Naskah (A)
1. Berupa manuskrip di Perpustakaan Waliyuddin, Istambul 1628.
2. 75 halaman, pada setiap halaman terdapat 13 baris yg ditulis denganĀ khat naskhiĀ pada umumnya.
3. Tulisan yg terdapat pada halaman pertama berbeda dengan tulisan aslinya, boleh jadi ia tambahan dari Abul Hasan al-Rumi, sebagai pentashih, penyunting, dan penulis syarahnya.
4. Pada akhir tulisan terdapat keterangan yg membuat kita tahu bahwa manuskrip tersebut dibacakan langsung kepada pengarangnya al-āAllamah Muhyiddin Ibnu Arabi pada 633 H di rumah Syaikh Ibnu Arabi, Damasqus. Keterangan ini membuat manuskrip tersebut setingkat dengan karya asli.
5. Di akhir tulisan kita juga menemukan keterangan bahwa pada 976 H., Syamsuddin Ismail Ibnu Saudakin mempelajari, mentashih, menyunting naskah dari awal sampai akhir, dan memberikan syarah atas tulisan Abul Hasan Mahmud Ibnu Muhammad al-Rumi, saat berada di Mekkah Musyarrafah.
6. Layak disebutkan bahwa naskah (A) ini didapat dalam bentuk file dari tempat penyimpanan manuskripĀ² milik Universitas Negeri Arab, Kairo.
Naskah (B)
1. Ini naskah yg dicetak di Haidar Abad pada 1948 M dari tulisan Ashif dengan nomor 376.
2. Sepertinya, cetakan Haidar Abad ini adalah tulisan yg menimbulkan banyak kesulitan bagi penerbit dalam hat pembacaan, sehingga terdapat banyak kalimat dan kataĀ² tambahan untuk memperjelas beberapa teks asli (matan), atau dibiarkan kosong sama sekali dan di pinggirannya dicantumkan kata: demikian adanya.
3. Saya mencoba untuk tidak melakukan perbandingan atau komparasi antara naskah cetakan Haidar Abad dengan naskah (A), yg saya pegang sebagai naskah asli. Sebab pada naskah (B) ini terdapat banyak kesalahan, kekurangan, dan ketidakjelasan. Hanya saja saya merasa adanya sebuah keharusan untuk melakukan komparasi tersebut sebagai upaya memenuhi kewajiban dalam metodologi penelitian ilmiah. Karena itulah saya mendorong pembaca melihat daftar perbandingan manuskripĀ² agar pembaca dapat mempelajarinya sendiri kekuranganĀ² pada cetakan Haidar Abad. Dengan mengakui kelebihan setiap penerbit maka pembaca akan menyadari sisiĀ² warisan kebudayaan kami. Sekalipun kami sendiri tidak menuntut (para penulis) terdahulu menyertakan metodologi ilmiah seperti yg kita perlukan dari para peneliti di zaman sekarang.
Naskah (C)
Manuskrip Berlin, nomor we.1632, dari nomor panggil IB sampai 45A. Pada halaman 15 ditemukan baris kalimat tertulis dengan khat naskhi yg jelas. Penulisnya adalah Ahmad bin Muhammad, lebih terkenal dengan sebutan al-Bazuri. Penulisan manuskrip tersebut rampung pada Selasa Rabiāus Tsani 966 H.
Naskah (D)
Manuskrip Berlin, nomor pet.195, dari nomor panggil 25B sampai 61B. Pada halaman 17 ditemukan baris kalimat tertulis dengan khat naskhi yg jelas. Tanpa disertakan nama penulisnya. Tanggal penulisan 1259 H, sedangkan manuskrip itu berjudulĀ Kitab al-Mi āraj.
Al-Najat min Hujub al-Isytibah
Karya ini ditulis oleh Ismail bin Saudakin, murid Syaikh Ibnu Arabi, memberi syarah atas dua kitab Gurunya al-Isra ila Maqam al-Asra dan Masyahid al-Asrar al-Qudsiyah. Karya ini menyebutkan kesalahan Syaikh Ibnu Arabi. Ibnu Saudakin dalam karyanya itu mengikuti alur penjelasan dan keterangan yg disampaikan oleh Syaikh Ibnu Arabi di madrasahnya. Dalam arti, syarah Ibnu Saudakin tidak menerjemahkan karya Syaikh Ibnu Arabi dan dia tetap menyerahkannya pada pembaca. Di satu sisi, sisipanĀ² dan keterangan Ibnu Saudakin lebih cocok sebagai pintu masuk ke dalam keseluruhan alam pemikiran Syaikh Ibnu Arabi. Di sisi lain, catatan dari pensyarah (Ibnu Saudakin) tidak keluar dari batas lingkaran temaĀ² sufistik dan kaum Sufi, sehingga kitab dan syarah tersebut bagaikan dua penjaga gawang alam tasawuf. Di samping karya Ibnu Saudakin tersebut mengandung banyak faedah penting bagi pembaca, dan bukan sekadar bagi kaum Sufi sendiri.
Saya merujuk kepada kitab al-Najat ini, terkadang sebagai perbandingan dan kadang pula untuk memperkuat beberapa penjelasan namun tanpa ada manfaat yg bisa disebutkan. Naskah yg saya gunakan adalah naskah dari perpustakaan negeri, Paris, dengan nomor 6613 Arabic. Naskah ini ditulis dengan khat naskhi yg jelas pada 970 H. Ia terdiri dari atas 137 halaman.