Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menegaskan dan memastikan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Beliau berpegang/berpedoman pada :
- Al-Qur’an;
- Al Hadist;
- Ijma’ Ulama;
- Qiyas;
- Ilmu sunnatullah/hukum-hukum ilmu alam dalam alam semesta (teknologi Al-Qur’an) sesuai dengan Q.S. Ali Imran 3:190,191, Q.S. Yusuf 12:105, Q.S. An Nur 24 : 35, Q.S. Fushshilat 41:533 dan lain-lain.
Tarekat Naqsyabandiyah ini tergolong Ahlussunnah wal jama’ah dan bermazhab Syafi’i dalam bidang fikih. Adapun Pokok-pokok pelaksanaan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ada 12, yaitu :
- Tidak boleh bertentangan/menyalahi seluruh ketentuan syariat Islam. Tarekat adalah semata-mata amalan dzikrullah, guna mengisi/mempraktekkan / mengintensifkan pengalaman syariat Islam dalam mengamalkan dzikrullah;
- Tali silsilah/wasilah;
- Mursyid;
- Kaifiat;
- Suluk/i’tikaf (bagi mereka yang mampu). Dalam suluk/i’tikaf mengintensifkan peramalan dzikrullah sesuai dengan Q.S. Al Maidah 5: 35 dan Q.S. Ali Imran 3: 200;
- Zikir. Yang digunakan zikir “sir” (tak terdengar), sesuai dengan Q.S. Al A’raf 7: 205);
- Non politik, tidak mencampuri urusan ekonomi dan duniawi murid/jamaah. Tidak ada semacam sumpah setia, ikrar, perjanjian dan hal-hal lainnya;
- Buku-buku karya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya. Buku-buku tersebut merupakan sarana untuk menyampaikan dan menerangkan amalan dzikrullah dengan menggunakan ilmu eksakta dalam menjelaskan tentang tarekat, mursyid dan wasilah. Sarana ini diperlukan karena ilmu eksakta adalah ilmu yang hampir tidak mungkin menimbulkan khilafiah dan tafsir yang dapat menimbulkan polemik. Dengan demikian buku-buku tersebut diharapkan dapat mengatasi pertentangan yang sudah memakan waktu dan energi ratusan tahun lamanya, serta merugikan terhadap kemajuan, kesatuan dan persatuan Islam selama ini.
Buku-buku ini juga membukakan mata seluruh umat Islam di dunia akan adanya energi maha dahsyat yang terpendam di dalam Al-Qur’an, yang selama ini dilupakan dan diabaikan oleh seluruh dunia Islam untuk merisetnya. Diharapkan dunia Islam kuat dan menang dalam segala aspek perjuangannya.
Bagi mereka yang tidak menguasai ilmu eksakta, mungkin agak sulit untuk memahami buku-buku tersebut, buku-buku tersebut lebih mudah dipahami oleh kalangan para ahli tasawuf dan para intelektual dalam bidang eksakta. Dengan kata lain, memahami buku-buku tersebut tidak perlu harus seorang sarjana, tapi sebaiknya mempunyai pengetahuan minimal tentang ilmu eksakta. - Dakwah. Yang paling diutamakan dalam dakwah ini adalah mendidik akhlak berdasarkan Syariat Islam dan terutama dakwah melalui keteladanan;
- Adab/etika atas dasar ke-Tuhanan
- Petoto. Petoto adalah semata-mata pembantu atau khadam, khusus hanya di surau-surau/alkah-alkah dalam peramalan, sehingga harus senantiasa bersifat ubudiyah dan tidak berhak mencampuri urusan murid-murid sampai ke rumah-rumahnya.
- Menjaga ukhuwah Islamiyah atas dasar Hablumminallah dan Hablumminannas dengan tidak melanggar Undang-Undang dan peraturan yang berlaku, tidak melanggar adat-istiadat, dan sesuai dengan hukum syara’. Memelihara kesatuan dan persatuan dengan seluruh umat Islam atas dasar Ukhuwah Islamiyah dan Pancasila.
Pandangan hidup Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, dirumuskannya dalam Piagam Panca Budi, yaitu:
- Pengabdian kepada Allah SWT (Devotion or worship to God)
- Pengabdian kepada Bangsa (Devotion or worship to the nation)
- Pengabdian kepada Negara (Devotion or worship to the country)
- Pengabdian kepada Dunia (Devotion or worship to the world)
- Pengabdian kepada Manusia dan Perikemanusiaan (Devotion or worship to mankind and humanity)
Sementara motto yang diajarkan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah:
- Beribadahlah sebagai Nabi/Rasul Beribadah (Pray like how prophets pray)
- Berprinsiplah dalam hidup sebagai pengabdi (Stand lika a devotee)
- Berabdilah dalam mental sebagai pejuang (Devoted as a patriot)
- Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit (Strive lika a soldier)
- Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik (Work as an owner)
Penganut Tarekat tidak boleh mengabaikan dan meninggalkan Syariat Islam, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengemukakan bahwa pengamal Tarekat Naqsyabandiyah, di samping melaksanakan ibadah yang wajib, juga melazimkan pelaksanaan amalan sunah seperti shalat sunah rawatib, shalat sunah taubat, shalat sunah tahajud, puasa sunat, dan lain-lain.
Tarekat adalah cara mengamalkan syariat dan menghayati inti daripada hakikat syariat itu sendiri, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang melalaikan pelaksanaannya, sehingga menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh syariat itu sendiri. Dalam melaksanakan syariat dan tarekat di tengah-tengah masyarakat, harus memperhatikan adat-istiadat setempat, dan harus diselaraskan dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya ketika mengilustrasikan ajaran tarekat yang dibawanya adalah seperti bawang, kulit bawang itu sendiri sekaligus adalah isinya, dari lapisan pertama sampai dengan lapisan terakhir. Kulit bawang adalah hakikat bawang itu sendiri dan sebaliknya, hakikat bawang adalah kulitnya itu sendiri.
Begitu pulalah halnya antara syariat, tarekat dan hakikat. Tarekat itu adalah pengamalan syariat itu sendiri. Maksudnya, kita harus masuk agama Islam secara keseluruhan, melaksanakan syariat, tarekat, dan hakikat, secara lahir dan batin, untuk mendapatkan ma’rifat (mengenal Allah).
Tarekat itu harus berada dalam Islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadist. Segala tarekat yang tidak sesuai dengan Islam adalah salah. Penganut tarekat harus ber-syariat. Pada zaman dahulu setelah selesai mempelajari syariat Islam barulah boleh masuk tarekat. Dengan kata lain tarekat yang suci harus berdiri di atas syariat yang murni.
Pengamal tarekat dilarang mencari kekeramatan. Mencari kekeramatan sebenarnya merupakan pendangkalan dari kesucian Allah SWT. Manusia tidak ada yang keramat, yang keramat sebenarnya hanya satu, yaitu Allah SWT.
Tujuan utama penganut tarekat adalah mencari ridha Allah SWT semata dan memurnikan tauhid kepada-Nya. Tauhid-lah yang dijadikan landasan berfikir penganut tarekat dalam bersikap “Ilahi Anta Maqshuudii Wa Ridlaaka Mathluubii” (hanya Allah yang kumaksud dan Keridhaan-Nya yang kucari) dan bertindak sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadist.
Ketika Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan pertanyaan, “Apakah tarekat itu perlu?” Beliau menjawab “Perlu atau tidaknya tarekat jangan dipersoalkan. Yang perlu adalah bagaimana janji Al-Qur’an bisa kita realisasikan”. Janji Al-Qur’an itulah yang ternyata dapat direalisasikan oleh para Syaikh -Syaikh tarekat.
Beliau juga mengatakan “Walaupun ada seribu garis, tetapi garis-garis itu masih menghubungkan dua titik. Sehingga garis-garis yang ditarik tampak satu dan menjadi satu”. Artinya bahwa ahli tarekat yang haq itu walaupun ada beberapa, hakikatnya hanya satu, yaitu membawa kalimah Allah SWT. Beliau tidak mengklaim bahwa Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Beliau adalah pokok dari segi silsilah, sedangkan yang lain adalah cabang atau ranting. Bagian yang terpenting adalah seorang guru harus jelas silsilah (keguruan)-nya, dan harus berkualitas Aulia Allah (Waliyyam Mursyida).
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak pernah menyatakan dirinya Aulia Allah, baginya yang Aulia Allah adalah gurunya. Beliau hanya meneruskan amanah pekerjaan gurunya. Bersahabat dengan Aulia Allah berarti dekat dengan Allah SWT, dekat dengan Allah SWT berarti bersahabat dengan seluruh Nabi dan wali-wali-Nya.
Beliau mengingatkan bahwa tarekatullah bukanlah suatu kelompok, tetapi merupakan kumpulan orang-orang yang mencari keridhaan Allah SWT dengan selalu berzikir berdasarkan metode tarekatullah. Salah pengertian dan pemahaman tentang tarekat akan menyebabkan tercemarnya nama sang guru. Karena itu penting untuk mengerti dan memahami dengan benar apa yang menjadi pokok-pokok dalam tarekat dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, dengan tujuan “Illahii Anta Maqshuudii Waaridlaaka Mathluubii”.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah menanamkan pengertian bahwa tempat tarekat adalah tempat menyelenggarakan peramalan dzikrullah. Di situ tidak ada motivasi keduniawian, yang ada hanyalah mencari keridhaan Allah SWT. Pendirian tempat wirid berasal dari tradisi keguruan yang memiliki aturan mainnya masing-masing, dan bukan berasal dari hubungan kekeluargaan. Didirikannya tempat wirid oleh ikhwan tarekat dan hadirnya mereka adalah untuk melaksanakan zikir dengan metodologi tarekatullah, yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya.
Bila ajaran Tarekat Naqsyabandiyah diamalkan seseorang dengan sungguh-sungguh, itu menunjukkan bahwa dia telah menemukan wasilah dalam peramalannya di jalan Allah SWT. Menurut Beliau, orang ini akan mampu meneruskan dan menyalurkan rahmat Allah SWT ke lingkungan sekelilingnya, lingkungan yang lebih luas, bahkan ke negaranya. Dia akan mampu membangun dengan sempurna, dengan hati yang tulus ikhlas, khalis mukhlisin, dan pasti akan berhasil dengan gilang-gemilang. Karena ia adalah sang penyalur yang akan membawa kemenangan absolut, yang tersimpan dalam Kalimatullah Hiya Al ‘Ulya (kalimat Allah yang Maha Tinggi) yang Maha Akbar, Maha Sempurna dan Maha Menang.
Allah SWT adalah absolut, maka tenaga maha dahsyat alam metafisika akan mampu menembus ke alam di mana saja. Dengan itulah maka segala firman Ilahi akan menjadi realitas yang maha dahsyat. Bukan hanya untuk nanti ketika di akhirat saja, tetapi mulai dari dunia ini, firman-firman Allah tersebut sudah akan berlaku secara nyata, fakta dan realita.