Dlm Risalatul Qusyairiyah:
7. Allah Dzat Yang Haqq
Para Syaikh dari thariqat ini mengatakan soal tauhid. Sesungguhnya Al-Haq adalah Maujud, Qadim, Esa, Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Kasih, Maha Menghendaki, Maha Mendengar, Maha Agung, Maha Luhur,Maha Bicara, Maha Melihat, Maha Besar, Maha Hidup, Maha Tinggi, Maha Abadi dan segalanya bergantung kepada-Nya.
Allah Maha Mengetahui dengan sifat Ilmu, Maha Kuasa dengan sifat Qudrat, Maha Menghendaki dengan sifat Iradat, Maha Mendengar dengan sifat Samaā, Maha Melihat dengan sifat Bashar, Maha Bicara dengan Kalam, dan Maha Hidup dengan Hayat, serta Maha Abadi dengan Baqaā.
Allah mempunyai Dua Hasta kekuasaan (Dua Yad) yg merupakan sifatĀ² yg dengannya menciptakan apa yg dikehendaki-Nya. Maha Suci Allah dari segala keharusan menentukan, dan hanya bagi-Nya wajah yg bagus.
SifatĀ² Dzat-Nya hanya khusus bagi Dzat-Nya, tidak bisa dikatakan bahwa sifat tersebut adalah Dia, dan bukan pula sifatĀ² tersebut sebagai bujukan bagi-Nya. Tetapi adalah sifat-Nya Yang Azali dan Abadi.
Allah adalah Tunggal Dzat-Nya. Yg tidak disamai oleh segala ciptaan, dan tidak diserupai oleh semua makhluk.
Allah bukan jasad, materi, benda dan bukan sifat baru, tidak tergambar oleh khayal, tak terjangkau akal, tidak berpenjuru dan bertempat. Tiada waktu dan zaman yg berlaku bagi-Nya. Dan tidak ada penambahan dan pengurangan bagi sifatĀ²Nya.
Allah tidak dikhususkan oleh bentuk, tidak dipotong oleh pangkal dan batas, tidak ditempati yg baru, tidak didorong ketika berbuat. Tiada warna dan tempat bagi-Nya, dan tidak ada pula pertolongan untuk menolong-Nya.
Dari kekuasaan-Nya tidak muncul yg terkira, dan dari hukum-Nya tidak diragukan oleh penyimpangan. Dari Ilmu-Nya tidak tersembunyi oleh yg diketahui-Nya. Dan Dia tidak dicaci atas pekerjaan-Nya, bagaimana dia mencipta dan apa yg dicipta. Tidak bisa dikatakan kepada-Nya: Di mana Dia, dan bagaimana Dia? Dan wujud pun tidak akan berupaya membuka-Nya, sehingga muncul kataĀ² Kapan ada? Keabadian-Nya tidak ada pangkalnya, sehingga dikatakan: āMelampaui kekinian dan zaman.ā Tetapi Allah tidak bisa dikatakan: āMengapa Dia berbuat terhadap sesuatu?ā Kenapa, tidak ada sebab langsung terhadap pekerjaan-Nya.ā
Allah juga tidak bisa dipertanyakan: Apakah Dia? Karena Allah bukanlah jenis yg ditandai oleh sejumlah tanda bentuknya. Dia melihat bukan dengan cara berhadapan. Dan Dia melihat kepada selain Diri-Nya, bukan dengan penyerupaan. Dia mencipta, tidak dengan langsung dan mencoba-coba.
Dia memiliki Asma’ul Husna dan SifatĀ² Luhur. Dia melakukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan memberi kehinaan kepada hamba-Nya lewat hukum-Nya. Dalam kerajaan-Nya tidak ada yg berjalan kecuali atas kehendak-Nya, dan tidak terjadi dalam kerajaan-Nya melainkan yg telah didahului Qadaā. Apa yg diketahui dari ciptaan-Nya, maka hal itu dikehendaki-Nya. Dan apa yg diketahui sebagai sesuatu yg tidak terjadi dari apa yg wenang. Dia berkehendak untuk tidak terjadi.
Allah adalah Pencipta rezeki hambaĀ²Nya, kebaikan dan keburukan rezeki itu. Allah pula yg menciptakan alam dari materi dan submateri. Allah yg mengutus utusan untuk para umat bukan sebagai kewajiban bagi-Nya. Allah sebagai Dzat Yang disembah manusia melalui lisan Para Nabi as, tidak seorang pun berpeluang untuk mencaci dan menentang-Nya. Dan Nabi kita Muhammad Saw. ditetapkan melalui mukjizat yg nyata dan ayatĀ² yg cemerlang, yg tidak memberi keuzuran, dan memberi penjelasan meyakinkan serta mengenalkan mana yg mungkar.
Khulafaur Rasyidin yg menjaga kemilaunya Islam setelah wafat Nabi Saw. selanjutnya dijaga oleh generasi yg memagari kebenaran dan penolongnya yg menjelaskan lewat hujjah agama melalui lisan para Auliya-Nya. Umat Nabi Saw. terjaga dari kesesatan ketika melakukan āIJMAā. Dan rekayasa kebatilan sirna melalui dalilĀ² yg ditegakkan. Semuanya dilakukan oleh para pejuang agama, karena firman Allah Ta’ala:
āAgar Dia memenangkannya di atas segala agamaĀ², meskipun orangĀ² musyrik benci.ā (QS. As-Shaff: 9)