Dlm Minahus Saniyyah,
2. Peringatan
(تنبيه)
ينبغى للعبد أن يفتش أعضاءه الظاهرة والباطنة صباحا ومساء هل حفظت حدود الله تعالى التى حدها لها أو تعدت؟ وهل قامت بما امرت به من غض البصر وحفظ اللسان والأذن والقلب وغير ذلك على وجه الإخلاص أو لم تقم؟
Bagi seorang hamba hendaknya senantiasa meneliti anggota dzohir dan bathinnya setiap pagi dan sore, apakah seluruh anggotanya telah menjaga peraturan² Allah Ta’ala atau apakah telah melanggarnya? Apakah telah menegakkan apa yg diperintahkan Allah Ta’ala yg berupa menundukkan pandangan, menjaga lisan, telinga, hati dan lainnya, atau tidak?
فإن رأى جارحة من جوارحه أطاعت شكر الله تعالى ولم ير نفسه لذلك، وإن رآها تلطخت بمعصية من المعاصى أخذ فى الندم والإستغفار، ثم يشكر الله تعالى إذا لم يقدر عليه أكثر من تلك المعصية، ولم يبتل جوارحه التى عصت بالأمراض والجراحات والدمامل والقروح، فإن كل عضو استحق نزول البلاء، فاعلم ذلك يا أخى والزم التوبة وابغض الدنيا تبعا لله تعالى فإن الله تعالى لم ينظر اليها منذ خلقها لشدة بغضه لها،
Lalu apabila seorang hamba mendapati salah satu dari beberapa anggotanya telah berbuat ta’at, maka bersyukurlah kepada Allah Ta’ala dan jangan pernah beranggapan bahwa dirinya termasuk orang yg ahli dalam menjalankan keta’atan. Namun apabila ia mendapati anggotanya berlumuran dosa, maka segeralah menyesalinya dan beristighfar, kemudian bersyukur kepada Allah Ta’ala karena Dia tidak mentakdirkan kepadanya kema’shiyatan yg lebih besar, dan tidak menyiksa anggota yg digunakan untuk berma’shiyat dengan beberapa penyakit, luka, bisul dan borok. Karena setiap anggota yg digunakan untuk ma’shiyat berhak mendapatkan siksa. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku, tetaplah bertaubat dan benci terhadap dunia karena mengikuti Allah Ta’ala, sebab Allah Ta’ala tidak pernah melihat pada dunia sejak Dia menciptakannya karena sangat benci terhadapnya.
وفى الحديث “حب المال والسرف ينبتان النفاق فى القلب كما ينبت الماء البقل”
Di sebutkan dalam sebuah hadits; “Cinta harta dan melampaui batas, keduanya dapat menumbuhkan sifat munafiq di dalam hati sebagaimana air yg dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan”.
وقد كان أبو عبد الله سفيان الثورى رحمه الله تعالى يقول : لو أن عبدا عبد الله تعالى بجميع المأمورات إلا أنه يحب الدنيا إلا نودي عليه يوم القيامة على رؤس الجميع “ألا إن هذا فلان بن قلان قد أحب ما أبغض الحق تعالى” فيكاد لحم وجهه يسقط.
Dan Abu ‘Abdillah Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu Ta’ala berkata; Sekiranya seorang hamba membaktikan diri kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya, hanya saja ia cinta dunia, maka pada hari kiamat kelak ia akan diumumkan dihadapan seluruh makhluk; “Ingatlah! Bahwa fulan bin fulan ini adalah orang yg cinta pada apa yg dibenci Allah Al Haqq subhanahu wa Ta’ala”, maka hampir daging wajahnya jatuh berguguran.
والمراد بالدنيا ما زاد على الحاجة الشرعية،
Yg dimaksud cinta dunia disini yaitu menumpuk² harta dunia melebihi kebutuhannya secara syar’i.
وكان ابو الحسن على بن المزين رحمه الله تعالى يقول : لو زكيتم رجلا حتى جعلتموه صديقا لا يعبأ الحق تعالى به وهو يساكن الدنيا بقلبه،
Abu Al-Hasan ‘Aliy bin Muzayyin berkata; Seandainya kalian mensucikan seseorang sehingga kalian menjadikannya orang yg paling benar, maka Allah Al Haqq Ta’ala tidak akan perduli dengannya manakala di dalam hatinya masih ada setitik rasa cinta dunia.
فقيل له فإذا ساكنها لأجل إخوانه وعياله وغيرهم من الملازم لينفقها عليهم؟
فقال : دعونا من هذا الزلفات، والله ما هلك من هلك من أهل الطريق الا من حلاوة الغنى فى نفوسهم، والله الذى لا إله إلا هو إنى لأعرف من يدخل عليه عرض الدنيا فيقسمه على حقوق الله تعالى فيصير ذلك مع براءة ساحته حجابا قاطعا له عن الله تعالى،
Beliau ditanya; Bagaimana bila ia mencintai dunia karena untuk menafkahi saudaranya, keluarganya dan orang² yg wajib dinafkahi?
Abu Al-Hasan ‘Aly bin Muzayyin menjawab; Hindarkanlah kami dari kesalahan ini, demi Allah, tidaklah hancur orang² yg hancur dari golongan ahli thariqat kecuali karena rasa manisnya kaya harta yg ada di dalam hatinya, demi Allah yg tidak ada Tuhan selain Dia, sungguh aku mengetahui orang yg kerasukan cinta terhadap harta dunia yg disalurkan atas dasar memenuhi hak² Allah Ta’ala, kemudian bersamaan dengan bebasnya tanggung jawab, harta dunia itu menjadi penghalang yg dapat memutuskan dirinya dari Allah Ta’ala.
وكان سيدى أبو الحسن الشالى رحمه الله تعالى يقول : “لا يترقى مريد قط إلا أن صحت له محبة الحق تعالى، ولا يحبه الحق تعالى حتى يبغض الدنيا وأهلها ويزهد فى نعيم الدارين”.
Tuanku Abu Al Hasan As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Seorang murid sama sekali tidak akan mampu menempuh jalan wushul ilallah, kecuali ia benar² mencintai Allah Al Haqq Ta’ala, dan tidaklah ia cinta kepada Allah Al Haqq Ta’ala sehingga ia benci terhadap dunia dan orang² yg cinta dunia, serta berlaku zuhud terhadap kenikmatan dunia”.
وقال أيضا : كل مريد أحب الدنيا فالحق تعالى يكرهه على حسب محبتها له كثرة وقلة، فيجب على المريد أن يرمى الدنيا من يده ومن قلبه أول دخوله فى الطريق، ومتى تلقن على شيخ أو أخذ عليه العهد وهو يميل إلى الدنيا فلا بد أن يرجع من حيث جآء، وترفضه الطريق، فإن أقل أساس يضعه المريد فى الطريق الزهد فى الدنيا، فمن لم يزهد فى الدنيا لا يصح له بناء شيء فى الآخرة.
Beliau (Abu Al Hasan As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala) juga berkata; “Allah Al-Haqq Ta’ala benci terhadap setiap murid (penempuh jalan menuju Allah) yg cinta dunia sesuai dengan besar dan kecilnya kecintaanya terhadap dunia, karena itu wajib bagi seorang murid untuk mengosongkan harta dunia dari tangan dan hatinya pada saat pertama ia masuk thariqat. Bilamana ia memohon bimbingan kepada seorang Guru atau di bai’at, sedang di dalam hatinya masih ada rasa cinta terhadap dunia, maka tidak boleh tidak ia akan kembali ke asalnya dari mana ia datang, dan tertolak dari jalan menuju Allah, karena minimal pondasi yg harus ditanamkan oleh seorang murid dalam menempuh jalan menuju Allah adalah berlaku zuhud terhadap dunia, barangsiapa yg tidak berlaku zuhud terhadap dunia, maka ia tidak akan dapat menegakkan bangunan apapun di akhirat”.
وكان سيدى عبد القادر الجيلى رحمه الله تعالى يقول : “من أراد الآخرة فعليه بالزهد فى الدنيا، ومن أراد الله تعالى فعليه بالزهد فى الآخرة”.
Tuanku Syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jaily rahimahullahu Ta’ala berkata: ”Barangsiapa yg menghendaki kebahagiaan akhirat, maka wajib baginya berlaku zuhud terhadap dunia, dan barangsiapa yg hendak menempuh jalan menuju Allah Ta’ala, maka wajib baginya berlaku zuhud terhadap akhirat”.
وما دام فى قلب العبد شهوة من شهوات الدنيا او لذة من لذاتها من مأكول أو ملبوس أو منكوح أو ولاية أو رياسة أو تدقيق فى فن من فنون العلم الزائد عن الفرض كروا ية الحديث الآن وقرآءة القرآن بالقراآت السبع وكالنحو والفقه والفصاحة، فليس هذا محبا فى الآخرة، إنما هو راغب فى الدنيا تابع لهواه.
Selama dalam hati seorang hamba masih terdapat bermacam² keinginan terhadap dunia, atau suatu kenikmatan dari beberapa kenikmatan dunia yg berupa makanan, pakaian, pernikahan, kekuasaan, jabatan atau memperdalam salah satu bidang dari beberapa bidang ‘ilmu yg melebihi batas kewajiban seperti: merawikan hadits pada saat sekarang, membaca Al-Qur’an dengan tujuh macam bacaan, ‘ilmu nahwu, ‘ilmu fiqih dan ‘ilmu balaghoh, maka semua itu bukanlah termasuk orang yg cinta akhirat, melainkan ia adalah orang yg cinta dunia yg menuruti hawa nafsunya.
وكان أبو عبد الله المغربى رحمه الله تعالى يقول : الفقير المجرد عن الدنيا وإن لم يعمل شيأ من أعمال الفضائل أفضل من هؤلاء المتعبدين ومعهم الدنيا، بل ذرة من عمل الفقيء المجرد أفضل من الجبال من أعمال أهل الدنيا.
Abu ‘Abdillah Al-Maghribiy rahimahullahu Ta’ala berkata; “Orang faqir harta dunia walaupun ia tidak mengamalkan suatu ‘amal utama apapun, adalah lebih utama daripada mereka orang² yang ahli ‘ibadah namun mereka masih ada rasa cinta terhadap dunia, bahkan seberat biji sawi ‘amal orang faqir, lebih utama daripada beberapa gunung ‘amal ahli dunia”.
وكان سيدى أبو المواهب الشاذلى رحمه الله تعالى يقول : “العبادة مع محبة الدنيا شغل قلب وتعب جوارح، فهى وإن كثرت قليلة، وإنما هى كثيرة فى وهم صاحبها، وهى صورة بلا روح واشاح خالية غير حالية”
Tuanku Abu Al-Mawahib As-Syadzily rahimahullahu Ta’ala berkata; “’Ibadah yg disertai cinta dunia, dapat menyibukkan hati dan melelahkan raga, ‘ibadah seperti itu walaupun banyak, nilainya tidak seberapa, ‘ibadah seperti itu dianggap besar nilainya hanya menurut dugaan pelakunya saja, ‘ibadah seperti itu laksana gambar yg tidak memiliki ruh, bagaikan raga yg kosong tiada bernilai”.
ولهذا ترى كثيرا من أرباب الدنيا يصومون كثيرا، ويصلون كثيرا، ويحجون كثيرا، وليس لهم نور الزهاد، ولا حلاوة العبادة،
Karena itu, engkau menyaksikan banyak sekali orang² berharta yg rajin berpuasa, shalat dan haji, namun mereka sama sekali tidak memiliki cahaya zuhud dan tidak pernah merasakan manisnya ‘ibadah.
وحقيقة الزهد هو ترك الميل إليها بالمحبة، لا بخلو اليد من الدنيا لعدم نهى الشارع عن التجارة وعن عمل الحرف، ولا قائل بذلك، وإنما درج جمهور الصحابة والتابعين عن حلو اليد من الدنيا ليقتدى بهم المحجوبون عن مشاهدة الأكابر، فلذلك أظهروا لهم الزهد فى الدنيا بخلو اليد ونهوهم عن التبسط فى الدنيا خوفا عليهم أن يدخلوا فى محبتها فلا يهتدون بعد ذلك للخروج عن حبها والمزاحمة عليها، فإن الكاملين لا يشغلهم عن الله تعالى شيء فى الكونين بخلاف القاصرين،
Hakikat zuhud yaitu; Menjauhkan hati dari merasa senang terhadap harta dunia, bukan berarti benar² mengosongkan tangan dari harta dunia, karena tidak adanya larangan dari pembawa syari’at untuk berniaga dan berprofesi, dan tidak seorang ‘ulama’ pun yg menyatakan demikian itu. Hanya saja pada kalangan mayoritas sahabat dan tabi’in telah berlaku mengosongkan tangan dari dunia dengan tujuan agar jejak mereka di ikuti oleh orang² yg terhalang dari bermusyahadah dengan orang² agung. Karena itulah para sahabat dan tabi’in menampakkan kepada mereka sikap zuhud terhadap dunia dengan mengosongkan tangan dan melarang mereka hidup bergelimang harta dunia karena hawatir akan terjebak cinta dunia hingga mereka tidak mendapatkan petunjuk untuk lepas dari rasa cintanya dan berlomba² mendapatkan harta dunia. Sesungguhnya orang² yg sempurna tidak tersibukkan dari Allah Ta’ala oleh sesuatu pun perihal dunia maupun di akhirat, berbeda dengan orang awam.
فسلم يا أخى لكل من تراه متجملا بالثياب من القوم إلا إن خفت على أتباعه أن يتبعوه مع الجهل بمقصده، فلك أن تنهاه عن ذلك خوفا عن تلامذه، أو تأمره بأن يقول لهم لا تقتدوا بى فى حسن الملابس والمناكح والمراكب فإن هذا ليس لكم الآن، هذا إن وجد ذلك من مال حلال وإلا فالإنكار على ذلك الشيخ واجب فافهم،
Maka hormatlah wahai saudaraku kepada orang² besar yg engkau lihat berpakaian mewah, kecuali apabila engkau menghawatirkan pengikut²nya akan mengikuti jejaknya tanpa mengetahui maksudnya, maka hendaknya engkau melarangnya dari hal itu karena khawatir pada murid²nya, atau engkau menyuruhnya untuk berkata pada murid²nya; “Janganlah kalian mengikutiku dalam masalah berpakaian mewah, pernikahan dan kendaraan, karena itu semua bukanlah untukmu saat ini”. Demikian itu apabila hal tersebut hasil dari harta halal, jika dari harta haram, maka ingkar terhadap guru itu adalah wajib. Fahamilah itu!
ثم لا يخفى ان الزاهدين ما زهدوا حقيقة إلا فى ما لم يقسم، وأما ما قسم لهم فلا يصح لأحد الزهد فيه بأن يتركه، وإنما الزهد فيه يكون بترك الميل إليه عادة بحيث لا يبخل به عن مستحقه ولا يشتغل به عن ربه فاعلم ذلك يا أخى.
Kini tidak diragukan lagi bahwa orang² yg zuhud itu hakikatnya tidaklah zuhud kecuali terhadap perkara yg belum dibagikannya, sedangkan zuhud dengan meninggalkan perkara yg telah dibagikan kepada mereka, maka zuhudnya tidak sah, karena zuhud dalam hal itu hanya berupa meninggalkan condongnya hati kepadanya sehingga ia tidak kikir terhadap orang yg berhak untuk mendapatkannya dan tidak tersibukkan olehnya dari ber’ibadah kepada Tuhannya. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!