Samaniyah adalah nama tarekat yang pendiriannya dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin’ Abdul Karim al-Sammani al-Madani. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 1132 H dari keluarga Quraisy. Di kalangan murid-muridnya, ia lebih dikenal dengan sebutan al-Sammani.
Syaikh al-Sammani belajar hukum Islam kepada seorang ulama fikih yang terkenal yaitu Syaikh Muhammad ad-Daqqaq, Sayid Ali al-Aththar, Ali al-Kurdi, Abdul Wahab al-Thanthawi dan Sa’id Hilal al-Makki. Kemudian belajar ilmu Hadis kepada Muhammad Hayyat. Selain itu, juga berguru disiplin ilmu-ilmu keislâman lainnya kepada Muhammad Sulaiman al-Kurdi, Abu Thahir al-Kurani, dan Abdullah al-Bashri.
Adapun sanad tarekatnya adalah sebagai berikut; Ia berguru kepada Syaikh Mahmud al-Kurdi dari Hifni dari Sayyid Musthafa al-Bakri dari Sayyid Abdul Latif al-Khalwati dari Sayyid Musthafa Afandi al-Thabrani dari Ali Afandi dari Qirabasya dari Sayyid Ismail al-Jannidari Sayyid Umar al-Fua’di dari Sayyid Muhyiddin al-Qasthamuni dari Sayyid Sya’ban Afandi al-Qasthamuni dari Sayyid Khairuddin an-Naqqadi.
Sayyid Khairuddin an-Naqqadi dari Sayyid Jamal al-Khalwati dari Sayyid Baha’uddin al-Syarwani dari Sayyid Yahya al-Bakubi dari Sayyid Shadruddin al-Jayyani dari Sayyid Izzuddin. Sayyid Izzuddin dari Sayyid Muhammad Abram al-Khalwati dari Sayyid Umar al-Khalwati dari Sayyid Muhammad al-Khalwati dari Sayyid Ibrahim al-Kailani dari Sayyid Jamaluddin al-Tibrizi dari Sayyid Syihabuddin Muhammad al-Syirazi.
Sayyid Syihabuddin Muhammad al-Syirazi dari Sayyid Ruknuddin Muhammad an-Najasyi dari Sayyid Quthbuddin al-Abhari dari Sayyid Abu Najib as-Suhrawardi dari Sayyid Umar al-Bakri dari Sayyid Wajihuddin al-Qadhi dari Sayyid Muhammad al-Bakri dari Sayyid Junaid al-Baghdadi dari Sayyid sari Siqthi dari Sayyid Hasan Basri dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Krw. dari Rasulullah SAW.
Syaikh as-Sammani sangat produkif mengarang kitab di antaranya adalah: Ighatsah al-Lahafan wa Mu’anasah al-Walahan, al-Insan al-Kamil, Tuhfah al-Salik fi Kaifiyah Suluk lil-Malik, Tuhfah al-Qaum fi Muhimmat al-Ru’ya wal-Naum, Jaliyah al-KArab wa Munilah al-Arab, al-Futûhât al-Ilahiyyah fi al-Tawajjuhat al-Ruhiyah lil-Hadarah al-Muhammadiyah dan lainnya.
Syaikh as-Sammani terkenal sebagai seorang tokoh tarekat yang menjalani kehidupan zuhud dan kesalehan. Sejak masih kanak-kanak menunjukkan hal-hal yang aneh dalam perilakunya. Suatu ketika orang tuanya menghidangkan makanan untuknya, beberapa saat kemudian orang tuanya membuka tutup saji makanan. Ternyata makanannya masih utuh.
Kejadian tersebut berulang beberapa kali sehingga membuat orang tuanya cemas. Akhirnya orang tuanya melaporkan kejadian tersebut kepada guru yang mendidik anaknya. Sang guru berkata: “Jangan khawatir, anakmu akan menjadi seorang wali”.
Keanehan lainnya, jika tidur di bantal yang empuk ia selalu berkeluh kesah seperti orang sakit. Ketika orang tuanya tidur pulas, ia bangun di tengah malam, mengambil air wudu lalu shalat sampai menjelang waktu subuh.
Syaikh as-Sammani wafat pada tahun 1189 H. pada usia 57 tahun kemudian dimakamkan di Baqi’, Madinah.
Syaikh as-Sammani menggabungkan 5 tarekat menjadi tarekat Samaniyah, yaitu; tarekat Qadiriyah (yang dinisbatkan kepada Syaikh Abd al-Qodir al-Jilani lahir 470 H, Wafat 560 H), tarekat Naqsyabandiyah (yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad Baha’uddin Naqsyabandi, lahir 717 H, wafat 761 H), tarekat Khalwatiyah (yang dinisbatkan kepada Syaikh Musthofa al-Bakri, lahir 1099 H, wafat 1162 H), tarekat Anfas, tarekat al-Asmaiyah.
Rukun Tarekat Samaniyah
- Lapar, dengan makna menyedikitkan makan, hal ini memiliki faedah yang sangat besar, salah satunya adalah mempermudah hati untuk berkilauan cahaya dan melakukan kebaikan
- Berdiam diri dengan lisan dan hati
Dalam arti: sedikit bicara dengan lisan, mempersedikit hati untuk memikirkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dengan ini salik akan menjaga dirinya dari barang haram dan dari barang mubah yang bisa mendatangkan kendala-kendala bagi salik
- Berjaga pada waktu malam
Dalam arti; menyedikitkan tidur. Dengan hal ini, hati salik terjaga dari lupa yang digambarkan sebagai tidur. Dengan mata yang terjaga pada malam hari salik dapat menggunakan waktu tersebut untuk mujahadat al-Nafsi sehingga salik menaiki tangga-tangga musyahadah
- Uzlah (menyendiri)
Salik memutuskan hubungan dengan manusia untuk menuju kepada Allah SWT., dengan uzlah semua cita-cita salik dapat tercapai, salik dapat naik ke derajat orang–orang dekat.
Pokok-pokok ajaran tarekat Samaniyah adalah taubat, memerangi nafsu, susah karena Allah Swt, do’a, takut kepada Allah Swt, berharap kepada Allah Swt, menjaga diri dari yang dilarang, taqwa, zuhud, sabar, syukur, qana’ah, dan tawakkal.
Setengah dari karamah sayyid syaikh Muhammad Samman r.a. yang menggabungkan antara syari’at dan tarekat sehingga menjadi wali quthub pada negeri Madinah. Pada masa itu beliau menjadi juru pintu makam Rasulullah saw.
Syaikh Muhammad Samman memiliki kasih sayang kepada orang yang menuntut ilmu, fakir miskin, suka berkhidmat kepada orang yang ‘âlim, salik tarekat dan haqiqah, para `auliyâ’ Allah Swt. Perilaku itu mulai dari masa kecilnya sampai beliau menjadi Mursyid. Beliau mencintai orang yang dicintai Allah Swt. dan membenci orang yang dimurkai Allah Swt.
Beliau selalu melazimkan musyahadah dan muraqabah pada tiap-tiap waktu, taat beribadah, meniggalkan adatnya yang jahat, selalu melawan hawa nafsunya meskipun terhadap barang halal, tidak tidur pada malam hari kecuali hanya sedikit, jika tidur di atas bantal maka beliau mengeluh seperti orang sakit, apabila masuk waktu sahur maka beliau bangun lalu ia beribadah hingga waktu subuh lalu shalat subuh kemudian mambaca ratib hingga terbit matahari lalu shalat sunnah isyraq sampai seperempat hari, lalu melaksanakan shalat sunnah dhuha.
Beliau selalu melaksanakan puasa sunnah sejak belum baligh dengan tujuan melakukan riyâdhah al-nafsi. Pada saat beliau masih remaja selalu dihidangkan makanan oleh orang tuanya, makanan itu tidak disentuh karena beliau selalu puasa sunnah, kejadian ini dilaporkan kepada orang tuanya kepada guru beliau, maka gurunya menjawab jangan engkau khawatir terhadap anakmu itu, jangan ragu-ragu, sebenarnya anakmu itu adalah waliyullah.
Pada saat orang tuanya memberi pakaian kepada syaikh Muhammad Samman r.a.ketika belum baligh dengan kain putih yang halus disulami dengan benang emas, maka dicarinya benang emas itu lalu dibuangnya, katanya wahai ayah yang demikian itu dilarang oleh hukum syara’ dan tidak ridha Allah Swt.; ini adalah sikap zuhud syaikh Muhammad Samman r.a.
Beliau selalu zikir kepada Allah Swt. siang dan malam, senang ‘uzlah yakni jauh dari manusia dan masuk khalwat, selalu berziarah kubur ke Baqiq dan pada waktu petang ziarah ke makam istri Nabi Muhammad saw. dan para sahabat-sahabat, lalu ia zikir kepada Allah Swt, membaca al-Qu’ran pada tempat itu. Hal ini adalah kebiasaan beliau sebelum masuk dan melaksanakan jalan tarekat.
Dalam khalwat datang syaikh Abdul Qâdir Jilani (secara Yaqdhah) dengan membawa baju jubah putih lalu syaikh Muhammad Samman r.a. memakai pakaian tersebut, dan menanggalkan pakaian yang lain. Ini sebagai isyarat فِيْ أَرْضِ الْخُمُوْلِ yakni menutupi ilmunya dengan menzhahirkan kebodohannya. Akhirnya datang perintah dari Rasulullah saw, memerintahkan untuk menzhahirkan ilmunya di dalam kota Madinah seperti kehadiran matahari ketika naik di ufuk.
Setelah itu datanglah beberapa orang dari manca negara ke kota Madinah karena mendengar kabar tentang syaikh Muhammad Samman dan mengambil tarekat dari syaikh Muhammad Sammman r.a.
Mereka yang datang kepada syaikh Muhammad Samman dengan membawa emas, perak dan berbagai macam hadiah yang mahal, semua hadiah dan pemberian itu dibagikan kepada fakir miskin tanpa sisa.
Sumber: Alif.ID