anak cucu, hehehe.

Mengapa lahan gambut sulit padam? karena api masih liar didalam. Kenapa api masih liar? Sebab terdapat banyak sisa tumbuhan kering yg mengendap dan jadi bahan bakar. Jadi makanan untuk api.

Mengapa emosi kita sulit padam? Karena pikiran kita masih liar. Kenapa pikiran kita liar? Karena makanan pikiran berupa persetujuan, terus kita berikan.

Harusnya kita dendam, kita bilang iya benar, harusnya kita sakit hati dalam waktu lama kalau begini, kita bilang iya betul, harusnya kita khawatir terus nih, kita bilang iya betul, ya jadilah kita berkubang dalam penderitaan.

Makanya banyak yg mengatakan, kita tidak akan pernah sakit hati, sebelum kita sendiri yg mengizinkan diri kita untuk sakit hati.

Ketika ada orang mengusik perasaan kita, sebaiknya kita sadar, nanti dulu, jangan dulu sakit hati, santai dulu, nanti kalau kita sudah tenang, baru kita pertimbangkan, apakah kita layak untuk sakit hati. Kalau sudah tenang malah kita dapat hikmah, bukan dapat sakit hati.

Oleh karena itu kita dianjurkan supaya menjaga pikiran agar jangan terlalu banyak bergerak, dengan cara, di antaranya menyadari nafas, dzikir, mindfullness, menyadari setiap aktivitas, melibatkan kesadaran dalam tiap aktivitas batin maupun fisik dan lainĀ². Tujuannya supaya pikiran kita diam, kalau pikiran diam kita akan tenang, kalau kita tenang maka pintu keheningan akan terbuka, kalau pintu keheningan terbuka, kita akan mudah mengenali “ruang kesadaran” yg penuh suka cita tanpa ada derita.

Kita bisa selalu sadar apapun kondisi kita, asal kita belajar terus karena 70% praktek 30% ilmu.

Mulai Perjalanan

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Bacaan Lainnya

Rekomendasi

Di sejumlah pesantren salafiyah, buku ini (Tanwir al-Qulub) biasanya dipelajari bersamaan dengan kitab-kitab fikih. Yang sedikit membedakan, kitab ini ditulis oleh seorang pelaku tarekat sekaligus mursyid dari tarekat Naqsyabandiyah.

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

“Tingkatan Alam Menurut Para Sufi” ŁŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŁ‡ŁŪ„ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁŽŲ®Ł’ŲŖŁ ŁŁŁŠŁ‡Ł Ł…ŁŁ†Ł’ Ų±Ł‘ŁŁˆŲ­ŁŁ‰ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ¹ŁŁˆŲ§ Ł„ŁŽŁ‡ŁŪ„ Ų³Ł°Ų¬ŁŲÆŁŁŠŁ†ŁŽ “Maka…

Islam, Iman dan Ihsan

Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų¹ŁŁ…ŁŽŲ±ŁŽ Ų±ŁŽŲ¶ŁŁŠŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ†Ł’Ł‡Ł Ų£ŁŽŁŠŁ’Ų¶Ų§Ł‹ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ : ŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲ­Ł’Ł†Ł Ų¬ŁŁ„ŁŁˆŁ’Ų³ŁŒ Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲµŁŽŁ„ŁŽŁ‘Ł‰…
All articles loaded
No more articles to load

Mengenal Yang Mulia Ayahanda Guru

Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.

Silsilah Kemursyidan

Dokumentasi

Download Capita Selecta

Isra' Mi'raj (Rajab)

26 Jan - 05 Feb

Ramadhan

30 Mar - 09 Apr

Hari Guru & Idul Adha

20 Jun - 30 Jun

Muharam

27 Jul - 06 Ags

Maulid Nabi

28 Sep - 08 Okt

Rutin

30 Nov - 10 Des

14. OrangĀ² Khashah (Istimewa)

Surat Syaikh Ibnu Atha’illah Untuk Sahabatnya – 14: “OrangĀ² Khashah (Istimewa)” ŁˆŲµŲ§Ų­ŲØ Ų­Ł‚ŁŠŁ‚Ų© ŲŗŲ§ŲØ Ų¹Ł†…
All articles loaded
No more articles to load

14. OrangĀ² Khashah (Istimewa)

Surat Syaikh Ibnu Atha’illah Untuk Sahabatnya – 14: “OrangĀ² Khashah (Istimewa)” ŁˆŲµŲ§Ų­ŲØ Ų­Ł‚ŁŠŁ‚Ų© ŲŗŲ§ŲØ Ų¹Ł†…
All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load

Kontak Person

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Abangda Teguh

Kediri, Jawa Timur

Abangda Tomas

Pangkalan BunĀ 

Abangda Vici

Kediri, Jawa Timur

WhatsApp
Facebook
Telegram
Twitter
Email
Print