Dalam pelaksanaan zikir, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah melakukan beberapa tata acara amaliyah yang sudah ditetapkan, seperti baiat. Prosesi pembaiatan dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah biasanya dilaksanakan setelah calon murid mengetahui terlebih dahulu hal ihwal tarekat tersebut, terutama menyangkut kewajiban-kewajiban, termasuk tata cara berbaiat. Setelah merasa mantap dan mampu, murid pun datang menghadap mursyid untuk dibaiat.
Menurut KH. Ramli Tamim dalam kitabnya Tsamrah al-Fikriyah halaman 1-3, bahwa proses pembaiatan mursyid kepada muridnya dilakukan sebagai berikut:
- Dalam keadaan suci, murid duduk menghadap mursyid dengan posisi duduk tawarruk (kebalikan duduk tawarruk dalam shalat). Dengan penuh kekhusyukan, taubat, dan menyerah diri sepenuhnya kepada mursyid untuk dibimbing.
- Selanjutnya murid bersama-sama dengan mursyid membaca kalimat berikut ini;
- بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اللهم افْتَحْ لِيْ بِفُتُوْحِ الْعَارِفِيْنَ 7×
- بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى الْحَبِيْبِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْهَادِيْ إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ
- بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. أَسْتَغْفِرُ اللهِ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 3×
- اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ 3×
- Kemudian syaikh (mursyid) membaca;
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ 3×
- Dan kemudian murid (salik) menirukan ucapan syaikh (mursyid);
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ 3×
- Selanjutnya diakhiri dengan bacaan;
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَىْهِ وَ سَلَّمَ
- Kemudian keduanya (mursyid dan murid) membaca Salawat Munjiyat seperti di bawah ini;
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَ الْآفَاتِ وَ تَقْضِى لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ وَ تُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَ تَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَ تُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاةِ وَ بَعْدَ الْمَمَاتِ 1×
- Kemudian membaca ayat;
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللهَ يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً، (الفتح: 10) 1×
- Setelah itu menghadiahkan al-Fatihah kepada Rasulullâh saw, para masyayikh ahli silsilah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah khususnya kepada syaikh Abdul Qâdir al-Jailani dan syaikh Abu Qâsim al-Junaidi a1-Baghdadi, 1 x
- Kemudian syaikh (mursyid) berdoa untuk muridnya
- Selanjutnya syaikh (mursyid) memberikan tawajjuh kepada murid (salik) sebanyak 1000 x atau lebih.
Tawajjuh ini dilaksanakan dengan cara memejamkan kedua mata rapat-rapat, mulut juga ditutup rapat-rapat, dengan menyentuhkan lidah ke langit-langit mulut. Dengan menyebut nama Allah (Allah.Allah.Allah) dalam hati 1000 kali, dengan dikonsentrasikan (terfokus) ke arah sanubari. Demikian juga murid melaksanakan hal yang serupa.
Itulah prosesi pembaiatan yang merupakan pembelajaran (talqin) dua macam zikir sekaligus yaitu Nafi Itsbat (Qadiriyah) dan Zikir Latha’if (Naqsyabandiyah). Baru pembaiatan selanjutnya hanya untuk zikir latha’if saja, sampai tujuh kali. Dan pembaiatan untuk mengamalkan murâqabah.
Dari segi prosesinya, pembaiatan yang ada dalam tarekat ini jelas berbeda dengan prosesi yang ada dalam tarekat induknya. Di dalam Tarekat Qadiriyah, pembaiatan hanya untuk zikir nafi itsbat dengan didahului salat sunnah dua rakaat. Prosesi ijab qabul pun eksplisit, serta pemberian wasiat dan pesan-pesan yang berlaku kesufian oleh mursyid kepada murid (salik) yang menandai berakhirnya pembaiatan.
Demikian juga ritual tersebut berbeda dengan yang ada dalam tradisi Tarekat Naqsyabandiyah.
Selain adanya perbedaan dalam proses pembaiatan antara ketiga tradisi tersebut, tentu terdapat banyak persamaan, yaitu:
- Murid harus duduk menghadap mursyid dalam keadaan suci
- Hadiah al-Fatihah dan istighfâr sebelum pentalqinan zikir
- Mendengarkan dan menirukan talqin zikir bagi murid, dalam keadaan mata terpejam
- Adanya kesetiaan murid terhadap semua aturan dan kebijaksanaan mursyid
- Doa mursyid untuk murid
Tata Cara Bertarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyyah
Seorang yang akan memasuki dan mengambil Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah ini maka dia harus melaksanakan kaifiah atau tata cara sebagai berikut:
- Datang kepada guru mursyid untuk memohon izin memasuki tarekatnya dan menjadi murid Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya
- Mandi taubat yang dilanjutkan dengan salat taubat dan salat hajat
- Membaca istighfâr 100 kali
- Shalat istikharah, yang bisa dilakukan sekali atau lebih sesuai dengan petunjuk sang mursyid
- Tidur miring ke arah kanan dengan menghadap kiblat sambil membaca salawat Nabi sampai tidur.
Setelah hal tersebut di atas sudah dilakukan, selanjutnya adalah: pelaksanaan talqin zikir dan baiat dengan cara kurang lebihnya seperti tersebut di atas. Melakukan puasa (puasa sambil menghindari makanan yang bernyawa atau yang berasal dari yang bernyawa) selama 41 hari. Baru setelah itu, dia akan tercatat sebagai murid tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah.
Adapun setelah menjadi murid tarekat ini, dia berkewajiban untuk mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:
- Diawali dengan membaca:
إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَ رِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَعْطِنِيْ مَحَبَّتَكَ وَ مَعْرِفَتَكَ وَ لَا حَوْلَ وَ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ 3×
- menghadiahkan al-Fatihah kepada Ahli Silsilah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah.
- Membaca Surat al-Ikhlâs 3 kali, a1-Falaq 1 kali dan al-Nâs 1 kali.
- Membaca Shalawat Ummi 3 kali.
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ
- Membaca istighfâr 3 kali.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
- Menghadirkan rupa wajah (rabitah) kepada guru mursyid sambil membaca:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ حَيٌّ بَاقٍ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ حَيٌّ مَوْجُوْدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ حَيٌّ مَعْبُوْدٌ
- Membaca zikir nafi itsbat 65
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
Setelah itu dilanjutkan dengan;
- Membaca;
إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَ رِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَعْطِنِيْ مَحَبَّتَكَ وَ مَعْرِفَتَكَ وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ 3×
- Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati, kemudian kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi direkatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil mengingat alam kubur dan kiamat dengan segala kerepotannya.
- Kemudian dengan hatinya mewiridkan zikir ismudz dzat sebanyak 1000
Keterangan:
- Semua wirid tersebut dilakukan setiap kali setelah salat maktubah
- Untuk zikir ismudz dzat, kalau sudah bisa istiqamah setelah salat maktubah maka ditingkatkan dengan ditambahi setelah qiyamul lail (salat malam) dan setelah salat dhuha.
- Untuk zikir ismudz dzat boleh dilakukan sekali dengan cara dirapel 5000 kali (bagi yang masih ba’da maktubah) atau 7000 kali (bagi yang sudah ditingkatkan).
- Sikap duduk waktu melaksanakan wirid tersebut tidak ada keharusan tertentu. Jadi bisa dengan cara duduk tawarruk, iftirasy atau bersila.
- Bacaan-bacaan, aurad dan pelaksanaan amalan zikir lainnya yang ada dalam Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah ini secara lebih detail dan terperinci, dapat diketahui apabila seseorang telah masuk dan menjadi anggotanya dan meningkat ajarannya.
Sumber: Alif.ID