Surat Syaikh Ibnu Atha’illah Untuk Sahabatnya – 10:
وقا رب أدخلني مدخل صدق وأخرجني مخرج صدق ليكون نظري إلى حولك وقوتك إذا أدخلتنى واستسلامي وانقيادي إليك إذا أخرجتني.
Katakanlah, “Tuhanku, masukkanlah aku melalui pintu kebenaran dan keluarkanlah aku melalui pintu kebenaran pula supaya pandanganku tetap bulat pada kekuasaan dan kekuatan-Mu ketika Kau memasukkanku, demikian pula kepasrahan dan ketundukanku selalu kepada-Mu ketika Kau mengeluarkanku.”
Pintu masuk dan keluar dalam kalimat di atas di ungkapkan Syaikh Ibnu Atha‘illah dengan dua perjalanan yg disebut dalam hikmah sebelumnya. “Masuk” adalah perjalanan naik, bermakna menemui Allah Ta’ala dalam kondisi kefanaan diri dan jauh dari melihat diri sendiri. Adapun “keluar” bermakna perjalanan turun karena ia adalah keluarnya seseorang menuju makhluk untuk memberi hidayah dan dakwah pada saat ia merasa bersama Tuhannya.
“Pintu masuk kebenaran” bermakna, ia harus menyaksikan daya dan upaya Allah Ta’ala dalam perjalanan naiknya. Dengan begitu, ia tidak akan menisbatkan amal kepada dirinya sendiri. Adapun “pintu keluar kebenaran” adalah, ia harus tunduk dan berserah kepada Tuhannya dalam perjalanan turunnya sehingga ridha dengan ketetapan Allah Ta’ala untuknya dan tidak mengeluh atas keputusan itu.
Oleh sebab itu, Syaikh Ibnu Atha‘illah berkata, “Supaya pandanganku tetap bulat pada kekuasaan dan kekuatan-Mu ketika Kau memasukkanku, demikian pula kepasrahan dan ketundukanku selalu kepada-Mu ketika Kau mengeluarkanku.”
Dengan kata lain, supaya pandanganku terhadap diriku sirna dan keinginanku untuk tetap mengikuti hawa nafsu hilang. Di pintu masuk, yg kulihat hanya daya dan upaya-Mu sehingga penglihatanku kepada diriku hilang. Di pintu keluar, aku berserah pada-Mu sehingga keuntungan diri dan hawa nafsuku hilang. Wallaahu a’lam