[Dalam pengantar ini Syaikh Ibnu Arabi menjelaskan bahwa pengalaman Mi’rajnya adalah perjalanan ruh yg maknawi: rahasia² dan kandungan Al-Qur’an disingkap, ilmu² diberikan, dan hal² tersembunyi ditampakkan. Mi’raj ini betul² berbeda dengan Mi’rajnya Rasulullah Saw., yg dilakukan secara nyata dengan raga fisik, dimana Rasulullah Saw. menempuh jarak dan melintasi langit. Pada Mi’raj itu, Beliau diberi syariat ilahiah yg menghapus syariat² sebelumnya.]
Bismillāhirrahmānirrahīm
Seorang syaikh, imam, yg alim dan sempurna, pentahqiq yg keilmuannya luas, penegak agama, kemuliaan Islam, lidahnya hakikat kebenaran, yg sangat pandai, panutan para pembesar, sumber perintah, keajaiban suatu zaman, satu²nya orang pada masanya, Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Muhammad Ibnu Arabi al-Tha-i al-Hatimi dari Andalusia, semoga Allah mengakhiri hidupnya dengan kebaikan, berkata:
Segala puji bagi Allah yg mengeluarkan siang-Nya dari malam-Nya yg gulita,
seperti dalam firman Allah Ta’ala:
وَءَايَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُّظْلِمُونَ
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yg besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.” (QS. Ya Sin [36]: 37)
memancarkan matahari-Nya yg benderang dan bulan-Nya yg terang di waktu siang dan malam, menjadikan siang dan malam sebagai bukti pada saat gelap dan terang, yakni, pujian azali dengan lidah yg qadim, yg memberi bimbingan untuk menggapai puncak tertinggi keagungan dari keindahan sebuah kesempurnaan pada suara dan bunyi Qalam, di papan² kemunculan kata² (menurut ungkapan umum dari Syaikh Ibnu Arabi, kata² adalah wujud ini. Sebab wujud adalah penampakan luar dari kalimat penciptaan “Kun (Jadilah)!” Dalam ungkapan yg lebih spesifik, menurut Syaikh Ibnu Arabi, kata² adalah hakikat acau inti sifat yg dimiliki setiap Nabi. Yg dimaksudkan Syaikh Ibnu Arabi dengan ‘kata²’ dalam kitab ini adalah Nara nabi. Lihatlah Mu’jam al-Sufi tentang arti kata ‘Kalimat’.) yg ditandai dengan Nun-nya,
Seperti dalam firman Allah Ta’ala:
نٓ ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
“Nun, demi kalam dan apa yg mereka tulis,” (QS. Al-Qalam [68]: 1)
(menurut Syaikh Ibnu Arabi, Nun adalah tempat tinta yg secara universal tintanya menampung bentuk² jagad semesta; artinya, huruf². Lihat Mu’jam al-Sufi bagian huruf Nun.)
kemurahan dan kemuliaan, yg disucikan sejak kemunculan pertama peristiwa terbelahnya langit beserta seluruh isinya dari sebuah ketiadaan,
Seperti dalan firman Allah Ta’ala:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوٓا أَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang² yg kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yg padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yg hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 30)
yg telah mengisra’kan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan suatu tempat yg azali.
سُبْحٰنَ الَّذِىٓ أَسْرٰى بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِى بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yg telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yg telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda² (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’ [17]: 1)
Ucapan terimakasih untuk-Nya persis seperti pujian² untuk-Nya yg pernah ada sebelumnya, yakni, ucapan terimakasih dengan Alif (Alif adalah dalil tentang Dzat Tuhan, berbeda dengan Ba’, ia adalah dalil Sifat. Yg dimaksud ‘ucapan terima kasih dengan Alif bukan Ba” adalah pujian yg ditujukan kepada Allah bukan kepada salah satu sifat. Lihat Mu’jam al-Sufi pada bagian Alif dan Ba’.), bukan Ba’. Sebab ucapan terima kasih dengan Ba’ terlalu berani.
Shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada dia yg diciptakan pertama kali (yg pertama kali diciptakan adalah Muhammad Saw. Hal ini di isyaratkan dalam sebuah hadits Nabi: “Wahai Jabir, yg pertama kali Allah ciptakan adalah cahaya Nabimu ini.” [lihat Kasyf al-Khafa’ karya al-‘Ajulani, hadits no. 827, jilid 1 hal. 265-266]), bukan kepada ia yg pertama kali muncul dan tampak di sana, lalu Allah menyebutnya perumpamaan, Allah menciptakannya sebagai satu yg tak terbagi, dalam firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ
“Tidak ada sesuatupun yg serupa dengan Dia.” (QS. Ash-Syura [42]: 11)
Dialah yg alim, satu²nya tanda, Allah memberdirikannya di hadapan cermin Dzat, namun dia tidak menyatu sekaligus tidak terpisah dari Dzat. Setelah bentuk perumpamaan (shurah al-mitsI) muncul padanya, dia pun percaya dan mengucapkan selamat kepada bentuk itu. Alah menyerahkan kunci² kerajaan-Nya, dan dia tunduk. Tiba² ada firman:
engkaulah (Muhammad) wujud paling mulia, Tanah Haram (dalam hal ini Syaikh Ibnu Arabi mengisyaratkan kehormatan Nabi Muhammad Saw., yg sangat dihormati dalam Islam) paling agung, Rukun Yamani dan Multazam (Multazam adalah tempat yg terletak di antara Rukun Yamani dan Ka’bah, ia adalah tempat berdoa bagi jama’ah haji, umrah, atau orang yg sekadar melintas untuk berdoa. Berdoa di Multazam akan terkabulkan oleh Allah Ta’ala. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Multazam adalah tempat berdoa yg mustajab. Setiap hamba Allah yg berdoa di sana maka Allah akan mengabulkan doa itu.” (Lihat kitab Mustafad al-Rihlah wa al-Ightirab karya Al-Qasim bin Yusuf al-Najibi Al-Sibti, hal. 276), Maqam Ibrahim, Hajar Aswad yg diciumi, rahasia dalam zamzam, pahamilah mengapa ia harus diminum, dia adalah orang yg di isyaratkan oleh sebuah kalimat “orang mukmin adalah cermin saudaranya.” Perhatikanlah dan rahasiakanlah apa yg tampak kepadanya dalam cermin itu. Shalawat serta salam juga semoga tercurah kepada keluarga dan para sahabat Rasulullah Saw.
Amma ba ‘d.
Saya persembahkan kepada kalangan Sufi, orang² yg mengalami mi’raj² akliah, yg memiliki maqam² ruh, rahasia² ilahiah, dan martabat² tinggi nan suci, sebuah ringkasan tentang runtutan perjalanan dari alam fisik ke tempat Tuhan, dalam satu kitab yg bab²nya indah sekali, yg berjudul Kitab al-Isra ila al-Maqam al-Asra.
Dalam kitab ini saya menjelaskan bagaimana hakikat bisa terungkap, dengan menanggalkan baju², bagi mereka yg memiliki mata hati dan akal pikiran. Saya juga menjelaskan penampakan hal menakjubkan dalam perjalanan Isra’ sampai tersingkapnya tabir², serta tentang nama beberapa maqam termasuk maqam yg tak bermaqam (station no-station), yg kemunculannya tak dapat diketahui melalui ilmu maupun hal. Yg demikian ini adalah Mi’rajnya arwah para pewaris sunnah Nabi dan Rasul (Pewaris adalah pengikut Nabi Muhammad Saw. dalam hal ucapan, perbuatan, dan ahwal. Kecuali dalam hal² tertentu yg hanya boleh dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw.. Pewaris di sini, sebagai orang mulia yg mengikuti jejak hidup Nabi Saw., adalah para ulama, seperti diterangkan dalam sebuah hadits: “Ulama adalah pewaris para Nabi.” Pewaris mengikuti orang yg memberikan warisan. Ada yg mewarisi Isa, ada pula yg mewarisi Musa, dan ada pewaris Muhammad. Dalam kitab ini oleh Syaikh Ibnu Arabi, mi’raj ruh dan isra’ maknawi menuju alam khayal ditujukan kepada pewaris Muhammad.)
Ini adalah mi’rajnya ruh, bukan raga fisik. Ini adalah Isra’nya asrar, bukan aswar, sebuah penglihatan oleh mata hati, bukan mata kepala; sebuah perjalanan makrifat oleh perasaan dan kenyataan, bukan perjalanan menempuh jarak dan jalan; menuju langit² makna, bukan tempat di langit sana. Saya mengurai mi’raj ruhani ini dengan gaya berprosa maupun dalam bentuk syair. Penjelasannya saya selipkan secara simbolik maupun jelas dan bisa dipahami. Kata²nya bersajak, agar lebih mudah bagi para penghapalnya. Saya terangkan jalan, dan pertegas kenyataan. Saya terangi dengan rahasia kejujuran, dan saya susun munajat rahasia dengan kata² padat dan terhitung. Hal ini (dilakukan) ketika saya ingin memberi kejelasan. Kepada-Nya saya bertawakkal, dan memohon hidayah.