Syaikh Ibnu Arabi melihat bahwa mi’raj sufi atau mi’rajnya seorang wali adalah sebuah keistimewaan bagi pengikut Nabi Muhammad Saw. Selain arwah² para wali dari kalangan umat Nabi Muhammad Saw., dalam mimpi mereka, tidak akan mengalami peristiwa mi’raj ke langit ketujuh atau ke surga atau ke neraka. Mi’raj Sufi itu sendiri adalah mi’raj taklidi. Bagaimana mungkin kita bisa tahu urutan keberadaan para nabi Allah alaihimussalam di ketujuh langit itu atau memperoleh pengetahuan² lainnya seputar mi’raj, apabila Rasulullah Saw. sendiri tidak memberitahu kita dalam mi’raj Beliau?! Mi’raj seorang wali –berdasarkan penjelasan kitab yg anda pegang sekarang– adalah visi dalam mimpi yg memiliki dasar dan akarnya dalam riwayat² hadits tentang mi’raj. Untuk itulah terasa penting apabila kita mengkaji terlebih dahulu simbol² dan makna² seputar mi’raj Nabi, sebab ia adalah pangkal dan percontohan.
Abu Thalib, paman Nabi Muhammad Saw., sekaligus pendukung Beliau, meninggal dunia. Beberapa hari berikutnya Sayyidah Khadijah ra., istri sekaligus sandaran terbaik Beliau dalam perjuangan dakwah, menyusul kepergian Abu Thalib. Sungguh, waktu itu adalah ‘amul huzn (tahun dukacita). Siksaan orang² Quraisy semakin keras dan upaya² mereka untuk membunuh Rasulullah Saw. semakin tampak jelas. Beliau pun pergi menuju Thaif mencari pertolongan. Akan tetapi Beliau pulang dengan membawa dukacita yg jauh lebih besar. Beliau mengadu kepada Allah Ta’ala tentang kelemahan dirinya, keterbatasan usahanya, dan kehinaannya di hadapan semua orang. Peristiwa Isra’ Mi’raj pun terjadi, seakan-akan Allah Ta’ala ingin menyampaikan kepada Rasulullah Saw. dengan tegas bahwa: “Engkau adalah makhluk mulia dan dimuliakan di hadapan manusia² terbaik di muka bumi ini, mereka adalah para Nabi. Engkau adalah makhluk mulia dan dimuliakan di hadapan para malaikat di langit. Engkau adalah makhluk mulia dan dimuliakan di sisi Tuhan Yang Maha Agung. Dia mendekatkan dirimu, mengangkat derajatmu di atas derajat para Nabi dan malaikat.”
Ringkasnya peristiwa Mi’raj Nabi merupakan sebuah perjalanan yg secara simbolik mengatakan kepada kita tentang maqam Nabi Muhammad Saw., dan keunggulan Beliau dalam ranah spiritual dibandingkan seluruh Nabi dan para malaikat.
Perjalanan kenabian tersebut memiliki riwayat² yg mutawatir dan banyak sekali jumlahnya. Kita bisa mengambil beberapa hadits –sesuai minhaj Ibnu Katsir– untuk mendapatkan gambaran jelas, yaitu kandungan hadits yg disepakati para ulama. Dan kita akan menerima pengertian² yg terkandung dalam berbagai pernyataan, yang sudah hidup bertahun-tahun, dan hanya singgah di tangan² orang yg terpercaya.