Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat bersahabat dengan pejabat-pejabat negara pada masa itu. Hal ini disebabkan karena banyak para petinggi-petinggi negara, maupun pejabat-pejabat pemerintahan yang menjadi pengikut ataupun murid-murid Beliau.
Tak jarang Beliau membawa keluarganya untuk bersilaturahmi kepada sahabat-sahabatnya tersebut, semisal sewaktu kecil anak-anak Beliau sering bermain-main ke rumah Gubernur dan sahabat-sahabat lainnya. Di antaranya Prof. Maas, Prof. Suroso, Dr. Hidayat, Dr. Lie Thing Shiu, Dr. Darwis. Dan satu hal yang tidak pernah Beliau lupa adalah melazimkan memberi oleh–oleh kepada sahabat-sahabatnya jika berkunjung, dan bila Beliau keluar kota, apabila di kota tersebut ada sahabatnya, maka Beliau mengusahakan untuk menyisihkan waktu untuk bersilaturahmi.
Sebagai contoh, jika Beliau melakukan perjalanan ke Jakarta, selalu membawa oleh-oleh dodol Garut dari sana, hal ini disebabkan karena di Medan tidak ada dodol Garut pada masa itu. Beliau selalu berkata kepada anak cucunya “Berhadiahlah kalian, karena sesungguhnya hadiah itu adalah bentuk dari berkasih sayang.”
Hubungan Beliau dengan murid-muridnya juga sangat erat, hubungan yang lebih seperti orang tua kepada anaknya, hal ini jugalah yang menyebabkan Beliau selalu dipanggil dengan sebutan Ayah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Beliau mengajak murid-muridnya untuk berwirid. Beliau menjemput muridnya untuk datang wirid. Kadang-kadang ketika Beliau datang menjemput, salah seorang muridnya berkata “Maaf Ayah, malam ini saya tidak bisa wirid, lagi ada keperluan yang lainnya”. Dan Beliau dengan legowo mengatakan “Tidak apa-apa, minggu depan akan Ayah jemput lagi.”
Rasa sayang antara guru dan murid inilah yang membuat hampir setiap hari Minggu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya selalu dikunjungi oleh murid-muridnya, dan biasanya mereka akan makan siang bersama-sama dengan makanan yang dibawa murid-muridnya, ataupun yang dimasak murid-muridnya di rumah Beliau.
Sudah menjadi sebuah kelaziman di hari-hari istimewa, seperti ulang tahun, naik kelas, meraih prestasi, dan sembuh sakit, hadiah yang didapat oleh keluarganya adalah berupa pulut kuning dan ayam panggang. Dan tradisi ini yang kemudian diteruskan oleh keluarga besarnya sampai sekarang.
Bahkan salah seorang anak Beliau berujar “Pa…. Kenapa papa pelit kali, kami selalu aja dapat hadiah ayam panggang dan pulut kuning terus?” Beliau menjawabnya dengan tegas “Ada hadiahku yang paling berharga untuk kalian. Aku persaudarakan kalian dengan berjuta-juta muridku. Dan persaudaraan sesama zikirullah lebih kental dari persaudaraan sesama darah. Itulah hadiahku yang paling berharga.”
Karena rasa sayang terhadap murid-muridnya inilah, maka Beliau mendirikan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. [MUA]
Sumber (Artikel 7-11): Biografi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya