Seorang murid hendaknya mengambil dan memasrahkan dirinya hanya pada satu Guru Mursyid. Karena satu Mursyid-nya itulah yang betanggung jawab atas murid itu sendiri dan mengarahkan pada jalan yang tepat. (Syekh Muhyiddin ibnu Arabi).
Siapakah Mursyid-mu? Kapan anda masuk tarekat pada seorang mursyid itulah mursyidmu. Istiqomah, bagi orang yang suka menyeberang sana dan sini bahkan berpindah Guru, kata Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi, tidak bisa dikatakan Salik yg sebenarnya, tapi hanya sebagai pencari “Berkah” kepada beberapa syekh.
Pentingnya seorang Mursyid bagi salik di Naqsyabandiyah , dijelaskan bahwa jika tarbiyyah seorang murid belum khatam/selesai oleh Mursyid-nya, lalu beliau berpisah oleh jarak atau berhalangan untuk bertemu kembali dengan mursyidnya, maka seorang itu dianjurkan untuk tetap me-rabith pada Mursyid-nya , dan mengikuti tawajuh kepada syekh Naqsyabandiyah yang ajarannya sama di tempat si murid dan tidak boleh ganti rabithah-nya terhadapa syekh yang awal. Hal ini berlaku juga ketika Mursyid-nya wafat sebelum kaji murid khatam hendaknya sang murid memasrahkan kelanjutan kajinya pada syekh mursyid penerus atau syekh lain (dengan syarat ajarannya sama, tak di tambah tak dikurang). Itulah pentingnya seorang Mursyid yang masih hidup dan Syekh Mursyid tempatnya berbaiat) . Wallahu a’lam.
Disarikan dari kitab “Dalil – Dalil Naqsyabandiyah Al-Aliyyah Akhalidiyyah, Syekh M Najmuddin Al-Kurdy”.
