Lafal atau kalimat yang digunakan dalam zikir itu beragam. Dalam tarekat Naqsyabandiyah lafal yang digunakan adalah lafal الله. Sedangkan dalam tarekat Syadziliyah adalah kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. Masing-masing tarekat juga terkadang berbeda dalam kalimat atau lafal yang digunakan untuk berzikir yang kesemuanya didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis. Namun, pada dasarnya seluruh perbedaan lafal zikir tersebut adalah sama, yaitu sama-sama untuk mengagungkan Allah Swt.
Ketahuilah, awal bentuk zikir menurut tarekat Naqsyabandiyah adalah lafal Allah dengan memperhatikan maknanya. Dan menurut tarekat Syadziliyah adalah kalimat Laa Ilaaha Illallaah. Menurut tarekat lainnya (kalimat zikir itu) dari keduanya (lafal Allah dan Lâ Ilâha IllAllah), istighfâr dan shalawat dengan menghadirkan hati secara sempurna, serta bertata krama.
Firman Allah Ta’ala: “Aku bersama orang yang berzikir kepada-Ku, dan Aku bersama hamba-Ku ketika dia menyebut-Ku, dan ketika kedua bibirnya bergerak (karena berzikir kepada-Ku), (Jâmi’ al-Ushûl fi al-Auliyâ’, halaman: 23).
Zikir “Allah, Allah”, Zikir Ismudz Dzat
Zikir itu beragam bacaan dan jumlahnya. Di antara zikir-zikir tersebut adalah zikir ismudz dzaat, yaitu zikir dengan menyebut nama “Allah”. Hal ini didasarkan pada ayat pertama Surat al-Ikhlas; قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ .
Ketahuilah, bahwa nama yang luhur, agung dan hebat disebut dengan Ismudz Dzât yaitu lafadz Allah. Nama yang mulia ini diletakkan untuk dzat ketuhanan dengan berdasarkan dzat itu yang memiliki sifat-sifat dan nama-nama ketuhanan, keagungan, keindahan dan kesempurnaan.
Menurut sebagian ahli ma’rifat, nama itu adalah nama yang diletakkan hanya untuk dzat itu sendiri, bukan berdasarkan pada persifatan dengan sesuatu, karena firman Allah: “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”, (Jâmi’ al-Ushûl fi al-Auliyâ’, halaman: 170).
Cara Zikir Ismudz Dzat
Cara zikir Ismudz Dzât adalah seorang Salik yang berzikir menyebut nama Allah Swt dengan lisan hatinya. Karena dalam hati terdapat lisan, pendengaran dan penglihatan (Majmu’ al-Rasail al-Imam al-Ghazali, halaman: 179).
Nabi Muhammad Saw menegaskan dalam hadisnya bahwa majlis zikir menjadi sebuah penangkal akan datangnya hari kiamat. Mereka diibaratkan seperti caga’e dunyo (tiang dunia) yang meredakan murka Allah Swt ketika melihat kezaliman, perusakan bumi, dan kedurhakaan manusia di sekeliling mereka.
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالَ فِي اْلأَرْضِ: الله، الله. (فيض القدير، ج 6، ص 541)
Rasulullah Saw bersabda: “Tak akan terjadi hari kiamat, hingga tidak diucapkan lagi di muka bumi ini lafal Allah, Allah”, (Faidh al-Qadîr, juz 6, halaman: 541).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يَبْقَى عَلَى وَجْهِ اْلأَرْضِ مَنْ يَقُوْلُ الله الله». رواه مسلم (تنوير القلوب، ص 511)
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sampai tidak lagi di muka bumi ini orang yang mengucapkan Allah, Allah”. Hadis riwayat Muslim (Tanwîr al-Qulub, halaman: 511).
Khotam Khowajikan Tarekat Naqsyabandiyah
Kata khawajikan خَوَاجِكَان adalah bahasa Persia yang merupakan bentuk jamak dari kata khawajih خَوَاجِه yang berarti guru atau syaikh. Khatam khawajikan disebut dengan khatam karena para guru silsilah tarekat Naqsyabandiyah ketika berkumpul dengan para muridnya, mereka mengakhiri perkumpulan tersebut dengan zikir ini.
Imam Abdul Khâliq al-Ghujdawani dan para Imam silsilah sesudahnya hingga Syaikh Naqsyabandi bersepakat bahwa: jika seorang salik membaca zikir khatam ini, maka kebutuhannya akan terpenuhi, keinginannya akan tercapai, dirinya akan terjauhkan dari musibah, derajatnya akan diangkat.
Juga akan ditampakkan baginya berbagai keagungan Allah Swt setelah membaca zikir ini. Salik berdo’a kepada Allah Swt agar tujuan dan kebutuhannya dipenuhi, maka do’anya akan dikabulkan. Sebagaimana hal ini telah terbukti berkali-kali.
Khatam khawajikan adalah salah satu rukun utama setelah zikir ismudz dzât dan zikir nafi itsbat. Wirid ini adalah wirid yang agung yang khusus pada tarekat Naqsyabandiyah. Hal ini disebabkan karena ruh para syaikh silsilah tarekat Naqsyabandiyah dengan berkah wirid ini, akan menolong orang-orang yang meminta pertolongan (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 520).
Syarat-syarat Khataman Khawajikan
Syarat-syarat dalam khataman khawajikan adalah sebagai berikut:
- Suci dari hadats dan najis;
- Tempat yang sepi;
- Khusyu’ dan menghadirkan hati untuk menyembah Allah Swt seakan-akan anda melihat-Nya. Namun, jika anda tak bisa melihatnya, maka Allah Swt melihat anda;
- Orang-orang yang hadir di majlis zikir khawajikan tersebut adalah orang-orang yang telah diberi izin dari guru/mursyid;
- Menutup atau mengunci pintu;
- Memejamkan kedua mata mulai awal sampai akhir zikir;
- Bersungguh-sungguh dalam menolak segala hal yang dapat memalingkan hatinya untuk khusyu’ menghadap Allah Swt;
- Duduk kebalikan dari duduk tawarruk (duduk di antara dua sujud) (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 520-521).
Rukun Khataman Khawajikan
Adapun rukun khataman khawajikan adalah sebagai berikut:
- Membaca istighfâr 25 kali, atau 15 kali. Dan dianjurkan sebelum membaca istighfâr, Salik berdo’a dengan do’a berikut:
اللَّهُمَّ يَا مُفَتِحَّ اْلأَبْوَابِ وَيَا مُسَبِّبَ اْلأَسْبَابِ وَيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ وَاْلأَبْصَارِ وَيَا دَلِيْلَ الْمُتَحَيِّرِيْنَ وَيَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ أَغِثْنِيْ، تَوَكَّلْتُ عَلَيْكَ يَا رَبِّيْ وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ يَا فَتَّاحُ يَا وّهَّابُ يَا بَاسِطُ وَصَلّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
- Rabitah mursyid (caranya sama dengan zikir ismudz dzaat)
- Membaca al-Fatihah 7 kali
- Membaca shalawat 100 kali
- Membaca Surat Alam NasyRAh 79 kali
- Membaca Surat al-Ikhlâs 1001 kali
- Membaca al-Fatihah 7 kali
- Membaca shalawat 100 kali
- Membaca do’a khataman
- Membaca beberapa ayat Al-Qur’an (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 521-522).
Do’a setelah khataman khawajikan adalah sebagai berikut: (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 522-523).
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ بِنُوْرِ جَمَالِهِ أَضَاءَ قُلُوْبَ الْعَارِفِيْنَ وَبِهَيْبَةِ جَلاَلِهِ أَحْرَقَ فُؤَادَ الْعَاشِقِيْنَ وَبِلَطَائِفِ عِنَايَتِهِ عَمَّرَ سِرَّ الْوَاصِلِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اللَّهُمَّ بَلِّغْ وَأَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ وَنَوِّرْ مَا تَلَوْنَاهُ بَعْدَ الْقَبُوْلِ مِنَّا بِالْفَضْلِ وَاْلإِحْسَانِ إِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا وَطَبِيْبِ قُلُوْبِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَإِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ صَلَوَاتَ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، وَإِلَى جَمِيْعِ أَرْوَاحِ مَشَايِخِ سَلاَسِلِ الطُّرُقِ الْعَلِيَّةِ، خُصُوْصًا النَّقْشَبَنْدِيَّةِ وَالْقَادِرِيَّةِ وَالْكُبْرَوِيَّةِ وَالسَّهْرُوَرْدِيَّةِ وَالْجِشْتِيَّةِ قَدَّسَ اللهُ أَسْرَارَهُمْ الْعَلِيَّةَ خُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ الْقَطْبِ الْكَبِيْرِ وَالْعِلْمِ الشَّهِيْرِ ذِي الْفَيْضِ النُّوْرَانِيِّ وَاضِعِ هَذَا الْخَتْمِ مَوْلاَنَا عَبْدِ الْخَالِقِ الْغُجْدَوَانِى، وَإِلَى رُوْحِ إِمَامِ الطَّرِيْقَةِ وَغَوْثِ الْخَلِيْقَةِ ذِي الْفَيْضِ الْجَارِيِّ وَالنُوْرِ السّارِيِّ السَّيِّدِ الشَّرِيْفِ مُحَمَّدٍ الْمَعْرُوْفِ بِشَاهْ نَقْشَبَنْدِ الْحُسَيْنِى الْحَسَنِى اْلأُوَيْسِ الْبُخَارِي قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَالِى، وَإِلَى رُوْحِ قُطْبِ اْلأَوْلِيَاءِ
وَبُرْهَانِ اْلأَصْفِيَاءِ جَامِعِ نَوْعَيِ الْكَمَالِ الصُّوَرِيِّ وَالْمَعْنَوِيِّ الشَّيْخِ عَبْدِ اللهِ الدَّهْلَوِيِّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَالِي، وَإِلَى رُوْحِ السَّارِيْ فِى اللهِ الرَّاكِعِ السَّاجِدِ ذِى الْجَنَاحَيْنِ فِي عِلْمَيِ الظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ ضِيَاءِ الدِّيْنِ مَوْلاَنَا الشَّيْخِ خَالِدٍ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَالِي، وَإِلَى رُوْحِ سِرَاجِ الْمِلَّةِ وَالدِّيْنِ الشَّيْخِ عُثْمَانَ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَالِي، وَإِلَى رُوْحِ الْقُطْبِ اْلأَرْشَدِ وَالْغَوْثِ اْلأَمْجَدِ شَيْخِنَا
وَأُسْتَاذِنَا الشَّيْخِ عُمَرَ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَالِي، وَإِلَى رُوْحِ دُرَّةِ تَاجِ الْعَارِفِيْنَ شَيْخِنَا وَمُرْشِدِنَا الشَّيْخِ مُحَمَّدٍ أَمِيْن قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ، وَإِلَى إِمَامِ الطَّائِفَتَيْنِ شَيْخِنَا وَمُرْشِدِنَا الشَّيْخِ سَلاَمَةِ الْعَزَامِى قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمَحْسُوْبِيْنَ عَلَيْهِمْ، وَمِنَ الْمَنْسُوْبِيْنَ إِلَيْهِمْ، وَوَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ الْخَوَاطِرِ النَّفْسِيَّةِ، وَاحْفَظْنَا مِنَ الشَّهَوَاتِ
الشَّيْطَانِيَّةِ، وَطَهِّرْنَا مِنَ الْقَاذُوْرَاتِ الْبَشَرِيَّةِ، وَصَفِّنَا بِصَفَاءِ الْمَحَبَّةِ الصِّدِّيْقِيَّةِ، وَأَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا إِتْبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُحْيِيَ قُلُوْبَنَا وَأَرْوَاحَنَا وَأَجْسَامَنَا بِنُوْرِ مَعْرِفَتِكَ وَوَصْلِكَ وَتَجَلِّيَاتِكَ دَائِمًا بَاقِيًا هَادِيًا يَا اللهُ، (تنوير القلوب، ص 522-523). (SI)
Sumber: Alif.ID