Dlm Fathur Rabbani:
Majelis ke-36:
“Ikhlas Beramal demi Allah”
Pengajian Selasa sore, 2 Rajab 545 H. di Madrasah.
Dunia adalah pasar. Setelah beberapa saat, tidak akan tersisa seorang pun di sana. Saat menjelang malam, semua penghuninya akan pergi dari sana. Berusahalah agar kalian tidak memperjualbelikan sesuatu di sana kecuali komoditas yg memang bermanfaat bagi kalian kelak di pasar Akhirat, di mana mata uang yg dipakai adalah tauhid dan komoditas yg laku adalah keikhlasan beramal hanya untuk-Nya, namun komoditas ini malah sedikit yg kau miliki.
Wahai pemuda! Gunakanlah akalmu dan jangan terburu-buru, sebab tidak ada sesuatu yg akan kau peroleh dengan keterburu-buruanmu. Jangan datang waktu matahari tenggelam dan waktu subuh. Tidak bisakah engkau bersabar dan bersibuk hingga menjelang waktu maghrib, niscaya engkau akan memperoleh apa yg kau inginkan. Gunakanlah akal dan bersikap santunlah kepada Allah Ta’ala dan makhluk-Nya. Janganlah mendzalimi manusia dan jangan pula engkau meminta sesuatu yg bukan milikmu dari mereka.
Janganlah berbicara hingga datang ijin. Jika sudah, maka engkau akan dapat melihat anugerah sebelum ijin turun, namun mereka tetap tidak bisa memberimu, meski sebiji sawi atau benih pun, juga selautan atau setetes pun kecuali atas izin Allah Ta’ala dan rekomendasi-Nya, serta ilham-Nya pada hati mereka. Jadilah orang yg berakal! Yaitu orang yg berpikir logis. Tetaplah di hadapan Allah Ta’ala! Sesungguhnya rezeki telah dibagi (ditentukan) oleh-Nya dan berada dalam genggaman kekuasaan-Nya.
Celakalah! Dengan wajah apa engkau mau menemui Tuhanmu kelak? Sementara saat di dunia dulu, engkau menentang-Nya, berpaling dari-Nya dan menerima makhluk Nya, menyekutukan-Nya, menumpukan semua kebutuhan dan menyerahkan urusan² penting pada mereka. Membutuhkan manusia adalah siksaan bagi kebanyakan para pengemis, karena mereka tidak keluar untuk mengemis, kecuali dibuntuti dosa dan hanya sedikit saja yg dilakukan tanpa kebencian (karahah). Jika engkau mengemis dan tersiksa, maka engkau terhalang dari rezeki (mahrum) karena penolakanmu atas pemberian.
Wahai pemuda! Prioritas terbaik bagimu saat kondisi kelemahanmu adalah jangan meminta sesuatu pada siapa pun dan jangan sampai engkau memiliki sesuatu yg tidak kau ketahui, tidak kau kenali, dan tidak juga kau lihat hingga engkau tidak dilihat. Jika engkau mampu untuk memberi dan tidak mengambil (bagian rezeki), maka lakukanlah. Jika engkau mampu untuk berkhidmat melayani dan tidak meminta layanan dari orang lain, maka lakukanlah. Kaum (shaleh) hanya berbuat untuk dan bersama-Nya, maka Dia pun kemudian memperlihatkan keindahan²Nya yg menakjubkan di dunia dan Akhirat kepada mereka. Demikian juga Dia perlihatkan kelembutan kasih dan pemeliharan-Nya atas mereka.
Wahai pemuda! Jika engkau tidak memiliki Islam, maka engkau pun tidak memiliki iman. Jika engkau tidak memiliki iman, maka engkau pun tidak akan memiliki keyakinan (iqan). Lalu, jika engkau tidak memiliki keyakinan (iqan), maka tidak akan kau miliki pula makrifat dan pengetahuan tentang-Nya. Ini adalah tangga tingkatan. Jika Islammu memang betul² shahih, maka shahih juga ketundukan (istislam) mu. Jadilah orang yg berserah diri (muslim) pada Allah Ta’ala dalam segala kondisimu dengan tetap menjaga batasan² syara’ dan konsistensi menjalaninya.
Tunduklah pada-Nya dalam persoalan hakmu dan hak selainmu. Bersikap santunlah kepada-Nya dan makhluk-Nya. Jangan dzalimi dirimu dan selainmu, sebab kedzaliman adalah kegelapan di dunia dan Akhirat. Kedzaliman menggelapkan hati dan menghitamkan wajah serta catatan (amal). Jangan berbuat dzalim, atau membantu tindak kedzaliman. Rasulullah Saw. bersabda:
“Seorang juru panggil di Akhirat mengumandangkan, ‘Mana orang² dzalim? Mana pembantu² orang dzalim? Mana orang yg melihat kedzaliman mereka di antara orang yg menyepakati dawai mereka? Kumpulkan mereka (semua) dan tempatkan mereka di dalam kapal api dari Neraka!’”
Menghindarlah dari makhluk manusia dan berusahalah untuk tidak di dzalimi dan mendzalimi, namun jika engkau mampu, maka jadilah orang yg di dzalimi, bukan si pedzalim, juga orang yg dipaksa, bukan orang yg memaksa. Kemenangan Allah Ta’ala di pihak orang yg di dzalimi, apalagi jika ia tidak mendapatkan pembelaan dari satu manusia pun. Rasulullah Saw. bersabda:
“Jika di dzalimi seseorang yg tidak memiliki pembela selain Allah Ta’ala, maka Dia akan bertitah, ‘Sungguh Aku akan memenangkanmu, meski setelah masa (di Akhirat).’”
Kesabaran adalah kunci kemenangan, ketinggian derajat dan kemuliaan. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kesabaran bersama-Mu. Kami memohon juga ketakwaan, kecukupan, kekosongan dari semua dan hanya bersibuk dengan-Mu, serta ungkaplah tirai hijab di antara kami dan diri-Mu.
Hilangkan mediasi² antara kalian dan Dia. Keterpakuan kalian bersama mediasi² ini adalah kebodohan.
Tidak ada kerajaan, sultan, kekayaan, dan kemuliaan kecuali milik Allah Ta’ala semata. Hai orang munafik! Sampai kapan engkau berbuat riya’ dan munafik? Apa yg kau dapat dari orang yg kau munafiki? Celakalah engkau! Tidakkah kau malu pada-Nya dan tidakkah kau mempercayai perjumpaan dengan-Nya? Engkau berbuat suatu amalan untuk-Nya, namun batinmu malah untuk selain-Nya. Engkau menipu-Nya, namun engkau mengemis pengetahuan tentang-Nya. Kembali dan sadarlah dirimu! Perbaiki niatmu pada-Nya. Berusahalah untuk tidak makan sesuap pun, juga tidak berjalan selangkah pun, dan berbuat apa pun kecuali dengan niat yg shaleh, niscaya engkau akan menjadi orang yg shaleh bagi Allah Ta’ala.
Jika hal ini sudah benar, maka semua amal yg engkau perbuat akan engkau dedikasikan untuk-Nya, bukan untuk selain-Nya. Segala beban akan hilang darimu dan niat ini pun menjelma menjadi karakter bagi seorang hamba. Jika memang penghambaannya pada Allah Ta’ala sudah lurus, maka ia tidak lagi merasa terbebani dalam melakukan sesuatu, sebab Dia senantiasa memeliharanya. Jika Dia sendiri yg memeliharanya, maka Dia akan membuatnya kaya dan menutupinya dari makhluk, sehingga ia tidak lagi membutuhkan mereka.
Kelelahan hanya engkau alami selama menjadi murid, qashid, dan sa’ir. Begitu engkau sampai dan menempuh jarak perjalananmu, lalu menetap di rumah kedekatan Allah Ta’ala, maka hilanglah segala beban. Kedamaian bersama-Nya menancap kokoh di dalam hatimu dan terus bertambah hingga engkau berada di sisi-Nya, mula² engkau kecil, kemudian menjadi besar. Jika engkau telah menjadi besar, maka hati akan dipenuhi oleh Allah Ta’ala hingga tidak tersisa lagi jalan atau satu sudut hati pun bagi selain-Nya. Jika engkau ingin mencapai hal ini, maka senantiasalah melaksanakan perintah, menjauhi larangan-Nya, dan tunduk pada-Nya dalam kebaikan dan keburukan, kekayaan dan kefakiran, kemuliaan dan kehinaan, serta saat tercapai tujuan² yg sebagian besarnya menyangkut persoalan dunia dan Akhirat.
Beramallah hanya karena-Nya, dan jangan engkau meminta upah sebiji sawi pun. Beramal sajalah sambil mengharap ridha-Nya (al-musta’mil) dan kedekatan-Nya. Upahmu adalah ridha dan kedekatan-Nya denganmu, di dunia dan Akhirat; di dunia berupa kedekatan hatimu dan di Akhirat berupa kedekatan fisikmu (qalib). Beramallah dan jangan berlomba karena ingin mendapat biji atau benih. Jangan lihat amalmu, akan tetapi (beramallah) sambil anggota badanmu bergerak mengerjakan, sementara hatimu bersama Allah Ta’ala. Jika hal ini telah kau lakukan dengan sempurna, maka hatimu akan memiliki mata pandang. Substansi (ma’na) menjadi berbentuk, yg ghaib menjadi tampak, dan khabar menjadi kasat mata. Ketika seorang hamba berlaku shaleh demi Allah Ta’ala, maka Dia akan senantiasa bersamanya dalam segala kondisi, merubahnya, menggantinya, dan memindahkannya dari satu kondisi ke kondisi yg lain, hingga semua menjadi bermakna, juga menjelma menjadi keimanan, keyakinan, makrifat, kedekatan, dan penyaksian.
Ia juga menjelma menjadi siang tanpa malam, sinar terang tanpa kelam, suci bersih tanpa noda kotoran, hati tanpa nafsu, nurani tanpa hati, fana tanpa wujud, dan keghaiban tanpa ketampakan, di mana ia ghaib dari mereka (manusia) sekaligus dari dirinya sendiri. Semua (kemuliaan) ini berpondasikan keintiman (al-uns) dengan Allah Ta’ala. Jangan berbicara tentang keintiman sebelum keintiman tersebut terjalin sempurna antara engkau dan Tuhanmu.
Menjauhlah dari makhluk, yg tidak memiliki kuasa untuk memberi mudharat dan manfaat. Jauhi pula nafsu dan jangan menurutinya. Kembalikan ia pada ridha Allah Ta’ala. Manusia dan nafsu adalah dua samudera, dua bara api, dan dua lembah padang pasir yg membinasakan. Bertekadlah dan pangkas pembinasa ini, niscaya engkau akan sampai di kerajaan-Nya. Yg pertama (bertekad) adalah penyakit dan yg kedua (pangkas) adalah obat Allah. Tinggalkanlah segala penyakit dan obat, karena obat²an hanya ada di sisi-Nya dan dalam kuasa kepemilikan-Nya, tidak ada seorang pun selain-Nya yg memilikinya. Jika engkau bisa bersabar menghadapi kesendirian, maka akan datang padamu buah keintiman bersama Allah Ta’ala. Jika engkau bisa bersabar menghadapi kefakiran, maka kekayaan akan menghampirimu. Tinggalkanlah dunia, dan carilah Akhirat, kemudian carilah kedekatan dengan Allah Ta’ala. Dengan kata lain, tinggalkanlah makhluk dan kembalilah pada Khaliq.
Celakalah! Makhluk dan Sang Khaliq tidak bisa berkumpul menjadi satu. Juga dunia dan Akhirat tidak mungkin menyatu dalam satu hati. Tidak terbayangkan, tidak sah, dan tidak mungkin terjadi sinergi dalam hal ini sedikit pun. Hanya ada satu pilihan, makhluk atau Sang Khaliq, dunia atau Akhirat. Meski memang dimungkinkan adanya akselerasi, makhluk dalam lahirmu dan Khaliq di kedalaman batinmu, dunia di tanganmu dan Akhirat di hatimu, namun keduanya tidak akan pernah menyatu dalam hati. Perhatikan dirimu dan pilihlah untuknya antara kedua opsi. Jika kau inginkan dunia, maka keluarkanlah Akhirat dari dalam hatimu, dan jika kau inginkan Akhirat, maka keluarkanlah dunia dari hatimu, lalu jika kau inginkan Allah Ta’ala, maka keluarkanlah dunia, Akhirat, dan apa saja selain-Nya dari dalam hatimu. Selama masih ada sebiji sawi hal selain Allah Ta’ala, maka engkau tidak akan bisa melihat kedekatan-Nya di sisimu dan tidak akan terwujud pula bagimu keintiman dan ketenangan bersama-Nya. Selama masih ada sebiji sawi dunia di hatimu, engkau tidak akan bisa melihat Akhirat di hadapanmu, dan selama masih ada sebiji sawi Akhirat di hatimu, engkau tidak akan bisa melihat kedekatan Allah Ta’ala. Gunakanlah akalmu, dan jangan datang ke pintu-Nya kecuali dengan kesungguhan (ash-shidq). Sesungguhnya Sang Pengkritik Maha Melihat.
Celakalah! Engkau sembunyikan aib dirimu dari makhluk, bukan dari Sang Khaliq. Bagaimana engkau menutup-nutupinya, sebentar lagi engkau akan terhina di hadapan manusia dan akan lenyap pula uang dari saku dan rumahmu. Hai orang yg membiarkan kaca pecah begitu saja! Kelak (di Akhirat) ia akan melumatmu dalam botolmu sendiri dan berita peringatan ini akan jelas bagimu. Hai orang yg menelan racun! Sebentar lagi terlihat jelas reaksi racun tersebut di tubuhmu.
Memakan yg haram adalah racun bagi tubuh agamamu. Meninggalkan syukur atas segala nikmat adalah racun bagi agamamu, sebentar lagi Allah Ta’ala akan menghukummu dengan kefakiran, mengemis pada manusia, dan Dia akan mengangkat rasa belas kasihan dari hati mereka padamu. Engkau juga, hai orang yg meninggalkan pengamalan ilmunya! Sebentar lagi Dia akan membuatmu lupa dari ilmumu serta mencabut barakahnya dari dalam hatimu. Hai orang² bodoh! Jika saja kalian mengetahui-Nya, maka kalian akan mengetahui siksa² hukuman-Nya.
Bersikap santunlah kepada-Nya dan makhluk-Nya. Kurangilah berbicara sesuatu yg bukan urusan kalian. Seorang shaleh berkisah, “Ketika kulihat seorang pemuda mengemis, aku katakan padanya, ‘Jika engkau bekerja, maka engkau akan lebih dicintai! Engkau pun lalu dihukum dengan tidak bisa menjalankan qiyam al-lail selama enam bulan (hanya karena bersikap kurang santun dan berkata-kata demikian).’”
Wahai pemuda! Urusanmu adalah kesibukan (yg seharusnya melupakanmu) dari apa saja yg bukan urusanmu. Enyahkanlah nafsu dari dalam hatimu, niscaya engkau akan memperoleh bukti (khabar) bahwa nafsu hanyalah noda kotoran. Setelah kotoran ini enyah, maka akan muncullah kebeningan (hati) dan dengan demikian, engkau telah berubah. Allah Ta’ala berfirman:
لَهُۥ مُعَقِّبٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُونِهِۦ مِنْ وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat² yg selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yg ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yg dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Hai manusia! Simaklah (firman ini). Hai orang² mukalaf, simaklah! Hai orang² baligh dan berakal, simaklah Kalam Sang Pencipta Allah Ta’ala dan berita² peringatan-Nya! Sesungguhnya Dia adalah sebenar-benar Yang Berbicara. Bongkarlah, apa yg dibenci-Nya dari dalam diri kalian karena Allah Ta’ala, niscaya Dia akan menganugerahi kalian apa saja yg kalian sukai. Jalan (menuju-Nya) begitu lebar. Apa yg terjadi dengan kalian, hai manusia! Bangun dan bertekadlah! Beramallah dan jangan lalai selama kedua ujung tali masih di genggaman tangan kalian. Mohonlah pertolongan pada-Nya atas apa yg bisa kau gunakan untuk memperbaiki nafsu kalian. Kendarailah nafsu kalian! Jika tidak, maka kalianlah yg akan dikendarainya.
Nafsu selalu memerintah berbuat keburukan di dunia serta kebejatan di Akhirat. Larilah (menjauh) dari orang² yg bisa menyibukkan dirimu hingga melupakan Allah Ta’ala, sebagaimana kalian lari terbirit-birit dari binatang² buas. Bertransaksilah dengan-Nya, sebab barangsiapa yg bertransaksi dengan-Nya akan mendapatkan untung besar. Barangsiapa mencintai-Nya, Dia akan mencintainya. Barangsiapa menginginkan-Nya, maka Dia akan menginginkannya. Barangsiapa yg mendekat pada-Nya, maka Dia akan mendekat juga pada-Nya. Barangsiapa yg berkenalan dengan-Nya, maka Dia akan mengenalnya.
Dengar dan terimalah penuturanku ini! Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yg berceramah pada manusia sebagaimana halnya diriku. Aku menginginkan makhluk demi kemaslahatan mereka, bukan demi kepentingan diriku. Jikapun aku menuntut Akhirat, aku hanya menuntutnya untuk mereka. Setiap kalimat yg kulontarkan pada kalian tidak kumaksudkan kecuali demi meraih Allah Ta’ala semata, lagi pula untuk apa dunia dan Akhirat, serta segala isinya bagiku? Dia mengetahui kejujuran ucapanku ini, karena Dia Maha Mengetahui hal² yg ghaib. Kemari dan mendekatlah padaku! Aku adalah parameter penimbang, pemilik kurah (kedinian), dan balai penggemblengan.
Hai orang munafik! Untuk apa igauan kosongmu itu. Betapa banyak engkau mengatakan “Aku,” namun siapa engkau? Celakalah! Engkau memandang selain-Nya (dalam peran manfaat dan mudharat) dan engkau katakan, “Kami merasa damai dengan selain-Nya,” namun engkau juga mengatakan, “Aku merasa intim dengan-Nya.” Kau sebut dirimu orang yg ridha dan kau sebut sikap menentang sebagai sabar. Sungguh kutu busuk akan mengagetkanmu dan meniadakanmu.
Jangan bicara hingga dagingmu mati (rasa), karena terlalu banyak derita dan petaka di dalamnya, sampai² sayatan gunting² petaka tidak akan terasa sakit lagi baginya. Tubuhmu pun menjadi tanpa daging lagi, dan hatimu juga kosong dari dunia dan Akhirat. Maka, jadilah dirimu orang yg tiada (‘adam) dalam ketiadaan nafsu dan kekosongan dunia serta Akhirat seisinya, namun jadilah pula orang yg ada (wujud) dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Dia mengadakanmu, dan perbuatan-Nya menggerakkan serta mengokohkanmu selagi engkau berada dalam keghaiban bersama-Nya. Suatu maqam tidak akan kokoh bagimu, hingga maqam tersebut telah shahih bagimu.
Allah Ta’ala tidak menuntut simbolisme dari seorang hamba, melainkan hanya menuntut esensinya, yaitu tauhid dan keikhlasan, keenyahan cinta dunia dan Akhirat dari dalam hatinya, dan pengucilan segala sesuatu darinya. Jika hal ini telah sempurna ia jalankan, maka Allah akan mencintainya, mendekatinya dan mengangkat derajatnya di atas selainnya.
Wahai Yang Maha Tunggal, sendirikanlah kami hanya untuk-Mu, bersihkanlah kami dari makhluk, dan tuluskanlah kami hanya untuk-Mu. Buktikanlah kebenaran klaim² pengakuan kami dengan bukti kemurahan dan kasih sayang-Mu, baguskanlah hati kami dan mudahkanlah urusan kami. Jadikanlah keintiman kami hanya dengan-Mu dan kebuasan kami untuk selain-Mu. Jadikanlah pula angan pikiran kami menjadi satu konsentrasi, yaitu pikiran tentang-Mu dan kedekatan dengan-Mu dunia dan Akhirat.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201). []