Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah seorang yang eksentrik, sangat percaya diri dan humoris, walaupun Beliau juga sangat menjaga norma-norma sosial yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada sebuah kisah menarik, pernah suatu ketika Beliau membeli mobil baru Holden Kingswood berwarna putih. Beliau tidak tahan akan dinginnya AC, namun ingin mobil tersebut di dalamnya tetap terasa sejuk. Apa yang dilakukan Beliau terkadang tidak bisa kita duga.
Dengan sangat percaya dirinya, Beliau memanggil murid-muridnya, dan berkata “Saya punya mobil baru, namun saya tidak mau kena AC, tapi saya mau udara di dalam mobil tetap sejuk.” Maka apa yang dilakukannya? Ternyata Beliau meletakkan kasur kapuk di atas mobilnya, diikat dengan tali, dan di atas kasur tersebut disiram air agar ruangan di dalam mobil tetap dingin. Bila kasur itu kering di tengah perjalanan, Beliau mencari sumber air untuk membasahi kembali kasur itu menggunakan gembor yang biasa dipakai untuk menyiram bunga.
Sebelum banyak disibukkan dengan beraneka ragam aktivitas, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sering mengajak anak-anaknya untuk berenang bersama. Ketika berenang, anak-anaknya akan duduk di atas punggung Beliau dan berenang berkeliling kolam, layaknya kapal yang sedang membawa penumpang.
Banyak lagi kisah unik Beliau. Dalam kesehariannya, di rumah atau surau yang Beliau pimpin selalu ada anak-anak asuh yang tinggal bersama Beliau, dan dibimbing langsung olehnya, yang jumlahnya hampir mendekati 200-an orang. Anak-anak asuh inilah yang disebutnya sebagai “Ansor”, atau istilah lainnya adalah “Anak Surau”.
Dalam mendidik para Ansor, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga sangat disiplin untuk mengajarkan kepatuhan yang tinggi dan pengabdian yang tidak berbatas, sehingga banyak hal yang dilakukan Beliau dalam memberi contoh kepada Ansor-Ansornya. Dengan berbagai ragam latar belakang kehidupannya, para Ansor yang didik oleh Beliau dilatih dipersiapkan untuk menjadi manusia-manusia unggul yang akan berkiprah dalam kehidupan mereka di kemudian hari kelak.
Beliau tetap selalu membawa nilai-nilai Islam dalam proses pendidikan para Ansor tersebut, dan Beliau selalu menekankan kepada anak-anak didiknya, “Jangan kalian minder, jangan kalian malu, jangan kalian rendah diri, apa bila kalian benar. Malu itu kalau kita mencuri, berbohong, dan berbuat kesalahan.”
Hal-hal inilah yang selalu Beliau tanamkan kepada para Ansor, yang terkadang membuat berbagai hal konyol terjadi dalam perilaku keseharian Ansor-Ansor tersebut. Misalnya ada Ansor yang saat pergi ke pusat perbelanjaan hanya menggunakan sarung tanpa alas kaki. Ketika ditanya, kenapa mereka berpenampilan begitu, para Ansor dengan serta-merta menjawab, “Kenapa harus malu, orang kami nggak mencuri kok.”
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah sosok yang sangat humoris bagi keluarga dan lingkungannya. Tak jarang Beliau melakukan hal-hal usil, seperti menggunakan topeng cakil dan kerudung sambil bersembunyi di balik pintu menunggu orang lewat di depannya, kemudian Beliau akan berseru “Hhhaaaa….” untuk mengagetkan dan menakut-nakuti orang yang lewat. Hal ini menjadi hiburan tersendiri bagi Beliau.
Keusilan dan ke-eksentrik-an Beliau, ternyata “menular” pula kepada anak laki-laki sulungnya, yang bernama Iskandar Zulkarnain atau yang biasa dipanggil In. In sangat sering menggoda keponakan-keponakannya sehingga mereka ketakutan, dengan cerita-cerita horror yang dikarangnya sendiri. In yang berbadan besar dengan tinggi badan hampir dua meter pernah pergi menonton bioskop dengan memakai terompah kayu dan terkadang memakai baju terbalik. Ketika diingatkan bahwa bajunya terbalik, maka In berkata “Ah, nggak kok. Coba lihat dari dalam, manalah terbalik.”