Dlm Fathur Rabbani:
karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs.
Majelis ke-48:
“Amal Shaleh”
Pengajian Selasa sore, 8 Sya‘ban 545 H, di Madrasah.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa yg berhias untuk manusia dengan apa yg disukainya, dan tampil di hadapan Allah dengan apa yg dibenci-Nya, maka ia akan menemui Allah Ta’ala sambil Dia murka kepadanya.”
Simak penuturan kenabian ini, hai orang² munafik, hai orang² yg menjual Akhiratnya dengan dunia, dan yg menjual Allah Ta’ala dengan makhluk. Hai para penjual! Tidak ada yg kekal dengan sesuatu yg fana. Perdaganganmu telah rugi besar dan modalmu telah lenyap.
Celakalah! Kalian telah menantang kemurkaan Allah Ta’ala dan kebencian-Nya, sebab barangsiapa berhias untuk manusia dengan sesuatu yg tidak sepatutnya, maka Allah Ta’ala akan murka kepadanya. Hiasilah lahiriahmu dengan sopan santun syara’ dan (hiasi pula) batinmu dengan mengeluarkan makhluk dari dalamnya; tolaklah pintu² mereka dan binasakan mereka di hatimu, hingga seolah mereka tidak tercipta dan tidak lagi kau lihat mudharat atau manfaat di tangan mereka. Engkau telah sibuk menghiasi fisikmu, dan melupakan perhiasan hati. Perhiasan hati adalah dengan tauhid, ikhlas, dan percaya penuh pada Allah Ta’ala, juga dengan senantiasa berdzikir mengingat-Nya dan melupakan selain-Nya.
Nabi ‘Isa as. menuturkan: “Amal shaleh adalah hal yg tidak disukai untuk diemban.” Hai orang² yg bodoh dan gila di sisi Akhirat dan berakal di sisi dunia! Akalmu tidak akan berguna apapun bagimu. Berusahalah memperoleh keimanan, dan jika sudah kau peroleh iman, maka bertaubatlah, mintalah maaf, sesali dan alirkan air mata di pipimu, karena tangisan ketakutan pada Allah Ta’ala bisa memadamkan api maksiat dan kemurkaan Allah Ta’ala. Jika engkau bertaubat dengan segenap hatimu, maka cahaya taubat yg tulus akan membias di wajah.
Wahai pemuda! Berusahalah untuk menjaga nurani semampumu. Jika engkau menang, maka engkau tidak akan dicela (dan dimurka). Cinta menghancurkan dinding² peringatan dan ketertutupan, dinding malu, dinding wujud (kemanusiaan), dan dinding memandang makhluk. Seorang mutakallif diperintahkan untuk mengeluarkan cinta, sementara seorang mukallaf yg kalah, justru bercelak dengan debu kaki cinta, karena ini merupakan kejiwaan, keruhanian, naluriah dan ketuhanan (Rabbani).
Berusahalah untuk tidak menjadi dirimu, tetapi menjadi Dia. Berusahalah untuk tidak bergeming dalam menolak mudharat darimu, dan jangan bergerak pula dalam meraih manfaat untukmu, sebab jika kau lakukan hal itu, maka Allah Ta’ala akan mengirimkan seseorang untuk melayanimu dan menghalau derita dari dirimu.
Bersamalah dengan-Nya seperti mayat bersama orang yg memandikannya, juga seperti Ahl al-Kahfi bersama Jibril as. Bersamalah dengan-Nya tanpa wujud (tabiat kemanusiaan), ikhtiar memilih, juga pengaturan secara total. Kokohlah berdiri di hadapan-Nya di atas pijakan kedua kaki iman dan nafsumu, saat turun beban² qadha dan qadar-Nya. Iman berdiri kokoh bersarma takdir-Nya, sementara kemunafikan lari menjauhinya.
Orang yg munafik tampak semakin kurus badannya, seiring dengan hari² dan malam yg telah dilaluinya, namun hawa nafsu dan tabiatnya semakin gemuk dan kedua mata hati serta nuraninya buta, pintu rumahnya terlihat indah, namun kondisi dalam rumah porak-poranda, dzikirnya kepada Allah Ta’ala hanya di bibir saja tanpa mengikutsertakan hatinya, dan kemarahannya dikarenakan nafsu, bukan demi Allah Ta’ala. Sebaliknya, seorang Mukmin berdzikir kepada Allah dengan sinergi lisan dan hatinya, bahkan dalam banyak kondisi, hatinya tetap berdzikir, meski lisannya diam membisu, dan kemarahannya pun dikarenakan demi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, bukan karena dorongan hawa nafsu, tabiat, dan dunianya. Ia tidak dengki dan tidak didengki, serta tidak pula ikut berlomba memperebutkan keberuntungan dengan para pemilik keberuntungan.
Wahai pemuda! Jangan, dan sekali lagi jangan sampai engkau berlomba menyaingi orang yg beruntung, sebab ia akan selamat dan semakin naik, sementara dirimu akan binasa, jatuh, terhina, dan tertunduk malu (oleh keterbukaan aibmu). Bagaimana mungkin engkau bisa merubah keberuntungannya dengan persainganmu, sementara ilmu Allah telah menentukan preseden (ketetapan terdahulu) atas hal tersebut. Jika engkau menandingi Allah Ta’ala dalam preseden ilmu-Nya atas dirimu dan selainmu, maka engkau akan jatuh dari pandangan-Nya dan ilmumu tidak akan bermanfaat apa² bagimu sebagaimana disinyalir dalam firman Allah Ta’ala:
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
“Bekerja keras lagi kepayahan.” (QS. Al-Ghasyiyah [88]: 3)
Bertaubatlah sekarang juga pada Allah Ta’ala. Orang yg terjaga (al-ma’shum) adalah orang yg cerdas. Jangan surutkan langkah menuju-Nya hanya karena bala cobaan yg ditimpakan-Nya padamu. Tunggu saja hingga Dia berkenan mengangkatnya kembali darimu dan jangan pernah berputus asa, sebab dari jam ke jam adalah pembebasan. Dia bergerak dari satu komunitas ke komunitas lain. Karena itu, bersabarlah bersama-Nya dan ridhalah menerima takdir-Nya sebab:
لَا تَدْرِيْ لَعَلَّ اللّٰهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذٰلِكَ اَمْرًا
“Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yg baru.” (QS. At-Talaq [65]: 1)
Jika engkau mampu bersabar (dan bertahan), maka Dia akan meringankan bala cobaan pada dirimu dan Dia akan membuat hal baru bagimu yg Dia sukai dan kau sukai pula, namun jika engkau terus bersedih dan menentang, maka Dia akan semakin memberatkan beban bala cobaan itu atas dirimu, bahkan Dia akan menambahkan siksaan padamu karena penentanganmu atas-Nya. Penolakan dan penentanganmu atas-Nya ini disebabkan keterpakuanmu bersama hawa nafsu, ambisi dan kecintaan pada duniawi, serta bara semangat untuk menumpuknya.
Wahai manusia! Jika memang sudah menjadi keharusan yg mesti engkau jalani, maka tempatkanlah nafsumu di pintu dunia, hatimu di pintu Akhirat, dan nuranimu di pintu Allah Ta’ala sampai datang masa ketika nafsu berubah menjadi hati dan merasakan apa yg dirasakannya, juga hati berubah menjadi nurani dan merasakan apa yg dirasakannya, lalu nurani berubah menjadi kefana’an yg lebur di dalam-Nya, tanpa merasakan dan tanpa dirasakan, untuk kemudian Dia akan menghidupkannya kembali hanya untuk-Nya. Ketika itulah, nilai takaran setiap dirham dari-Nya akan berubah menjadi seribu takaran sebandingnya, lalu Dia akan menjadikannya emas. Ini merupakan puncak totalitas yg asli dan kekal. Beruntung sekali orang yg bisa mengerti apa yg aku ucapkan ini dan mengimaninya. Beruntung sekali orang yg mengamalkannya dan ikhlas dalam melakukannya. Beruntung sekali orang yg bekerja dengan tangannya sendiri untuk kemudian mendekatkannya pada Yang Maha Menyuruhnya untuk beramal (al-ma’mul bih).
Wahai pemuda! Jika engkau mati, maka engkau akan dapat melihat dan mengenaliku. Engkau akan melihat aku di sebelah kanan dan kirimu sambil memikul beban dan menjauhkannya darimu, serta memohon untukmu. Sampai kapan engkau menyekutukan-Nya dengan manusia dan menyandarkan dirimu pada mereka? Engkau harus mengetahui bahwa tak seorang pun dari mereka yg dapat memberi manfaat atau menimpakan mudharat padamu, baik yg kaya maupun yg miskin, yg mulia ataupun yg jelata. Engkau seharusnya bersama Allah Ta’ala dan tidak bersandar pada manusia, juga pada profesi, dan daya kekuatanmu.
Bersandarlah pada kemurahan karunia Allah Ta’ala. Sandarkanlah nasibmu pada Yang Memberimu kemampuan untuk bekerja dan menganugerahimu rezeki. Jika engkau lakukan instruksi ini, maka Dia akan menjalankanmu bersama-Nya dan Dia akan memperlihatkan keajaiban² qudrah dan preseden -Nya (ketetapan terdahulu) kepadamu. Dia akan mengantarkan hatimu kepada-Nya dan setelah sampai kepada-Nya, Dia akan mengingatkan tentang hari² yg dulu, sebagaimana kebiasaan penghuni Surga yg sering mengenang masa² hidup di dunia.
Jika engkau mampu menembus jaring sebab, maka engkau sampai pada Sang Penyebab (musabbib). Jika engkau mampu menembus kebiasaan (al-‘adah), maka kebiasaan (al-‘adah) pun tertembus untukmu. Siapa yg melayani akan dilayani. Siapa yg patuh, akan dipatuhi. Siapa yg memuliakan, akan dimuliakan. Siapa yg mendekat, akan didekatkan. Siapa yg merendah, akan diangkat. Siapa yg murah hati, akan dimurahi. Siapa yg bersikap santun, akan didekatkan. Kesantunan budi mendekatkanmu (pada-Nya) dan keburukan perilaku menjauhkanmu (dari-Nya). Kesantunan budi adalah ketaatan pada Allah dan keburukan perilaku adalah kemaksiatan pada-Nya.
Wahai manusia! Janganlah kalian menunda-nunda kehormatan bagi diri kalian serta menghitung-hitung diri atasnya. Segeralah mencapai kehormatan kalian di dunia sebelum Akhirat. Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sungkan untuk menghisab orang² yg wara‘ dari hamba²Nya selama di dunia.”
Berlakulah wara‘ (menjaga kehormatan diri), jika engkau tidak ingin kenistaan menimpa dirimu. Jagalah kehormatan diri dalam bertingkah laku di dunia. Jika tidak, maka syahwatmu akan berubah menjadi rutuk penyesalan di dunia dan Akhirat. Dinar adalah rumah Neraka dan dirham adalah rumah duka, apalagi jika engkau memperolehnya dengan cara yg haram dan membelanjakannya di jalan yg haram. Kelak apa yg aku ucapkan hari ini akan terungkap jelas bagimu. Engkau telah buta dan tuli. Rasulullah Saw. bersabda:
“Kecintaanmu pada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli.”
Telanjangilah hatimu dari dunia, serta laparkan dan hauskan ia hingga Allah Ta’ala berkenan memberi pakaian, makan dan minum untukmu. Serahkan lahir dan batinmu pada-Nya, dan jangan coba mengatur (kehidupanmu) sebab hal itu merupakan otoritas-Nya, bukan otoritasmu. Jadilah Zukara (buruh) selamanya, sebab dunia adalah rumah kerja dan Akhirat adalah rumah upah (gaji), rumah anugerah, dan rumah karunia. Inilah hal yg biasa di kalangan kaum shaleh. Jarang sekali Allah Ta’ala membebaskan mereka dari (kewajiban) kerja di dunia, lalu menganugerahi, dan menyayanginya, serta menyegerakan kesenggangan baginya sebelum Akhirat tiba, membatasinya dalam menjalankan kewajiban², dan melonggarkannya dari amalan² sunnah, karena kewajiban tidak gugur dalam segala tingkatan ahwal dan maqamat. Semua ini adalah hak orang² pilihan dari jajaran hamba² Allah Ta’ala, dan mereka ini sangat jarang sekali.
Wahai pemuda! Berzuhudlah dan ridhalah terhadap segala penerimaan, niscaya engkau akan merasakan kenyamanan dunia. Jika engkau memiliki bagian duniawi, pasti ia akan sampai ke tanganmu, dan bagian² itu sendirilah yg akan mendatangimu, sehingga engkau pun menjadi orang yg luhur, mulia, dan disegani. Jangan makan dengan nafsu dan kesenangan, sebab hal itu akan menjadi hijab yg menghalangi hatimu dari Allah Ta’ala.
Orang Mukmin tidak makan sendirian dengan nafsunya, tidak berpakaian karena dorongan nafsu, serta tidak bersenang-senang, akan tetapi mereka makan untuk menguatkan fisik dalam rangka melaksanakan ketaatan pada Allah Ta’ala. Ia makan apa yg ditetapkan oleh kaki² lahirnya dan apa yg ada di hadapannya dengan landasan syara‘, tidak dengan dorongan hawa kesenangan, sementara seorang wali hanya makan jika diperintahkan oleh Allah Ta’ala, sedangkan para abdal (pengganti Nabi), yg merupakan perdana menteri quthb (hierarki tertinggi kaum Sufi) makan dengan dorongan perbuatan Allah Ta’ala. Makan dan perilaku seorang quthb persis seperti cara makan dan perilaku Rasulullah Saw. Bagaimana tidak berlaku demikian, sementara ia adalah anak, pengganti, serta khalifah Rasul di tengah² umatnya. Di samping sebagai khalifah Rasul, ia juga merupakan khalifah Allah Ta’ala. la adalah khalifah batin dan imam kaum Muslimin yg lebih dimuliakan daripada khalifah lahir. Dialah orang yg harus ditaati dan diikuti oleh kaum Muslimin. Dikatakan bahwa seorang pemimpin kaum Muslimin yg adil, maka ia adalah quthb zaman.
Jangan kalian kira permasalahan ini remeh. Allah telah menugaskan seorang (malaikat) untuk mencatat segala perbuatanmu, baik yg lahir maupun batin. Kelak pada Hari Kiamat, setiap orang akan di datangkan beserta malaikat yg bertugas mengawalnya di dunia dan menulis semua kebaikan dan keburukannya. Para malaikat tersebut membawa 99 dokumen. Masing² dokumen menunjukkan kebaikan dan keburukan, serta semua yg telah diperbuatnya. Allah lalu menginstruksikan untuk membacanya semua, dan mereka pun langsung membacanya, meskipun pada waktu di dunia ia tidak cakap membaca dan menulis, sebab dunia adalah rumah hikmah, sementara Akhirat adalah rumah qudrah.
Dunia membutuhkan sarana dan peralatan, sedangkan Akhirat tidak membutuhkan semua itu. Jika ada yg mengingkari apa yg tertulis dalam dokumen² tersebut, maka anggota badannya langsung angkat bicara. Setiap anggota badanmu akan berbicara tegas tentang semua yg telah diperbuatnya di dunia. Kalian diciptakan untuk sesuatu yg agung, namun kalian tidak menyadarinya. Allah Ta’ala berfirman:
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main² (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 115)
[]