Allah Ta’ala berfirman di dalam Alqur’an agung:
- Bermegah-megahan telah membuatmu lalai.
Yang dimaksud adalah: memperbanyak harta benda dan anak-anak, atau bermegah-megahan dengan banyak harta benda dan anak-anak serta keturunan telah membuat kalian sibuk hingga lalai akan hari perhitungan dan pembalasan.
- Sampai kamu masuk dalam kubur.
Kelalaian itu terus berlangsung sampai saat kalian memasuki kubur, berpisah dari karib kerabat dan kekasih, lalu tergadai di antara lapisan-lapisan tanah sampai hari perhitungan amal tergolek tak berdaya.
- Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu).
Berhentilah dan menghindarlah, jangan sampai engkau bermegah-megahan dan memperbanyak harta benda. Sungguh, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu setelah usai dari dunia, bila engkau telah masuk ke dalam kubur dan janji Allah Tuhan semesta alam telah datang kepadamu.
- Jangan begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Kelak engkau akan mengetahui, yakni saat kiamat datang dengan segala kedahsyatannya, ketika langit terbelah dan menumpahkan semua isinya, saat bumi memuntahkan semua kandungannya, ketika ibu-ibu yang sedang menyusui lupa akan bayi-bayinya, saat anak-anak seketika beruban karena kengeriannya, ketika matahari amat dekat di atas kepala dengan panas yang berlipat-lipat.
- Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.
Janganlah begitu, kalimat ini diulang lagi untuk menguatkan dan menegaskan peringatan. Wahai sekalian manusia, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin tentang apa yang akan engkau dapat dari Allah atau yang akan engkau tanggung dari-Nya ketika hati telah sampai di tenggorokan dan buku catatan amal telah dibentangkan tanpa menghapus amal yang kecil maupun yang besar, tentu engkau akan sibuk hingga tidak sempat lagi bermegah-megahan. Apa yang akan terjadi padamu nanti bila timbangan telah ditegakkan, lembar-lembar catatan amal telah dibentangkan, orang-orang yang teraniaya menuntut balas kepada si penganiaya, para malaikat turun, Jibril berdiri memimpin mereka, para malaikat berbaris bershaf-shaf tanpa berkata-kata selain mereka yang telah diberi izin oleh Allah Yang Maha Pengasih. Segenap manusia berada dalam penantian yang amat lama.
- Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim.
Allah Ta’ala bersumpah, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim saat kalian berada di rumah-rumah kubur. Sebab bagi setiap anak Adam yang telah berada di dalam kubur akan diperlihatkan tempatnya di neraka. Apabila ia orang yang beruntung, neraka itu akan ditampakkan sesaat kepadanya, lalu ia digembirakan dengan lenyapnya neraka itu dari pandangannya. Sedangkan bila dia orang yang celaka, neraka itu akan terus tampak setelah diperlihatkan kepadanya.
- Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul-yaqin (pandangan mata yang nyata)
Yakni ketika neraka Jahim didatangkan oleh para malaikat yang bengis dan kejam, yang kemarahannya hampir-hampir membuat para penghuni neraka porak-poranda; ketika jembatan telah dibentangkan di atas neraka, engkau mendengar suara gemuruhnya, engkau lihat jelas kengeriannya, lalu engkau lihat para penghuninya, kau dengar jeritan mereka di dasar neraka, dari lapisan-lapisannya, juga mereka yang terikat di belenggu-belenggunya. Lalu kau dengar saat neraka itu ditanya, “Apakah engkau telah penuh?”, neraka balik bertanya, “Apakah masih ada tambahan?”
- kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). Yakni, tentang semua yang engkau nikmati di dunia.
Wahai orang-orang yang menyedihkan, renungkanlah pelajaran yang berharga itu, sungguh di dalamnya ada peringatan dan nasihat yang hebat. Bila ungkapan ayat itu mengetuk-ngetuk telinga yang orang yang benar keislamannya, niscaya ia akan membuatnya mencicipi rasa ngeri dan segera bersiap-siap menyongsong tempat keabadian. Tetapi karena mata hati telah menjadi buta, sedikit sekali yang terkesan oleh peringatan itu.
Maka, wahai orang yang telah didahului mereka dan tertinggal di dalam syahwat; wahai orang yang menghabiskan kesempatannya dengan menunda-nunda dan menganggur; wahai orang yang hatinya menjadi keras karena maksiat dan matanya membeku tak lagi bisa mengambil pelajaran; wahai orang yang rambutnya telah memutih tetapi dia masih terus-menerus berbuat durhaka, berapa banyak lagi maksiat yang akan kalian lakukan untuk melawan Dia Yang Mahatahu rahasia tersembunyi? Bermegah-megahan telah membuat kalian lalai, sampai kalian masuk ke dalam kubur.
Sungguh aneh, setiap kali Tuhanmu menghamparkan kenikmatan untukmu, engkau menerimanya dengan kemaksiatan. Padahal betapa sering Dia menyeru dirimu, “Wahai hamba-Ku, kau tinggalkan duduk bersama-Ku lalu kau duduk bersama setan. Sudah berapa banyak aku berbelas kasih kepadamu dengan berbagai nikmat, Aku sungguh pemurah dengan anugerah-Ku. Wahai hamba-Ku, Aku senang menghubungimu, tetapi engkau suka menjauh dan meninggalkan Aku. Apa upayamu jika roda kematian menimpamu, bila murka-Ku menimpa dirimu, bila sanak keluarga dan teman karib menjauh meninggalkanmu tergadai dengan amalmu sendiri di bawah tumpukan tanah. Wahai miskin, bagaimana keadaanmu bila lembar catatan amalmu telah dibentangkan, timbangan amalmu sangat ringan, angan-anganmu meleset dan rahasiamu terbongkar? Tidakkan engkau tahu siapa yang engkau maksiati dan kepada siapa engkau telah berbuat lancang? Engkau telah menjauhkan diri dari tobat, kau lalaikan perhitungan amal, kau sebarkan kejahatan, engkau abaikan perintah-Nya, kau perbuat berbagai dosa kau langgar larangan-larangan-Nya. Tidakkah engkau tahu bahwa Dia senantiasa melihatmu dan Dia Yang Mahaagung tidak akan melupakanmu? Siapa yang akan menyelamatkanmu jika engkau telah berada di hadapan-Nya dan Dia meminta pertanggung jawaban amal buruk dan kelancanganmu kepada-Nya? Apabila engkau mengakuinya, berarti engkau telah memberikan pengakuan. Dan kalaupun engkau mengingkarinya, pengingkaranmu itu tidak akan bermanfaat.
Celaka nian engkau, wahai miskin! Kelalaian macam apa yang kau idap?! Sungguh, setiap saat engkau sedang bergerak untuk menghadap kepada-Nya. Kebingungan macam apa yang kau derita, padahal umur duniamu sungguh pendek? Kemabukan apa yang kau alami, padahal kain kafan telah digelar untukmu, saat keberangkatan dan perpisahanmu telah tiba? Demi Allah, perjalanan yang kau jelang itu sungguh panjang, dan sergapan Tuhanmu sungguh dahsyat.
Wahai miskin, engkau telah menjual akhirat demi duniamu. Engkau larut menuruti syahwat hingga lupa taat kepada Tuanmu. Maksiatmu telah mencipta gulita, menghijab menelikungmu. Hawa nafsu telah menutup pintu-pintu di hadapanmu. Pagi dan senja silih berganti memperingatkanmu, tetapi engkau tak pula beranjak dari dosa, padahal kubur telah demikian dekat. Semakin panjang usiamu semakin bertambah pula dosamu. Dan setiap kali engkau hendak meninggalkan kesalahan, syahwat selalu datang menghalangimu, hingga cacat dirimu semakin bertumpuk. Sungguh merugi dirimu. Ratapilah dirimu, barangkali senandung kematian bisa bermanfaat untukmu.
Sungguh, lalai dan durhaka bukan prilaku hamba Allah. Tidakkah engkau takut kedahsyatan kiamat, yang karena demikian dahsyatnya bayi yang baru lahir langsung beruban? Apakah janji Allah tidak membuatmu bangkit melakukan ketaatan? Apakah ancaman-Nya tidak pula membuat engkau terperingatkan? Apakah engkau tidak tahu bahwa engkau akan dimintai pertanggungjawaban untuk setiap saat yang kau lalui di dunia ini? Tidakkah engkau tahu bahwa tiap langkah kaki dan ucapan lisanmu akan diperhitungkan? Apakah engkau tidak tahu bahwa wa kematian memburumu sebagaimana ia memburu yang lain? Sung. guh, kematian lekat padamu lebih dari urat lehermu sendiri? Tidakkah sang penghancur kesenangan membuatmu cemas? Tidakkah sang pemutus jamaah membuatmu takut? Tidakkah engkau sadar bahwa kita akan dijemput dan mendatangi sumur kematian satu persatu? Lalu sesaat kemudian kenyataan tersingkap dan tempat kembali kita tampak jelas?
Saudaraku, betapa banyak kematian telah merenggut jiwa. Betapa banyak kematian telah menistakan pipi mulia ke atas tanah. Betapa banyak kematian telah merenggut sang kekasih dari kekasihnya. Betapa banyak kematian membuat anak-anak jadi yatim, membuat mereka sibuk menangis dan meratap. Betapa banyak kematian telah membuat sepi rumah-rumah yang mulanya terang benderang. Betapa banyak burung-burung arwah telah terbang dari sangkarnya.
Mana orang yang telah membangun rumah kokoh dan gedung-gedung pencakar langit? Mana orang yang sombong dan melampaui batas, yang suka memperbudak sesama dan mengira diri tidak akan berpindah ke dalam kubur? Mana orang yang tidak mau mendengar peringatan maut dan senang menunda-nunda tobat? Mana orang yang suka membangga-banggakan keturunan? Mana orang yang suka bermegah-megahan dengan harta bendanya? Mana orang yang suka memerintah dan melarang? Mana orang yang suka menghakimi dan memaksa? Mana raja-raja yang kejam nan bengis? Mana penguasa yang suka memecah belah umat?
Sang pemusnah kesenangan telah mengejutkannya, lalu mengeluarkannya tanpa dia kehendaki, bahkan tanpa penangguhan sesaat pun. Maut telah memutusnya dari angan-angan dan menghalanginya dari kawan dan para pembantunya. Sanak keluarganya telah bubar. Kekasih, istri dan sahabatnya telah berpaling sekan-akan mereka belum pernah mengenalnya. Mata kasar mereka tak bisa melihatnya. Kemuliaannya berganti kehinaan, berumah di tempat menakutkan, gelap dan sempit, tanpa seorang pun mengasihinya, tidak pula seorang pun sudi duduk di dekatnya. Biji mata meleleh di pipi. Seluruh persendiannya terputus dan tubuh dimakan ulat. Darinya mengalir nanah dan darah busuk. Wajah cantik dan tampan berubah busuk dan menjijikkan, disambut binatang-binatang dalam tanah. Di dalamnya, dia dihujani panah petaka bertubi-tubi.
Sementara harta bendanya dibagi-bagi para pewaris. Rumahnya dihuni orang lain. Istrinya dinikahi musuh. Tinggallah dia sendiri, tergadai dengan amal perbuatannya, di bawah putusan Sang Hakim Yang Mahaadil, Yang Mahasuci nan Mahaagung. Dia dimintai perhitungan atas semuanya, yang sedikit maupun yang banyak, yang berharga maupun yang remeh.
Apakah dalam kondisi demikian para kekasih akan memberinya manfaat? Atau ratap tangis orang-orang yang ditinggalkannya akan memberi kecukupan? Tidak! Demi Allah, semua itu tidak akan memberinya manfaat, tidak akan membuatnya terlihat, tidak pula akan membuatnya kembali.
Sesungguhnya di dalam kematian itu ada peringatan bagi mereka yang sadar dan pelajaran bagi mereka yang berpikir.
Maka, wahai saudaraku, bersiaplah menyongsong ia yang pasti akan kau jumpai, bersiagalah untuk menyambut kematian dan segala bencananya. Sebentar lagi ajalmu akan tiba, dan engkau segera menempati tempat itu. Bangunlah dari tidur lelapmu. Sesungguhnya dunia itu laksana kembang tidur. Tempat yang fana ini sungguh tak layak untuk dijadikan tempat menetap.
Lepaskanlah dirimu dari kungkungan dosa, karena sesungguhnya engkau diburu untuk menjadi bahan bakar neraka. Ingatlah hari ketika hati terombang ambing, orang-orang kebingungan, lisan tertahan, pengetahuan lenyap, kain kafan dihamparkan, kemuliaan sirna dan perjalanan panjang hadir di hadapanmu. Sadarlah, sebelum Munkar dan Nakir datang, sebelum jeritan dan rintih sakit menjadi-jadi. Ingatlah saat tiada beda antara budak dan raja, ketika harus menyusul mereka yang telah mendahului dan dilupakan orang-orang yang ditinggalkan, lalu menetap di sana sebagai tawanan sampai saat dibangkitkan dan terbangun dengan perasaan penuh sesal. Di sana semua dosa akan digelar, hak si teraniaya diambil dari orang yang telah menzaliminya, musibah demikian dahsyat, tempat melangkah menjadi sempit. Lalu keanehan-keanehan bermunculan, wajah-wajah menghitam kelam, para pelaku maksiat kehilangan harapannya, kaki kaki terpeleset, dan hakimnya adalah Diraja Yang Mahatahu.
Apakah dalam kondisi itu engkau akan mendapat manfaat dari perilaku menggunjing, mengadu domba atau menyakiti saudara-saudaramu yang beriman dengan perilakumu yang buruk dan tidak terpuji? Apakah engkau akan mendapat manfaat dari minum arak, mengisap ganja dan opium? Atau dari kesaksian palsu, kebohongan dan pengkhianatan? Apakah engkau akan mendapat manfaat dari tindakan menghalalkan yang haram, menyia-nyiakan amanat, menghinakan Alqur’an, mengagungkan perbuatan buruk dan batil? Apakah engkau akan mendapat manfaat dari persahabatan dengan musuh-musuh Allah, atau membantu orang zalim berbuat aniaya terhadap korban? Apakah engkau akan mendapat manfaat dari perilaku saling membenci, mendengki, saling menjauhi, berbangga-bangga dengan keturunan atau nasab serta harta benda? Apakah engkau juga akan mendapat manfaat dengan perilaku meremehkan hal-hal fardhu dan meninggalkan sunnah syariat yang mulia? Apakah engkau akan mendapat manfaat dari perilaku-perilaku buruk lainnya yang berakibat kerusakan, kebinasaan dan kesengsaraan?
Faedah
Ketahuilah bahwa derita maut sungguh sangat menyakitkan, tidak ada yang mengetahuinya selain orang yang mengalaminya dan pernah mencicipinya. Derita maut lebih dahsyat daripada tebasan pedang, lebih nyeri daripada sayatan gergaji atau gunting. Derita karena tebasan pedang masih menyisakan kekuatan di dalam badan, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa berteriak, atau menjerit dan meminta pertolongan. Lain halnya dengan derita yang ditimpakan maut. Orang yang disergap kematian menjadi amat lemah, bahkan suaranya pun terputus karena nyeri dan derita maut yang dirasakannya
Derita maut meremukkan seluruh sel dan merontokkan semua anggota tubuh hingga tidak tersisa kekuatan sedikit pun untuk meminta tolong. Sementara akal tertutup waswas, lidah menjadi kelu dan pandangan mata juga buram. Dia berharap mendapat kekuatan untuk sekadar merintih dan menangis, tetapi dia tidak mampu. Kalaupun masih tersisa kekuatan pada dirinya, saat naza’ dan ruh tercerabut dari tubuh, hanya akan terdengar lenguh dan ghargharah dari tenggorokan dan dadanya. Warna kulit berubah, tubuh menggigil dan kelopak mata membelalak. Buah pelirnya terangkat ke atas, jari-jarinya memucat dan bagian demi bagian anggota badannya pun mati seluruhnya. Yang pertama kali mati adalah kedua telapak kaki, lalu diikuti kedua betis, terus ke paha. Bagian demi bagian anggota tubuhnya mengalami sekarat dan rasa sakit yang sangat pedih hingga ruh sampai di tenggorokan. Dan saat ruh sudah sampai di tenggorokan, dia tidak bisa lagi melihat dunia dan penghuninya, dan dia diliputi perasaan merugi dan penyesalan yang luar biasa.
Di dalam satu riwayat disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. menjenguk salah seorang sahabatnya yang sakit menjelang kematian. Lalu beliau bersabda, “Aku sungguh tahu apa yang dia rasakan. Tidak satu pun pembuluh darahnya yang luput merasakan kepedihan puncak yang dibawa maut.”
Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa saat Rasulullah saw. menjelang wafat, di samping beliau ada segelas air. Beliau memasukkan tangannya ke dalam air, lalu mengusapkannya ke wajah seraya berkata, āLa ilaha illallah, sesungguhnya pada kematian itu ada sakarat.” Perawi lain mengatakan bahwa saat itu beliau berucap, “Ya Allah, ringankanlah sakaratul-maut untukku.” Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau berdoa, “Ya Allah, bantulah aku untuk mengatasi sekaratul-maut.”
Fathimah binti Rasulullah berkata saat beliau menjelang wafat, “O betapa pedih deritamu, wahai Abah.” Kemudian Rasulullah saw. berucap, “Tak ada lagi kesusahan bagi ayahmu setelah hari ini.ā [Riwayat ini ditutur oleh al-Bukhari dan Muslim.]
Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan bahawa Rasulullah saw. berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mencabut ruh dari seluruh urat saraf, pembuluh darah dan ujung-ujung jemari. Maka bantulah aku untuk mengatasinya dan ringankanlah untukku.ā
Syaddad ibn Aus berkata, “Kematian merupakan derita paling pedih
di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Rasa sakitnya lebih dahsyat daripada digergaji, digunting, atau direbus di air mendidih dalam panci. Seandainya mayit dibangunkan dan memberitahukan betapa sakit derita kematian yang dialaminya kepada penduduk dunia, niscaya mereka tidak bisa menikmati hidup, tidak pula akan bisa menikmati tidur.”