Tarekat ini dinisbatkan kepada Syaikh Syihab al-Din Abu Hafsh Umar bin Abdillah bin Muhammad al-Taimi al-Sufi al-Syafi’i al-Suhrawardi, atau pamannya yaitu Syaikh Dhiyauddin Abu Najib bin Muhammad al-Taimi al-Suhrawardi (wafat tahun 1167). Keduanya orang yang berjasa dalam penyebaran Tarekat Suhrawardi.
Yang paling terkenal adalah Syaikh Syihab al-Din Abu Hafsh Umar, pengarang Awârif al-Ma’ârif. Beliau lahir pada bulan Rajab tahun 539-632 H. / 1145-1238 M. di desa Suhrawardi Baghdad Irak. Beliau dikenal dengan sebutan Imam Suhrawardi. Beliau hidup di kalangan keluarga ulama.
Di wilayah Baghdad banyak sekali ulama yang mempunyai keilmuan yang tinggi dalam berbagai macam disiplin ilmu sehingga kota ini yang menjadi salah satu pusat kajian berbagai macam keilmuaan baik ilmu fikih, ushul fikih, Alquran, hadis, sastra, adab, ilmu kalam, tasawuf, dan lain-lain. Banyak kalangan pelajar dari berbagai penjuru negara datang ke kota ini untuk menuntut ilmu. Begitu juga dengan Syaikh Syihab al-Din Suhrawardi mengikuti pamannya dan menetap di Baghdad.
Syaikh Syihab al-Din Abu Hafsh Umar bin Muhammad al-Suhrawardi mempelajari fikih mazhab Syafi’I, setelah mepelajari ilmu syariat beliau meneruskan belajar hadis ke sejumlah Ulama’ di antaranya Syaikh Ibnu Dabisyi, Syaikh Ibnu Nuqthoh, Syaikh Dhiyauddin Najib al-Suhrawardi (w.1167) , Syaikh Zaki al-Barzali. Dari Syaikh Nazar bin Yusuf al-Najjar disamping belajar ilmu syariat, juga mempelajari ilmu hakikat. Beliau di kenal sebagai ulama yang ahli fiqih.
Imam Suhrawardi mengambil pelajaran dari Syaikh Abi Qosim bin Fadhlan. Juga sempat belajar kepada Syaikh Abdu al-Qodir bin Abi Shalih al-Jilani dalam bidang ilmu tasawuf, ilmu nasihat. Beliau juga sepat ke Bashrah untuk belajar ilmu tasawuf, ilmu nasihat kepada Syaikh Abi Muhammad bin Abdillah dan banyak ulama yang beliau ambil keilmuaanya, sehingga beliau dikenal juga sebagai ulama yang memiliki kemampuan untuk menasihati manusia, ulama ahli adab.
Syaikh Syihab al-Din Suhrawardi lebih banyak mengambil pelajaran tasawuf (tarekat) dan ilmu nasihat dari pamannya sendiri yaitu Syaikh Dhiyauddin Abu Najib bin Muhammad al-Taimi al-Suhrawardi sampai diberi khirqah (baju sufi) khusus oleh pamannya sebagai tanda untuk meneruskan ajaran tarekat tersebut.
Setelah mempelajari ilmu, mengamalkan, mendalami, dan memantapkan keilmuannya dengan sikap wira’i, zuhud, riyadlah, mujahadah, dan khalwat, maka tampillah Syaikh Syihab al-din Abu Hafsh Umar bin Muhammad al-Suhrawardi sebagai ulama’ yang sangat berpengaruh hingga tidak ada ulama yang mampu menandingi pengaruhnya pada zamannya. Yang mengikuti pengajiannya banyak dari kalangan ulama, umara, dan masyarakat umum (Awârif al-Ma’ârif, halaman: 7-10).
Dengan pengaruh Syaikh Syihab al-Din Abu Hafsh Umar bin Muhammad al-Suhrawardi, khalifah al-Nasir mendekati Syaikh Suhrawardi untuk mau menjadi utusan kerajaan yang bertugas untuk menjalin kerjasama dengan sultan dan pemimpin wilayah Islam. Tujuan Khalifah al-Nasir adalah untuk membendung serangan tentara Mongol dengan cara membangkitkan semangat kepemudaan yang pernah diperankan oleh Sayyidina Ali Krw. Gagah berani melaksanakan perjuangan, tulus ikhlas, lebih mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan diri sendiri dan tidak sombong. Akhirnya Syaikh Suhrawardi menyetujuinya tawaran tersebut.
Dalam melaksanakan tugas kenegaraan tersebut, Syaikh Syihab al-Din Suhrawardi mengunjungi desa, kota dan negara, bertemu dengan pimpinan negara, ulama, dan masyarakat umum. Pertemuan itu juga digunakannnya untuk memperkenalkan ajaran Tarekat Suhrawardi. Dalam waktu yang tidak telalu lama ajaran tarekat ini menyebar dengan luas (Thabâqat al-Auliyâ’, halaman: 201).
Sanad Tarekat Suhrawardiyah
Sumber: Alif.ID