Syaikh Ibnu Arabi merupakan sosok pemikir yg sangat dikenal dalam jagad sufistik. Seseorang yg mengaku menggeluti dunia tasawuf, khususnya pemikiran sufistik, akan dipandang aneh ketika tidak kenal dengan Syaikh Ibnu Arabi. Sebab Syaikh Ibnu Arabi merupakan tokoh sufi garda depan yg dikenal sebagai penulis karyaĀ² sufistik sekaligus sebagai orang yg menjalani laku sufistik. Sebagai manusia jasmani Syaikh Ibnu Arabi tidak melupakan kehidupan sehari-hari, dia tetap terjun dan bergelut dengan berbagai hal yg terkait dengan aktivitas manusia secara umum, belajar dan ikut mengabdi kepada para ulama, menempuh perjalanan ke berbagai negara dalam rangka tafaqquh fiddin, berbicara dengan orang2 dari berbagai lapisan masyarakat.
Tetapi sebagai manusia ruhani, Syaikh Ibnu Arabi merupakan di antara sedikit orang yg mampu melakukan petualangan spiritual hingga ke puncak tertingginya, dia secara spiritual merupakan manusia istimewa yg mampu mendaki sebuah dunia murni spiritual, sebuah dunia yg otoritasnya hanya berada di bawah kekuasaan Rasulullah Muhammad Saw. Baginda Muhammad Saw. sebagai Rasul dan Nabi merupakan manusia yg sempurna pencapaian keruhaniannya. Puncak keruhanian Sang Nabi inilah yg dikuak oleh tokoh sufi ini.
Isra’-Mi’raj yg dilakukan oleh Rasulullah Muhammad Saw. dalam perspektif sufistik merupakan sebuah perjalanan ruhani agung, yg hanya bisa dicapai oleh manusia istimewa. Inilah yg ditulis oleh Syaikh Ibnu Arabi. Terkait dengan ini, seluruh karya Syaikh Ibnu Arabi berbicara mengenai kepemimpinan Rasulullah Muhammad Saw. dan tentang kedudukan Sang Nabi sebagai satuĀ²nya orang yg menempati tahta semesta kesempurnaan di kerajaan ruhani. Kitab al-Isra’ ila Maqam al-Asra yg dibahas oleh Syaikh Ibnu Arabi ini menjelaskan kepemimpinan Rasulullah Muhammad Saw. yg berada di atas puncak bangunan spiritual alam semesta tersebut.
Mi’raj keruhanian yg dicontohkan oleh Rasulullah Saw. tersebut menurut Syaikh Ibnu Arabi juga bisa dilakukan oleh para wali, tentu saja dengan kualitas yg berbeda dengan yg dicapai oleh Rasulullah Saw. Syaikh Ibnu Arabi memandang bahwa mi’raj seorang Sufi atau mi’rajnya seorang wali adalah sebuah keistimewaan sebagai pengikut Rasulullah Muhammad Saw. Selain arwahĀ² para wali dari kalangan umat Rasulullah Muhammad Saw., dalam mimpi mereka, tidak akan mengalami peristiwa mi’raj ke langit ketujuh, ke surga, ataupun ke neraka.
Mi’raj Sufi itu sendiri adalah mi’raj taklidi. Bagaimana mungkin kita bisa tahu urutan keberadaan para Nabi Allah alaahimussalam di ketujuh langit itu atau memperoleh pengetahuanĀ² lainnya seputar mi’raj, apabila Rasulullah Saw. sendiri tidak memberitahu kita dalam mi’raj Beliau?! Mi’raj seorang Wali āberdasarkan penjelasan kitab yg anda pegang sekarang adalah visi dalam mimpi yg memiliki dasar dan akarnya dalam riwayatĀ² hadits tentang mi’raj. Untuk itulah terasa penting apabila kita mengkaji terlebih dahulu simbolĀ² dan maknaĀ² seputar mi’raj Nabi, sebab ia adalah pangkal dan percontohan.
Buku ini merupakan karya penting karena membahas secara eksploratif dan intensif mengenai peristiwa Isra’ Mi’raj yg pernah dialami oleh Nabi. Peristiwa agung dalam sejarah ini dikaji dalam perspektif tasawuf, sehingga sangat basah dengan spiritual. Apa yg ditulis oleh Syaikh Ibnu Arabi ini merupakan penjelasan mi’raj ruhani untuk menghadap āTuhanā.
Selamat membaca dan mendaki tanggaĀ² spiritual yg disuguhkan oleh Syaikh Ibnu Arabi!