Surat Syaikh Ibnu Atha’illah Untuk Sahabatnya – 13:
وأن الناس في ذلك على ثلاثت أقسام؟ غافل منهمك في غفلته قويت دائرة حسه وانطمست حضرة قدسه فنظر الإحسان من المخلوقين ولم يشهده من رب العا لمين إما اعتقادا فشركه جلي وإما استنادا فشركه خفي.
Dalam menyikapi nikmat Tuhan, manusia terbagi tiga. Pertama, orang yg sangat lalai terhadap Tuhan. Jiwa materialistis yg ada pada orang ini sangat kuat tertanam sehingga ruhaninya (kesucian jiwanya) padam. Oleh karena itu, ia memandang bantuan (kebaikan) yg diberikan makhluk sebagai bantuan yg semata-mata dari makhluk. Ia sama sekali tidak melihatnya dari Allah, Tuhan alam semesta. Jika ia meyakini bahwa yg memberi bantuan itu semata-mata adalah makhluk, ini adalah syirik yg nyata. Akan tetapi, jika ia meyakini bahwa makhluk itu hanyalah sebagai sebab —andaikan tidak ada sebab itu, tidak akan terjadi karunia— sikap ini pun tetap dianggap sebagai syirik, namun syirik yg samar.
Dalam menyikapi nikmat yg datang melalui perantara makhluk, manusia terbagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah orang yg lalai dan jauh dari Allah Ta’ala. Jiwa materialistisnya sangat kuat. Pandangannya terhadap kebendaan menyertai kelalaiannya kepada Tuhannya sehingga kesucian mata hatinya —yg mensucikan Allah Ta’ala dari segala hal yg tak layak disandang-Nya— padam. Orang seperti ini melihat kebaikan itu semata-mata datang dari makhluk, bukan dari Tuhan semesta alam. Jika sikapnya ini menjadi semacam keyakinan baginya, misalnya dengan meyakini bahwa yg mempengaruhi atau memberi hanya hamba, kemusyrikannya jelas. Kemusyrikan itu dapat mengeluarkannya dari area keimanan ke ranah kekafiran.
Akan tetapi, jika ia menganggap bahwa makhluk tersebut hanya sebagai sebab dan tetap meyakini bahwa pemberi sebenarnya adalah Allah Ta’ala, tetapi ia menisbatkan pemberian itu kepada makhluk dan menganggap makhluk itu sebagai sebab yg menentukan, syiriknya tersamar.
Orang seperti itu, jika ditanya, “Siapa yg memberimu? Ia akan menjawab, ‘Allah, tetapi tanpa si fulan yg datang sebelum ini maka tidak akan ada pemberian ini karena tanpa sebab takkan ada yg disebabkan.’”
Syiriknya tersamar karena ia dianggap menyertakan pihak lain selain Allah Ta’ala, yaitu makhluk. Orang² seperti ini masih tetap dianggap mukmin, namun di khawatirkan akan terjadi kekafiran padanya, na’udzu billaah. Wallaahu a’lam