IV.B. Nilai Penting ‘Isra

Peristiwa Isra’ adalah bagian pertama dalam perjalanan kenabian itu. Perjalanan di sini adalah sebuah perjalanan panjang yg ditempuh Rasulullah Saw. dengan mengendarai Buraq, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Peristiwa Isra’ yg lebih dahulu terjadi daripada Mi’raj adalah bukti bahwa perjalanan tersebut adalah peristiwa empiris dan nyata, yaitu sebuah perjalanan di dunia kasat mata, dimana Rasulullah Saw. menempuhnya dengan jasad dan ruh, dalam keadaan sadar di suatu malam, didampingi Jibril as. dari Mekkah ke Baitul Maqdis.

Nilai penting peristiwa Isra’ tersimpan di dalam bukti² empiris ini yg diajukan kepada orang² pengingkarnya. Jika tidak demikian lantas apa hikmah Isra’ yg mendahului perstiwa Mi’raj, dan mengapa pula Rasulullah Saw. tidak langsung saja menempuh perjalanan Mi’raj dari Mekkah menuju langit yg tujuh?

Peristiwa Isra’ terjadi demikian, sebagai bagian dari perjalanan kenabian, ia memiliki bukti empiris yg tampak di hadapan mata orang² muslim dan Quraisy. Andaikan Rasulullah Saw. berkata bahwa aku mengalami Mi’raj (dari Mekkah) langsung ke langit, maka niscaya tidak seorang pun layak membenarkan atau menolak ucapannya. Kabar dari Beliau itu akan selamanya menjadi bagian dari peristiwa yg menuntut keimanan mutlak tentang hal ghaib, sebab perjalanan ke langit merupakan peristiwa yg berada di luar batas pembuktian ilmiah. Untuk itulah, hikmah ilahiah dengan sengaja mengatur Isra’ terjadi lebih dulu (dibanding Mi’raj) supaya menjadi bahan bukti dan argumentasi untuk membenarkan perjalanan Rasulullah Saw. tersebut. Ketika Rasulullah Saw. menyebutkan ciri² Masjidil Aqsha di hadapan orang² Quraisy —dan mereka yakin bahwa Beliau belum pernah tiba di sana sebelumnya— dan menceritakan tentang kafilah yg akan tiba (di Mekkah) esok paginya, maka bahan bukti untuk membenarkan perjalanan Rasulullah Saw. tersebut sudah mencukupi.

Isra’ adalah perjalanan di atas bumi, ia merupakan salah satu bahan cerita bagi orang² Quraisy yg sedang berada di perjalanan, dimana mereka harus menunggangi unta selama satu bulan penuh. Karena itulah percakapan antara orang Quraisy dan Rasulullah Saw. pada saat Isra’ menjadi terbatas.

Di sepanjang perjalanan Isra’, Rasulullah Saw. menunggangi Buraq, ia adalah seekor binatang melata (Dabbah). Beliau tidak menggunakan binatang yg bisa terbang. Sebaliknya Beliau menggunakan binatang yg melata dan bisa berjalan di atas tanah. Binatang itu dapat membalikkan sebuah wadah dengan tapak kakinya, seperti yg dilakukannya setelah kembali. Ini untuk mempertegas keempirisan peristiwa Isra’. Binatang bernama Buraq ini —sekalipun sebagian orang mengatakan bahwa kecepatannya adalah kecepatan cahaya, dan namanya (Buraq) mirip dengan kata barqun (kilat)— menurut kami, kecepatan Buraq dijelaskan oleh sabda Rasulullah Saw. yg mengatakan: “Ia meletakkan tapak kakinya di batas ujung matanya memandang.”

Artinya, langkah Buraq dapat mencapai tempat sejauh matanya memandang. Jadi, Buraq ini dapat melata secepat mata memandang. Kecepatan ini memungkinkan Rasulullah Saw. untuk melihat seluruh peristiwa yg terjadi di sepanjang perjalanan, juga dapat melihat bekas² tapak kaki orang. Rasulullah Saw. berpindah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, bukan dengan dilipatnya bumi ini melainkan dengan menempuh perjalanan biasa pada umumnya. Beliau juga melihat peristiwa² dan bekas² tapak kaki manusia di sepanjang perjalanan. Inilah mukjizat hakiki yg membuat orang² Qurasiy kebingungan, dimana Beliau mampu menempuh suatu perjalanan hanya dalam waktu singkat, padahal mereka sendiri membutuhkan waktu satu bulan penuh. Kekuasaan Allah mampu mengubah seluruh barometer ruang dan waktu.

Mendaki Tangga Langit

Mulai Perjalanan

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Buku Lain

Rekomendasi

Di sejumlah pesantren salafiyah, buku ini (Tanwir al-Qulub) biasanya dipelajari bersamaan dengan kitab-kitab fikih. Yang sedikit membedakan, kitab ini ditulis oleh seorang pelaku tarekat sekaligus mursyid dari tarekat Naqsyabandiyah.

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

“Tingkatan Alam Menurut Para Sufi” فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُّوحِى فَقَعُوا لَهُۥ سٰجِدِينَ “Maka…

Islam, Iman dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى…

Hidup Ini Terlalu Singkat

Postingan yg indah dari Bunda Amanah: Bismillahirrahmanirrahim. “Hidup ini Terlalu Singkat” Oleh: Siti Amanah Hidup…
All articles loaded
No more articles to load

Mengenal Yang Mulia Ayahanda Guru

Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.

Silsilah Kemursyidan

Dokumentasi

Download Capita Selecta

Isra' Mi'raj (Rajab)

26 Jan - 05 Feb

Ramadhan

30 Mar - 09 Apr

Hari Guru & Idul Adha

20 Jun - 30 Jun

Muharam

27 Jul - 06 Ags

Maulid Nabi

28 Sep - 08 Okt

Rutin

30 Nov - 10 Des

All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load

Kontak Person

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Abangda Teguh

Sidoarjo, Jawa Timur

WhatsApp
Facebook
Telegram
Twitter
Email
Print