Yg ini agak ringan, jadi saya menulisnya cukup santai. Begini, mungkin sebagian dari kita menganggap, kalau sudah bisa sadar terus, perasaan kita akan tenang terus? Hehehe.
Kita tadi sudah bahas, bahwa kita di dunia sedang bermain peran, ada cerita yg harus kita mainkan. Cerita itu termasuk, cerita tegang, cerita marah, cerita kesal, cerita perasaan yg kacau balau, dan lainĀ². Sehebat apapun praktek kesadaran kita, tetap saja ada tegangnya, ada marahnya, memang tidak besar, tapi tetap ada. Makanya di cerita para orang sholeh, cerita para Nabi misalnya, tetap saja, ada cerita kalah, ada cerita marah, ada cerita menghadapi masalah dan lainĀ². Tetap punya cerita.
Sebab begini, misalnya kita jadi pemain sandiwara, kita disuruh marah, marah yg hebat. Bisa saja ada beberapa orang yg sangat profesional, walau pun terlihat marah sekali, hatinya tetap damai, tidak terbawa peran yg sedang diperagakan. Begitu selesai adegan, langsung bisa senyumĀ², sambil berkata, bagus kan marah gue? Bagus kan? Hehehe. Apa pun yg terjadi pada diri kita, kita bisa tetap damai, asal kita bisa tetap dalam kesadaran.
Kita akan mengalami, marah tapi damai, kita mengalami tertekan tapi damai, kita sakit tapi damai, apapun yang terjadi pada diri kita, kita tetap damai.
Jangan menganggap kalau sudah panjang latihan sadar, kita akan bebas stres, tidak. Fungsi latihan sadar, salah satunya adalah agar kita makin bisa mengambil jarak yg cukup antara kita yg menyadari dan mengamati, serta perasaan kita yg terus berganti. Karena kita bukanlah perasaan kita. Kita adalah yg mengamati perasaan kita.
Ada hubungan yg sangat kuat antara pikiran dan ketenangan, salah satu prinsip utamanya adalah pikiran tenang maka perasaan kita tenang, pikiran liar perasaan kita pun liar. Salah satu cara menenangkan pikiran adalah jeda.
Salah satu jeda ini adalah mendiamkan pikiran. Lebih bagus lagi sambil disadari, maksud disadari bukan direnungkan, tapi menghadirkan bagian tubuh kita yg bernama kesadaran untuk hadir dalam jeda kita.
Jeda itu diam sejenak. Apa yg diam? Yg diam adalah pikiran. Maka dari itu, salah satu kemampuan dasar dalam pelajaran ketenangan adalah bisa mengamati kegiatan pikiran. Kita sebaiknya mengetahui, apakah kita sedang berpikir atau tidak. Kalau kita tidak bisa membedakan mana berpikir mana tidak berpikir, agak sulit kita mendiamkan pikiran.
Salah satu ciri kita sedang berpikir adalah melamun, atau terbawa lamunan, atau kalau sedang ada masalah, pikiran kita sibuk memikirkan masalah. Apakah kita tidak boleh berpikir? Ya boleh berpikir, tapi berpikir sambil sadar, bahwa kita sedang berpikir. Menulis ini kan juga perlu pikiran, tapi saya sadar, bahwa saya sedang berpikir. Saya mengamati, pikiran saya yg sedang berpikir.
Kembali ke jeda. Ketika kita jeda, kita niatkan untuk mengistirahatkan pikiran. Walaupun pikiran istirahat, kita tetap membutuhkan fokus. Kalau fokus hilang, tidurlah kita.
Fokus. Pekerjaan kesadaran itu salah satunya mengamati atau menyadari. Sebenarnya bukan pekerjaan juga, memang sifat alaminya mengamati. Seperti halnya matahari, menyinari itu bukan pekerjaan, memang sifat alaminya menyinari. Nah, karena sifat alaminya mengamati, maka harus ada yg diamati, karena pikiran diam, maka kita alihkan fokus kita ke tubuh atau kesadaran. Karena kalau fokus di perasaan kita bisa hanyut, maka alternatifnya kita fokus di tubuh atau di kesadaran. Karena fokus di kesadaran itu tidak mudah, maka yg paling mudah kita fokus di tubuh, maka banyak yg fokus di nafas, di tubuh.
Kita fokus di tubuh, yg bagus memang, kita mengamati nafas, karena kalau kita bisa mengamati nafas dengan nyaman, maka kita akan sulit berpikir, coba saja berpikir sambil bernafas. Kalau sulit mengamati nafas, kita amati bagian tubuh yg lain. Kita bisa mengabsen anggota tubuh, dari kepala sampai telapak kaki. Ketika kita menyebut anggota tubuh satu persatu, maka fokus kita akan ada di anggota tubuh tersebut, ketika fokus kita di tubuh, maka pikiran berhenti, ketika pikiran berhenti maka akan mulai hadir ketenangan.
Kalau mau cepat pindah fokus, boleh pakai gerakan, boleh loncatĀ² seperti Pak Tung Desem Waringin, atau bernyanyi atau menari sambil disadari, seperti tarian sufi.
Kalau mau tenang, istirahatkan pikiran, kegiatan menghentikan pikiran ini disebut jeda. Tapi, tidak langsung tenang, seperti air yg keruh, walau pun airnya sudah diam, airnya tidak langsung bening, perlu waktu. Dan jangan mencari tenang, mencari tenang itu menggunakan pikiran, artinya ketika kita mencari ketenangan, kita sedang menggerakan pikiran. Hentikan pikiran. Sisanya, nikmati saja keheningannya.