Majelis ke-30:
“Mengakui Nikmat² Allah”
Pengajian pagi 106 Jumadi al-Akhirah 545 H. di Ribath.
Beruntunglah orang yg mengakui kenikmatan² Allah di hadapan-Nya dan menyandarkan semua hanya pada-Nya. Dia tanggalkan dirinya, sarana² (duniawi), serta daya dan kekuatannya. Orang berakal adalah orang yg tidak menghitung-hitung amalan pada Allah dan tidak pula meminta balasan dari-Nya dalam segala kondisi.
Celakalah! Engkau sembah Allah Ta’ala tanpa landasan ilmu. Engkau juga berzuhud tanpa ilmu, dan engkau ambil pula dunia tanpa ilmu. Itu adalah hijab di balik hijab, murka di atas kemurkaan. Engkau tidak bisa membedakan antara yg baik dan yg buruk, juga yg positif dan negatif bagimu. Engkau tidak pula mengetahui kawan dan lawan. Semua itu karena ketidakmengertianmu akan hukum Allah Ta’ala dan kemungkiranmu dari khidmat melayani para Syaikh. Syaikh² amal dan ilmu-lah yg bisa menunjukkanmu pada jalan Allah Ta’ala. Ucapan dahulu, baru tindakan.
Dengan ilmu, engkau akan sampai pada Allah Ta’ala dan tidak ada orang yg sampai pada Allah Ta’ala kecuali dengan iimu, zuhud menjauhi keduniaan dan berpaling darinya dengan segenap hati dan qalib (fisik). Seorang mutazahhid mengeluarkan dunia dari tangannya, sementara pezuhud sejati yg benar² berzuhud mengeluarkannya dari dalam hatinya. Mereka berzuhud meninggalkan dunia dengan segenap hati mereka, sehingga zuhud kemudian menjadi karakter mereka yg sudah mendarah-daging dalam lahir dan batin mereka. Api tabiat mereka telah padam, hawa kesenangan mereka telah terpecah-pecah, nafsu mereka diam dan tenang, serta keburukannya pun telah hilang.
Wahai pemuda! Zuhud model ini bukanlah keterampilan yg dipelajari, dan bukan pula sesuatu yg kau ambil, lalu kau buang. Akan tetapi, ia adalah jenjang langkah demi langkah yg dimulai dengan menatap wajah dunia. Dilihatnya dunia sebagaimana rupa dunia yg dilihat oleh orang² terdahulu dari para Nabi dan Rasul, juga para wali dan abdal yg setiap zaman tidak pernah kosong dari mereka.
Pandangan mereka atas dunia sah dengan mengikuti para pendahulu dalam ucapan dan tindakan mereka. Maka jika engkau juga mengikuti mereka, tentunya engkau akan melihat apa yg mereka lihat. Jika engkau ikuti jejak mereka (para wali dan kaum shaleh) dalam sinergi ucapan dan tindakan, sepi dan keramaian, ilmu dan amal, rupa dan substansi, puasa seperti puasa mereka, shalat seperti shalat mereka, mengambil seperti pengambilan mereka (atas duniawi), mungkir seperti kemungkiran mereka (dari duniawi), dan mencintai mereka, maka Allah Ta’ala akan menganugerahimu cahaya.
Dengan cahaya itu, engkau bisa melihat dirimu dan selainmu dengan jelas. Segala cela keburukanmu dan keburukan makhluk juga akan terlihat jelas, hingga kemudian engkau bisa berzuhud memungkiri diri dan segenap manusia. Jika hal itu telah nyata, maka cahaya² kedekatan-Nya akan datang ke dalam hatimu. Engkau akan menjelma menjadi seorang Mukmin yg yakin, ‘arif, dan alim. Engkau akan dapat melihat segala sesuatu, dalam bentuk rupa dan substansinya. Engkau juga akan melihat dunia sebagaimana yg dilihat oleh para pendahulu dari kalangan pezuhud dan pemungkir (dunia).
Engkau akan melihatnya berupa seorang renta yg awut-awutan dan buruk rupa. Bagi para pezuhud, dunia berwujud demikian, sementara bagi para raja, dunia adalah seperti pengantin cantik yg tampil mempesona, sedangkan bagi kaum shaleh, dunia adalah sosok hina dina. Mereka membakar rambut dan pakaiannya, menggores mukanya, dan mengambil bagian² mereka darinya karena keterpaksaan dan keharusan, dengan tetap konsisten menyandingi Akhirat.
Wahai pemuda! Jika kezuhudanmu atas dunia sudah benar, maka berzuhudlah dalam ikhtiar (usaha)mu dan pada makhluk. Jangan takut pada mereka, dan jangan pula berharap pada mereka. Jangan terima sedikit pun segala yg diperintahkan nafsu dirimu, kecuali setelah turunnya perintah Allah Ta’ala, yg biasanya turun di hatimu dengan jalan ilham atau mimpi. Lalu engkau lari dan menentang dari semua makhluk. Jika fisikmu diam (tenang), maka itu berarti tidak ada ‘ibrah (peringatan) bagimu, dan yg demikian tidak membahayakan, jika hatimu tenang.
‘Ibrah (peringatan) akan merupakan bencana besar, bila tanpa ketenangan hati. Engkau tidak bisa tenang, hingga hawa nafsu, tabiat, dan segala selain Junjunganmu mati. Ketika itulah, engkau akan hidup (kembali) dengan kedekatan-Nya, artinya mati dan hidup kembali. Kemudian jika Dia berkehendak, maka Dia akan membangkitkanmu kembali hanya untuk-Nya.
Dia akan mengembalikanmu ke tengah² makhluk manusia demi kemaslahatan membimbing mereka menuju pintu-Nya. Ketika itu akan muncul dalam dirimu kecenderungan pada dunia dan Akhirat yg terus mendorongmu untuk mengambil bagian²mu dari keduanya, sekaligus akan datang padamu kekuatan untuk melawan manusia, hingga engkau bisa membimbing mereka keluar dari kesesatan dan engkau bisa pula melaksanakan perintah-Nya di tengah² mereka.
Jika engkau tidak menginginkan hal tersebut (menjalani tugas dakwah di tengah manusia), maka kedekatan bersama-Nya sudah cukup bagimu. Engkau memang tidak akan puas (senang) dengan makhluk setelah memperoleh (kedekatan bersama) Sang Pencipta yg membentuk segala sesuatu sebelum (sesuatu tersebut) berwujud, dan Dia memang Maha Ada sebelum segala sesuatu, Maha Membentuk segala sesuatu, dan Maha Ada setelah segala sesuatu. Dosa kalian bagaikan curah hujan, maka sebagai imbangannya, taubat kalian harus dilakukan setiap saat.
Celakalah! Kau orang yg kurang ajar, hura², berbirahi tinggi, dan gemar berpuas diri. Pandanglah kubur² yg lenyap (tertelan bumi) dan ajak bicara penghuninya dengan bahasa iman, maka mereka akan memberitahukan kepadamu ahwal (keadaan) mereka di kubur.
Wahai pemuda! Engkau klaim iradah Allah Ta’ala dan keinginan para Wali-Nya. Aku tidak akan bergaul denganmu. Aku juga tidak akan membuat perhitungan denganmu. Atas izin Allah Ta’ala akan kupotong leher orang² munafik yg berbohong dalam segala ucapan dan tindakan mereka. Aku juga telah membuat perhitungan dengan para Syaikh berkali-kali, hingga aku layak memegang fungsi pengawasan (hisbah).
Hai penduduk bumi! Kalian buat adonan amalan kalian tanpa garam. Kemarilah dan ambil garam ini untuk adonan tersebut, hai pembeli garam. Hai orang² munafik! Adonan kalian tanpa garam beragi, padahal adonan itu membutuhkan ragi. Ragi adalah ilmu, sementara garam adalah ikhlas. Hai orang munafik! Engkau teradoni kemunafikan. Sebentar lagi, kemunafikanmu akan berubah menjadi api (Neraka). Sucikanlah hatimu dari kefanaan, niscaya engkau akan selamat.
Jika hatimu sudah suci, maka seluruh anggota badanmu juga ikut suci. Hati adalah panglima badan. Jika dia lurus, maka mereka akan lurus pula. Jika hati dan fisik badan sudah lurus, maka sempurnalah amr seorang Mukmin. Ia akan menjadi penggembala keluarganya, tetangganya dan seluruh penduduk kampungnya. Kedudukannya terangkat sesuai kadar kekuatan iman dan kedekatannya dengan Allah Ta’ala.
Wahai manusia! Bagus²lah berinteraksi dengan Allah Ta’ala dan hati²lah dengan-Nya. Kerjakanlah amal atas dasar hukum-Nya, sebab Dia membebanimu kewajiban amal dengan ketentuan hukum-Nya. Kerjakanlah ketentuan hukum ini dan tunaikanlah hak-Nya. Jika kau kerjakan amal dengan ketentuan tersebut, maka Dia akan membimbingmu mengerjakan amalan tersebut dan membawamu masuk pada orang yg kau dedikasikan amalanmu pada-Nya. Di sana, akan kau pelajari ilmu yg belum pernah kau ketahui sebelumnya. Dengan demikian, kau bersama (berinteraksi pada)-Nya dengan ilmu-Nya dan bersama (berinteraksi pada) manusia dengan hukum-Nya.
Jika kau sudah mengamalkan yg pertama, maka carilah yg kedua. Dengan kata lain, jika jejak² kakimu sudah kokoh memijak yg pertama, maka barulah kau cari yg kedua. Dengan ghulam (guru muda) saja kau belum bertemu, bagaimana kau mau langsung bertemu ustadz. Kembalilah ke belakang dan gunakan akalmu. Pelajari ilmu dahulu, baru kemudian amalkat dan ikhlaskan!
Rasulullah Saw. bersabda:
“Belajarlah agama dahulu, baru kemudian uzlahlah.”
Orang Mukmin adalah orang yg mempelajari apa yg wajib baginya, baru kemudian mengucilkan diri dari manusia dan menyepi beribadah menyembah Tuhannya. Dia mengetahui (seluk-beluk) manusia, hingga ia membenci mereka, dan dia juga mengetahui Allah Ta’ala, hingga ia mencintai-Nya, mencari dan berkhidmat melayani-Nya. Dia di ikuti oleh makhluk manusia, karena itu dia lari dan mencari selain mereka, berzuhud menjauhi mereka, dan menyukai selain mereka. Dia tahu bahwa tidak ada (kuasa) kemudharatan dan kemanfaatan, baik dan buruk di tangan mereka, dan jika pun berlaku sesuatu dengan tangan (kuasa) mereka, maka itu tetap dari Allah Ta’ala adanya, bukan dari mereka.
Karena itu, dia berpandangan bahwa menjauhi mereka lebih baik daripada mendekati mereka. Dia kembali ke asal, dan meninggalkan cabang. Dia mengetahui bahwa cabang banyak, sementara asal hanya satu, maka dia pegangi yg satu ini. Dia tatap cermin pikir, dan dilihatnya berdiri di satu pintu lebih baik daripada berdiri di banyak pintu, maka ia pun kemudian berhenti pada-Nya dan memegangi-Nya. Orang Mukmin yg yakin, mukhlis, dan berakal di anugerahi akal tertinggi (‘aql al-‘uqul). Karena itu, dia lari menghindari manusia dan mengesampingkan mereka. []