Harus diyakini bahwa huru-hara di alam mahsyar itu benar adanya. Berbagai kesengsaraan dan musibah akan dialami orang-orang di alam mahsyar. Di antaranya, perhentian yang sangat lama, banjir keringat yang hampir menenggelamkan (setinggi telinga) dan meresap ke bumi hingga sedalam tujuh puluh hasta; matahari merendah di atas kepala hingga tinggal berjarak satu mil; buku-buku catatan amal yang beterbangan lalu melilit di leher masing-masing; kesaksian lidah dan anggota badan seperti tangan, kaki, telinga, mata, kulit; kesaksian bumi, malam, siang dan malaikat pencatat amal; dan keberubahan warna serta rupa manusia.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras.” [QS. al-Hajj 22:1-2]
Allah Ta’ala berfirman, “Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.” [QS. al-Muzzammil 73:17]
Allah Ta’ala berfirman, “…pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.” [QS. Ali ‘Imran 3:106]
Namun para nabi dan para wali serta orang-orang shalih tidak mengalami berbagai kesengsaran itu. Allah Ta’ala berfirman di dalan Alqur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” [QS. Fushshilat 41:30]
Allah Ta’ala juga berfirman, “Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada Hari Kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.” [QS. al-Anbiya’ 21:103]
Ketakutan yang dialami para nabi dan para malaikat saat itu hanya berupa rasa dahsyat menghadapi wibawa dan keagungan Allah, bukan karena siksa. Sungguh, mereka aman dari siksa Allah ‘Azza wa Jalla.
Secara umum, huru-hara dan kesengsaraan yang dialami saat itu beragam sesuai keadaan masing-masing. Ya Allah, ringankanlah untuk kami kedahsyatan hari itu, dengan anugerah dan kemurahan-Mu.
CATATAN
Rasulullah saw. bersabda, “Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah Ta’ala pada hari di mana tiada naungan selain naungan Allah. Yaitu: imam yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah; lelaki yang hatinya selalu terpaut ke masjid apabila keluar dari masjid sampai ia kembali lagi ke masjid, dua insan yang saling mencinta karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah; seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kesunyian hingga menangis; lelaki yang diundang oleh seorang wanita cantik jelita untuk menemuinya (berzina), namun lelaki itu berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam’; dan seseorang yang bersedekah seraya menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya.