Di satu sisi, menurut kami, peristiwa Israā menyuguhkan dalil tentang keempirisan perjalanan kenabian tersebut. Di sisi lain, peristiwaĀ² dan pemandanganĀ² yg terjadi selama Israā dan dilihat langsung oleh Rasulullah Saw., mempertegas bahwa Israā tidak terjadi dengan dilipatnya bumi, dimana hal semacam ini adalah sesuatu yg mungkin merupakan karomah bagi seorang wali. Akan tetapi Rasulullah Saw. menempuh perjalanan panjang dalam rentang waktu yg sangat singkat. Ini adalah mukjizat ilahi.
Di sepanjang perjalanan Rasulullah Saw. menuju Baitul Maqdis, amalĀ² perbuatan manusia dari kalangan umatnya sendiri ditampakkan kepada Beliau dalam rupaĀ² yg dapat dilihat. Jika kami mengecualikan penampakan amal perbuatan para mujahidin fi sabilillah maka yang tersisa hanyalah pemandangan tentang dampakĀ² dosa, perbuatanĀ² haram, dan pengabaian terhadap perintah syariat. Dalam riwayat Baihaqi dari Ibnu Hurairah ra., bahwa Rasulullah Saw. pernah melihat (amal) para Mujahidin fi sabilillah sebagai suatu golongan yg menanam benih pada suatu hari dan di panen pada hari itu juga. Setiap kali mereka memanen maka tanamannya segera kembali ke bentuk semula. Rasulullah Saw. melihat orang yg suka menebar fitnah sebagai orang yg bibir dan lidahnya dipotong menggunakan gunting dari api. Orang yg meninggalkan shalat ditampakkan seperti orang yg kepalanya dipecah dengan menggunakan batu besar. Setiap kali kepala itu dipecahkan maka ia segera kembali ke bentuk semula. Rasulullah Saw. juga melihat orang yg berzina seperti orang yg meninggalkan daging baik dan lezat demi memakan daging busuk dan berulat, dan masih banyak pemandangan lain yg merepresentasikan amal baik dan amal buruk manusia. Penggambaran semacam ini bertujuan untuk memperlihatkan kebaikan dan keburukan kepada jiwa manusia, supaya mereka terpancing mengerjakan kebaikan dan menghindari keburukan.
Ketika angin surga berhembus dari suatu arah dengan sejuknya dan sangat memikat hati, sementara angin neraka berhembus dari arah lain dengan bau busuk dan menyengat, maka jiwa manusia akan tahu bahwa surga adalah suatu tempat yg menunggu para pemilik amal kebaikan, dan neraka adalah suatu tempat yg menanti kedatangan para pemilik amal buruk. PemandanganĀ² semacam ini secara simbolik ingin mengatakan bahwa, āBeginilah perbuatan kalian, dan begini pula hasilnya.ā