Dlm Fathur Rabbani:
Majelis ke-42:
“Cinta Demi Allah”
Pengajian pagi, 19 Rajab 545 H. di Madrasah.
Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yg senang untuk menjadi manusia yg paling mulia, maka bertakwalah ia pada Allah. Barangsiapa yg berhasrat menjadi manusia yg paling kuat, maka tawakkal (berserah diri)lah pada Allah. Barangsiapa yg ingin menjadi manusia yg paling kaya, maka yakinlah dengan apa yg ada di sisi Allah lebih daripada apa yg ada di tangan kalian.”
Barangsiapa yg menginginkan kemuliaan dunia dan Akhirat, maka bertakwalah pada Allah Ta’ala, sebab Dia berfirman:
يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَأُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقٰىكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki² dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yg paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13)
Kemuliaan terkandung dalam ketaatan kepada-Nya dan kehinaan terletak pada kemaksiatan terhadap-Nya.
Barangsiapa yg menginginkan kekuatan dalam agama Allah Ta’ala, maka bertawakallah pada Allah Ta’ala, sebab tawakkal bisa menyehatkan hati, menguatkan, menatanya, dan bisa memperlihatkan kepadanya berbagai keajaiban². Jangan pasrahkan diri pada dirham, dinar, dan sarana duniawimu, sebab hal itu akan melemahkanmu, akan tetapi berserah dirilah pada Allah, sebab Dia akan menguatkanmu, memperhatikanmu, lembut terhadapmu, dan membukakan (pintu rezeki) bagimu dari arah yg tidak kau sangka², serta (yg terpenting) Dia akan menguatkan hatimu, sehingga engkau pun menjadi tidak terlalu peduli dengan datang perginya duniawi, juga penerimaan dan penolakan manusia. Ketika itulah, engkau menjadi manusia yg terkuat, namun jika (kemudian) engkau serahkan dirimu pada harta benda, jabatan, keluarga, dan sarana² duniawi lainnya, maka engkau telah memasang badan untuk dimurkai Allah dan siap kehilangan semua ini. Sebab Dia sangat pencemburu. Dia tidak suka jika ada selain-Nya di hatimu.
Lebih lanjut, barangsiapa yg menginginkan kekayaan dunia dan Akhirat, maka hendaklah ia mempercayakan diri hanya kepada Allah, tanpa selain-Nya. Berdiri di pintu-Nya dan malu dengan-Nya Jika sampai ia mendatangi pintu selain-Nya, juga hendaklah ia pejamkan mata dari melihat selain-Nya, maksudnya mata hati, bukan mata fisik. Bagaimana engkau bisa percayakan diri pada apa yg kau miliki di tanganmu, sementara ia rentan hilang, dan kau tinggalkan kepercayaan diri pada Allah Ta’ala yg tiada akan pernah lengser menghilang, Ketidaktahuanmu pada-Nya telah menyeretmu untuk mempercayakan diri pada selain-Nya. Kepercayaan pada-Nya adalah puncak kekayaan, dan kepercayaan pada selain-Nya adalah puncak kefakiran.
Hai orang yg mengabaikan ketakwaan! Engkau telah haramkan kemuliaan dunia dan Akhirat bagi dirimu. Hai orang yg berpasrah diri pada manusia dan sarana² duniawi! Engkau telah haramkan kekuatan dan kehormatan bersama Allah Ta’ala, di dunia dan Akhirat. Hai orang yg mempercayakan diri pada apa yg dimilikinya! Engkau telah haramkan kekayaan bersama Allah Ta’ala, dunia dan Akhirat.
Wahai pemuda! Jika engkau ingin menjadi orang yg bertakwa, tawakkal, dan penuh kepercayaan, maka engkau harus bersabar, sebab sabar adalah pondasi bagi segala kebajikan. Jika niatmu untuk bersabar sudah benar, dan kesabaranmu kau dedikasikan hanya demi meraih Wajah Allah Ta’ala, maka balasan-Nya untukmu adalah memasukkan cinta dan kedekatan-Nya ke dalam hatimu, di dunia dan Akhirat. Sabar berarti menuruti Allah Ta’ala dalam menjalani qadha dan qadar-Nya yg telah Dia tentukan dengan Ilmu-Nya dan tidak seorang pun dari makhluk-Nya yg mampu menghapusnya. Keyakinan ini harus dipegang kuat² oleh seorang Mukmin yg berkeyakinan, sehingga ia akan mampu bersabar atas apa yg telah ditakdirkan-Nya baginya dengan segala pilihan, bukan keterpaksaan, meski sabar pada mulanya adalah keterpaksaan, namun selanjutnya harus merupakan pilihan sendiri.
Bagaimana engkau mengaku beriman, padahal engkau tidak memiliki kesabaran diri. Bagaimana engkau mengaku makrifat, padahal engkau tidak memiliki keridhaan. Perkara² ini tidak terwujud hanya dengan pengakuan semata, juga omong kosong, sebelum engkau melihat pintu (Allah Ta’ala), lalu engkau tidur di sana sambil berbantalkan pembatas pintu-Nya, dan bersabar menerima injakan kaki² takdir serta kaki² mudharat dan manfaat. Ia hanya menginjak-injak jasad hatimu, bukan jasad wadakmu, dan engkau pun tetap tak bergeming dari tempatmu seolah engkau terbius, hilang kesadaran, dan menjadi jasad tanpa nyawa. Hal ini memang membutuhkan ketenangan tanpa gerak, kesamaran tanpa ingatan, menghilang dari makhluk tanpa presensi kehadiran bersama mereka dari segi hati, nurani, batin, dan makna (esensi).
Berapa banyak aku memberi resep, namun tak pernah juga kau gunakan. Berapa banyak aku menasehati, namun tak pernah pula kau terima nasehatku. Betapa kerasnya hatimu dan betapa tidak tahunya engkau terhadap Allah Ta’ala. Seandainya engkau bisa mengetahui-Nya dan mengimani kepastian perjumpaan dengan-Nya, serta selalu ingat kematian dan apa yg ada di belakangnya, pastilah engkau tidak akan seperti sekarang ini. Tidakkah kau saksikan kematian bapak, ibu, dan keluargamu? Tidakkah kau saksikan pula kematian majikanmu? Tetapi, mengapa engkau tak mengambil nasehat dari mereka, lalu kau halau nafsumu dari pencarian semata duniawi dan keinginan kekal di sana? Ayo, ubah hatimu dan gantilah. Keluarkanlah makhluk dari sana. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yg ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Kalian hanya terus-menerus bicara dan tidak pernah bertindak melaksanakan. Kalaupun beramal, betapa seringnya engkau tidak ikhlas melakukannya. Gunakanlah akal, jangan bersikap kurang santun di hadapan Allah Ta’ala. Berpeganglah dan realisasikan. Bertaubatlah dan pikirkan, semua yg kau lakukan sekarang ini tidak akan bermanfaat apa² bagimu di Akhirat kelak. Engkau terlalu kikir pada dirimu sendiri. Jika saja engkau mau bersikap murah hati padanya, niscaya engkau akan memperoleh apa yg bermanfaat bagimu di Akhirat. Selama ini kau hanya bersibuk dengan sesuatu yg akan habis (hilang) dan melupakan sesuatu yg abadi. Jangan sibukkan dirimu dengan melulu mengumpulkan harta, istri dan anak², sebentar lagi kalian akan dipisahkan dari semua itu. Jangan sibukkan dirimu dengan pencarian duniawi dan kehormatan bersama manusia, sebab mereka tidak akan bisa berbuat apa² pada Allah. Hatimu najis oleh syirik, juga oleh keraguan akan Allah Ta’ala, menuduh-Nya, serta menentang-Nya dalam segala kondisimu. Begitu Dia mengetahui hal itu pada dirimu, maka Dia akan membencimu, bahkan akan memenuhi hati para hamba²Nya yg shaleh dengan kebencian terhadapmu.
Syahdan, ada seorang shaleh yg tidak pernah keluar rumah kecuali menutup matanya (dengan kain) sambil dituntun oleh anaknya. Ketika ditanyakan hal itu padanya, ia menjawab, “Aku tidak akan melihat orang yg kafir pada Allah Ta’ala.” Lalu pada suatu hari, ia keluar rumah tanpa tutup mata, dan ketika dilihatnya (orang kafir), ia pun langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri. Betapa kuatnya semangat (ghirah) orang shaleh terhadap Allah Ta’ala, tetapi bagaimana bisa kalian malah menyembah selain-Nya dan menyekutukan-Nya? Bagaimana bisa engkau memakan nikmat-Nya, tetapi engkau mengingkari-Nya? Bahkan engkau tidak pernah merasa salah dengan hal itu dan terus asyik makan bersama orang² kafir serta duduk semajelis bersama mereka. Semua itu, karena tidak ada keimanan di hati kalian, juga semangat pada-Nya. Kalian harusnya bertaubat, istighfar memohon ampunan dan malu dengan-Nya. Tanggalkanlah baju kekurang-ajaran dan slengekan (tajri) di hadapan-Nya. Jauhilah keharaman duniawi dan syubhatnya, kemudian jauhi pula memakan kemubahannya dengan hawa nafsu dan syahwat, sebab memakannya dengan hawa nafsu dan syahwat akan bisa melenakanmu dari Allah Ta’ala. Rasulullah Saw. bersabda:
“Dunia adalah penjara orang Mukmin.”
Bagaimana mungkin seorang terpidana akan bisa bergembira di dalam penjaranya. Ia tidak bersuka cita, melainkan hanya bergembira di wajah sambil menyimpan kesedihan di hatinya. Kegembiraannya hanya terbias di lahirnya, sementara petaka mengiris-iris kedalaman batinnya, kesunyian, dan esensi maknanya. Ia terlukakan oleh maksiat di balik bajunya, namun ia bungkus lukanya dengan baju senyumnya. Karena itulah, Allah Ta’ala dan malaikat bangga dengannya sambil mengacungkan jari jempol masing² pada pemberani² ini di dalam daulat agama Allah Ta’ala dan nuraninya. Mereka senantiasa bersabar bersama-Nya dan menelan pil pahit takdir²Nya, hingga Dia pun langsung jatuh cinta pada mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِينَ
“Allah menyukai orang² yg sabar.” (QS. Al-‘Imran [3]: 146)
Dia hanya memberi bala cobaan demi kecintaan-Nya padamu. Semakin kau jalankan perintah²Nya dan kau tinggalkan larangan²Nya, maka semakin besar pula cinta-Nya, dan semakin engkau bersabar atas bala cobaan-Nya, maka semakin besar pula kedekatan-Nya. Seorang (shaleh) bertutur: “Allah enggan menyiksa kekasih-Nya, akan tetapi Dia hanya menguji dan menyabarkannya.” Rasulullah Saw. juga bersabda:
“Seolah dunia itu tidak ada, dan seolah Akhirat itu tidak berakhir.”
Hai para pencari dunia, juga pecinta dunia, datanglah kepadaku! Akan kuberitahukan pada kalian cela² keburukan dunia. Akan kutunjukkan pada kalian jalan menuju Allah Ta’ala. Akan kumasukkan kalian ke dalam jajaran orang² yg hanya menginginkan Wajah Allah Ta’ala. Kalian telah gila. Dengarkan baik² apa yg kukatakan pada kalian dan laksanakanlah, serta ikhlaslah dalam melaksanakannya. Jika kalian mengetahui apa yg kututurkan dan meninggal di atas landasan amal, maka kalian akan terangkat ke ‘Illiyyin (ketinggian) dan kalian akan bisa melihat semuanya dari sana. Kalian akan melihat keaslian ucapanku dari sana, lalu kalian akan memanggilku dan menyerahkan diri padaku, untuk kemudian merealisasikan hakikat yg aku tunjukkan.
Hai manusia! Hilangkanlah tuduhan miring terhadapku dari hati kalian. Aku bukanlah orang yg suka bermain dan pencari duniawi, akan tetapi aku hanya menyampaikan kebenaran dan menunjukkannya. Seumur hidupku, aku senantiasa berbaik sangka pada kaum shaleh dan berkhidmat melayani mereka, dan itulah yg akan berguna bagiku kelak. Aku tidak menginginkan upah dari kalian atas nasehat dan ceramahku pada kalian, akan tetapi harga ceramahku adalah mengamalkannya. Ini adalah perkataan yg pantas untuk khalwat dan ikhlas. Kemunafikan akan terputus dengan terputusnya tali (hidup) dan sarana² duniawi. Lihatlah pada iman dan keyakinan, jangan hawa nafsu, serta bersedekahlah pada orang Mukmin, jangan pada orang munafik.
Wahai manusia! Tinggalkanlah igauan² dan angan² bathil, serta sibukkanlah diri dengan dzikir mengingat Allah Ta’ala. Berbicaralah hal² yg bermanfaat bagi kalian dan diamlah dari hal yg bisa memberi mudharat bagi kalian. Jika engkau hendak berbicara, maka pikirkanlah terlebih dahulu apa yg ingin engkau bicarakan, lalu berniatlah untuk hal itu dengan niat yg shaleh, baru setelah itu bicaralah. Mengenai hal ini ada sebuah aforisma menarik, berbunyi: “Mulut orang yg bodoh ada di depan hatinya, dan mulut orang yg berakal dan alim ada di belakang hatinya.” Membisulah kau! Jika Allah menginginkanmu berbicara, maka Dia sendirilah yg akan membuatmu mengucap dan mengurai kata. Jika memang Dia menginginkan sesuatu, maka Dia akan menyiapkanmu untuk itu. Pertemanannya (shuhbah) adalah kebisuan total. Jika kebisuan telah sempurna, maka akan datanglah pengucapan dari-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya, atau bisa juga hal itu akan langgeng hingga masa di Akhirat. Ini adalah arti sabda Rasulullah Saw.:
“Barangsiapa yg mengenal Allah, maka akan kelu lidahnya.”
Dia mengelukan lidah lahir dan batinnya untuk mengajukan penolakan kepada-Nya atas segala sesuatu, dan hanya menurut tanpa interupsi menentang. Dia telah membutakan kedua mata hatinya dari melihat selain-Nya, mengoyak-ngoyak nuraninya, melunturkan amr -nya, dan mencerai-beraikan hartanya, serta mengeluarkannya dari wujud (eksistensi kemanusiaan)nya, serta mengeluarkan dunia dan Akhiratnya, hingga hilanglah nama dan rupanya.
ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنْشَرَهُۥ
“Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.” (QS. ‘Abasa [80]: 22)
Dia mewujudkannya kembali setelah hilang, dan menciptanya lagi menjadi manusia lain. Dia meleburkannya dengan kuasa fana, agar ia mencari perjumpaan (dengan-Nya) dan membangkitkannya kembali dengan kuasa baqa’ agar ia menyeru makhluk dari kefakiran menuju kekayaan (bersama Allah). Kekayaan (yg sejati) adalah kekayaan bersama Allah Ta’ala dan berhubungan dengan-Nya, dan kefakiran (sejati) adalah kejauhan dari-Nya dan merasa kaya bersama selain-Nya.
Orang kaya adalah orang yg hatinya bergembira dengan kedekatan Tuhannya, dan orang fakir adalah yg tidak bisa merasakan demikian. Barangsiapa yg ingin kaya, maka ia harus mengesampingkan dunia dan Akhirat beserta segala isinya dan segala hal selain-Nya. Ia harus mengeluarkan satu demi satu segala sesuatu dari hatinya. Jangan merasa sempit dengan barang sedikit yg ada padamu, sebab Dia akan menjadikan yg sedikit ini sebagai bekal dalam menyusuri jalan menuju-Nya. Dia jadikan segala kenikmatan bagimu, agar kalian menyandarkannya pada-Nya serta kalian jadikan petunjuk menuju-Nya. Sementara itu, Dia jadikan ilmu agar kalian mempelajarinya dan mencari petunjuk lewat cahayanya.
Ya Allah, tunjukkanlah hati kami kepada-Mu.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201)
Wallaahu a’lam.