Salah satu bagian dari kewajiban orang mukallaf adalah mengetahui para nabi yang diriwiyatkan secara rinci juga berkenaan dengan para nabi yang ditutur secara rinci, mengetahui para nabi yang tidak diriwiyatkan secara rinci. Secara umum kita mesti meyakini bahwa Allah Ta’ala mempunyai para rasul dan nabi. Tetapi kita tidak wajib mengetahui nama dan bilangan mereka secara keseluruhan, karena Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” [QS. al-Mu’min 40:78]
Ada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam kitab shahih-nya, dari Abu Dzarr al-Ghifari, yang mengisahkan bahwa Abu Dzarr pernah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, berapa banyak jumlah para nabi?” Rasulullah saw. menjawab, “Seratus dua puluh empat ribu.” Kemudian Abu Dzarr bertanya lagi, “Berapa banyak jumlah rasul?” dan Rasulullah saw. menjawab, “Tiga ratus tiga belas.”
Namun hadis ini tidak cukup untuk dijadikan dalil di sini. Karena kabar dari satu orang yang kesahihannya masih disangsikan dan hanya bisa sampai pada derajat zhann. Lagipula hadis ini diungkapkan bukan dalam masalah-masalah akidah, melainkan di dalam bab amaliah.
Para rasul yang wajib kita ketahui secara rinci ada dua puluh lima. Mereka itu adalah, Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Dzul-Kifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariyya, Yahya, ‘Isa dan baginda Rasulullah Muhammad saw.
Adapun para rasul yang termasuk ulul-‘azmi, yakni yang memiliki tingkat kesabaran yang lebih dalam menanggung cobaan berat dari para penentangnya, ada lima. Penyebutan mereka terangkum dalam bait syair salah seorang ‘arif berikut ini:
Muhammad, Ibrahim, Musa Kalimullah, ‘Isa dan Nuh adalah ulul- ‘azmi. Ketahuilah!
Tingkatan keutamaan dari kelima rasul tersebut secara gradual sesuai dengan urutan penyebutan namanya. Al-Muhaqqiq al-Amir berpendapat dalam komentarnya terhadap kitab al-Jauhar, setelah merinci nama-nama nabi yang wajib diimani, “Ihwal Nabi Ilyasa’, kebanyakan orang awam tidak mengetahui namanya, apalagi kerasulannya. Secara lahir, dia seperti nabi-nabi lainnya yang diriwiyatkan secara mutawatir. Tidak mengetahuinya tidak dihukumi kafir. Tetapi menjadi kafir jika seseorang menentang kenyataan Ilyasa’ sebagai rasul setelah dia diberitahu.” Ini adalah hasil penelitian yang berharga, camkanlah!