29. Jangan Merendah Pada Orang Kaya karena Kekayaannya

Dlm Fathur Rabbani:

Majelis ke-29:
“Jangan Merendah Pada Orang Kaya karena Kekayaannya”

Pengajian 11 Jumadi al-Akhirah 545 H di Madrasah.

Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa merengek-rengek pada orang kaya, meminta apa yg ada di tangannya, maka telah hilang dua pertiga agamanya.”

Dengarkan hai orang² munafik! Ini baru untuk orang yg merengek-rengek dan mengemis pada orang kaya, lalu bagaimana dengan orang ng shalat, puasa, dan haji karena mereka, dan menerima cercaan mereka (demi mendapat harta mereka)? Hai orang² yg menyekutukan Allah! Kalian tidak memiliki khabar apa² dari-Nya dan dari Rasul-Nya. Islamlah kalian dan bertaubatlah serta tulus ikhlaslah dalam pertaubatanmu hingga keimananmu (menjadi) suci, keyakinanmu tumbuh, tauhidmu bersemi, dan cabang²nya menjulang sampai “Arsy.

Wahai pemuda! Jika imanmu terpelihara dan pohonnya menjulang tinggi, maka Allah Ta’ala akan membuat dirimu kaya dari segenap makhluk. Dia akan mencukupkanmu dari bekerja dan mencari rezeki. Allah Ta’ala sendirilah yg akan mengenyangkan nafsu dirimu, hati, dan nuranimu, membuatmu singgah di pintu-Nya, menjadikan kefakiranmu kaya dengan dzikir mengingat-Nya, dengan kedekatan-Nya, dan keintiman bersama-Nya. Nafsumu tak memperdulikan lagi tentang siapa yg makan dari dunia dan bersibuk dengannya, bahkan dia tidak lagi perdulikan, siapa yg ada di tangannya (keluarganya). Pandanganmu terhadap-Nya telah menjelma menjadi rahmat, gairah cinta, dan kegelapan (note: fana’).

Hai orang yg mengklaim berilmu dan mencari-cari duniawi dari anak² dunia (manusia), serta menistakan diri demi mereka! Allah telah benar² menyesatkanmu karena ilmu. Oleh karena itu hilanglah pula barakah ilmumu, hilang substansinya dan hanya menyisakan kulitnya. Juga engkau, hai orang yg mengklaim ibadah, namun hatinya malah menyembah manusia dan takut serta mengharap mereka! Lahirmu menyembah Allah, namun batinmu menyembah makhluk. Engkau hanya mencari dan mengangankan apa yg ada di tangan mereka, berupa dinar, dirham, dan sisa².

Engkau mengharapkan pujian dan sanjungan mereka. Engkau takut akan cercaan dan penolakan mereka. Engkau takut bila mereka tidak memberimu, dan engkau mengharapkan pemberian mereka melaui olah kata, tipu daya, dan manis kata di depan pintu² mereka. Celakalah dirimu! Engkau orang yg musyrik, munafik, riya’ lagi zindiq. Celakalah engkau! Untuk siapa engkau berhias-hias. Untuk..

يَعْلَمُ خَآئِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى الصُّدُورُ

“Dia (yg) mengetahui (pandangan) mata yg khianat dan apa yg disembunyikan oleh hati?” (OS. Al-Mu’min (40): 19)

Celakalah! Engkau berdiri shalat dan mengucap, “Allahu Akbar,” namun engkau berbohong dengan ucapanmu. Makhluk yg berada dalam hatimu lebih besar daripada Allah Ta’ala. Bertaubatlah pada Allah Ta’ala dan jangan berbuat kebajikan untuk selain-Nya, tidak untuk dunia, dan tidak juga untuk Akhirat. Jadilah orang yg hanya menginginkan Wajah-Nya semata. Berilah hak rububiyyah (ketuhanan)! Janganlah engkau berbuat (amalan) karena pujian dan sanjungan, jangan pula karena pemberian atau ketidakmemberian.

Celakalah kau! Rezekimu tidak akan bertambah dan berkurang (dari ketentuan). Baik buruk qadha yg telah ditentukan atasmu pasti akan datang. Maka, jangan bersibuk dengan sesuatu yg kosong dari-Nya, dan bersibuklah dengan ketaatan pada-Nya. Kurangilah kerja kerasmu dan pendekkan angan²mu (akan duniawi). Jadikanlah maut sebagai pusat pandangmu, niscaya engkau akan bahagia. Turutilah selalu Syara’ dalam segala kondisimu.

Wahai manusia! Masih adakah menuruti (muwafaqah) syara’ padamu? Oh, kalian telah meninggalkannya di tangan² lahi dan batin² kalian, dan kalian justru menuruti hawa nafsu dan terperdaya dengan kelembutan (hilm) Allah Ta’ala atasmu (seolah-olah) hari demi hari siksa dan derita terangkat darimu, padahal kelak di Akhirat nanti, Dia akan menimpakannya padamu dari segala arah, mencengkeram dan meninjumu. Lalu ketika kematian menjemputmu, dan engkau dimasukkan kubur, engkau akan menerima himpitan dan siksaannya. Engkau akan terus disiksa begitu hingga tiba Hari Kiamat. Kemudian engkau dibangkitkan dari kubur dan digiring ke Apel Akbar. Di sana engkau akan dihisab (dimintai pertanggungjawaban) atas segala yg telah kau perbuat selama ini, sedetail-detailnya. Engkau pun akan dicerca dengan pertanyaan, sekecil dan sebesar apa pun.

Engkau adalah patung tanpa ruh, kulit kering tanpa isi dan kekuatan. Engkau tidak layak dimasukkan ke mana pun selain dalam Neraka. Ibadahmu (sepi) dari keikhlasan, sehingga tidak ada ruh di dalamnya, maka engkau dan ibadahmu tidak layak mendapat apa pun selain harus masuk Neraka. Engkau tidak perlu berlelah-lelah jika memang tidak ikhlas dalam beramal, karena amalanmu tidak akan bermanfaat apa². Engkau bekerja keras lagi kepayahan, yaitu bekerja keras di dunia dan kepayahan di Neraka pada Hari Kiamat, kecuali jika engkau bertaubat dan memohon ampun sebelum datangnya kematian.

Kembalilah pada Allah Ta’ala dengan memperbarui keislamanmu, kebaikan taubat dan ketulusan menjalaninya sebelum kematian datang menutup pintu taubat di hadapanmu, hingga engkau tak bisa lagi masuk ke sana. Kembalilah pada-Nya dengan hatimu sebelum Dia menutup pintu kemurahan-Nya di hadapanmu, melumpuhkan dirimu, daya kekuatan, dan hartamu, serta tidak memberimu keberkahan dalam segala yg kau perbuat.

Celakalah kau! Tidak malukah engkau dengan-Nya. Kau jadikan dinarmu sebagai Tuhanmu, dirhammu sebagai cita anganmu, dan engkau praktis melupakan-Nya sama sekali. Sebentar lagi, engkau akan melihat nasibmu.

Celakalah kau! Jadikanlah toko dan harta bendamu untuk keluargamu. Bekerjalah untuk (menghidupi) mereka dengan (menuruti) perintah syara’ sambil hatimu pasrah bertawakkal pada Allah Ta’ala. Mohonlah rezekimu dan rezeki mereka dari-Nya, bukan dari kekayaan dan toko, niscaya Dia akan mengalirkan rezekimu dan rezeki mereka di tanganmu. Dia akan jadikan kemurahan, kedekatan, dan keintiman dengan-Nya sebagai milik hatimu. Dia juga akan mencukupkan keluargamu (dari terus meminta kebutuhan) darimu serta mencukupkanmu dengan-Nya.

Dia akan mencukupkan rezeki mereka sesuai dengan kehendak-Nya, bagaimana pun sarananya. Akan dikatakan pada hatimu, “Ini untukmu, dan ini untuk keluargamu!” Tetapi, bagaimana engkau akan bisa mencapai kehormatan ini, sementara seumur hidupmu engkau musyrik (menyekutukan-Nya), tertutup (dari-Nya) dan tertolak (oleh-Nya). Engkau tidak juga kenyang dan puas dengan dunia dan limpah ruahnya. Tutuplah pintu hatimu, dan halau semua (yg mencoba) masuk ke hatimu. Isilah hatimu dengan dzikir (menyebut dan mengingat) Allah Ta’ala. Hisablah diri dan bertaubatlah dari perbuatan²mu dengan sebenar-benar taubat, dan menyesallah dari kelancangan dan kekurangajaranmu dengan segenap penyesalan. Banyak²lah engkau menangisi perbuatanmu yg dulu.

Santunilah kaum fakir dengan secuil hartamu, dan janganlah kikir dengannya, karena sebentar lagi engkau pun akan berpisah meninggalkannya. Seorang Mukmin yg yakin dengan ganti (khalf) di dunia dan Akhirat, maka dia tidak akan pernah berbuat bakhil. Dalam sebuah riwayat, Nabi Isa as. berkata pada Iblis, “Siapa manusia yg paling engkau sukai?” Iblis menjawab, “Orang Mukmin yg bakhil.” “Lalu siapa manusia yg paling engkau benci?” tanya Nabi Isa as. Jawabnya, “Orang fasik yg pemurah.” “Mengapa?” tanya Nabi Isa as. kemudian. Iblis menjawab, “Sebab aku berharap, kebakhilan orang Mukmin yg bakhil akan menjerumuskannya pada kemaksiatan, dan aku takut orang fasik yg pemurah akan dihapus keburukannya berkat kemurahannya.”

Sibuklah dengan dunia untuk dunia. Syara’ mensyari’atkan kerja agar (hasilnya) dijadikan sebagai sarana pendukung menjalankan ketaatan pada Allah Ta’ala, tetapi engkau malah bekerja dan menggunakan hasil kerjamu untuk mendukung maksiat. Engkau tinggalkan shalat dan kebajikan. Engkau tidak pula mengeluarkan zakat. Engkau terus bermaksiat, tanpa berbuat ketaatan. Kerjamu telah menjadi layaknya seorang begal atau perampok. Sebentar lagi maut akan datang, dan orang Mukmin akan bergembira menyambutnya, sementara orang kafir dan munafik bersedih menghadapinya. Rasulullah Saw dalam sebuah riwayat bersabda:

“Jika seorang Mukmin meninggal dunia, maka ia pun berandai-andai tidak berada di dunia walaupun sesaat, karena apa yg dilihatnya dari kemuliaan Allah Ta’ala padanya.”

Mana orang taubat yg bertaubat dalam taubatnya? Mana orang yg malu dengan Tuhannya yang terus mengawasinya dalam segala kondisi? (note: disadari & diamalkan dalam muraqabah) Mana orang yg menjaga kehormatan diri dari barang² haram, dalam keadaan sepi maupun ramai? Mana orang yg menutup mata hati dan fisiknya? Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya kedua mata benar² berzina, dan zina keduanya adalah melihat hal² yg diharamkan.”

Berapa banyak sudah matamu berzina dengan memandang mahram (lain jenis yg diharamkan menikahinya) baik perempuan maupun anak². Tidakkah engkau dengar firman Allah Ta’ala:

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذٰلِكَ أَزْكٰى لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang laki² yg beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yg demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg mereka perbuat.” (QS. An-Nur (24): 30)

Hai orang fakir, bersabarlah menghadapi kefakiranmu, sebab kefakiran dunia akan terputus. Rasulullah Saw bersabda:

“Hai Aisyah! Cicipilah pahit dunia demi kenikmatan Akhirat!”

Engkau tidak tahu, termasuk kategori kaum yg manakah dirimu, sengsara atau bahagia. Memang, hal ini merupakan Ilmu Allah Ta’ala dan preseden-Nya, namun engkau tidak boleh begitu saja meninggalkan ketakutan (kekhawatiran) dan pasrah pada ilmu dan preseden (ketetapan terdahulu), lalu menerjang batasan Syara’. Berusahalah mengerjakan apa yg diperintahkan padamu dan apa yg ditentukan atasmu dari pengetahuan preseden (ketetapan terdahulu) tersebut. Ini tidak bisa engkau ketahui, juga oleh orang lain, sebab termasuk hal yg ghaib.

Kaum (shaleh) melewati saja ranjang dunia dan menjauh darinya, lalu berdiri di hadapan al-Mawla Junjungan mereka dan sibuk melayani-Nya bersama pelayan²Nya (yg lain). Mereka melakukan hal tersebut sebagai pembekalan (tazawwud), bukan sebagai kenikmatan (tana’um), bahkan mereka melaksanakannya sebagai sebuah keharusan. Mereka tegakkan badan mereka untuk beribadah dan memelihara kelamin mereka dari tipu daya dan jebakan setan. Mereka berbuat demikian demi melaksanakan perintah Tuhan mereka dan mengikuti Sunnah Nabi mereka. Seluruh kesibukannya terpusat pada pelaksanaan perintah dan peneladanan Sunnah. Mereka berpegang pada ketinggian himmah (cita) dan kekuatan zuhud dalam segala hal. Ya Allah, jadikanlah kami sebagai bagian dari mereka dan anugerahilah kami sebagian barakah mereka. Aamiin.

Wahai pemuda! Selama kecintaan pada dunia masih bercokol di hatimu, maka engkau tidak akan pernah melihat sesuatu dari ahwal kaum shaleh. Selama engkau mengemis pada manusia dan menyekutukan-Nya dengan mereka, maka kedua mata hatimu tidak akan pernah bisa terbuka. Jangan berbicara sebelum engkau berzuhud menjauhi dunia dan manusia. Berusahalah! Niscaya engkau akan melihat kejadian luar biasa yg tidak dilihat oleh selainmu. Jika engkau tinggalkan apa yg menjadi hisabmu, maka akan datang padamu apa yg bukan menjadi hisabmu.

Jika engkau sandarkan diri pada Allah Ta’ala dan menguatkan sandaran itu, dalam keadaan sepi maupun dalam keramaian, maka Dia akan memberimu rezeki dari arah yg tidak engkau sangka². Tinggalkanlah dunia! Niscaya Dia akan memberimu. Zuhudlah! Niscaya Dia akan menyukakanmu. Di permulaan (dunia) meninggalkan, sedang di Akhirat mengambil. Di permulaan (dunia) mewajibkan hati untuk meninggalkan syahwat kesenangan dan dunia, sedang di Akhirat bebas menikmatinya. Yg pertama diperuntukkan bagi kaum muttaqin (orang² yg bertakwa), dan yg kedua bagi kaum abdal yg telah mencapai ketaatan pada Allah Ta’ala.

Hai orang yg riya’, munafik, dan musyrik! Jangan dekati mereka dalam soal meninggalkan perkara, sebab jumlah mereka (telah ditentukan). Jangan pula engkau cari (pelajari) ahwal mereka dalam hal yg bisa engkau tangani. Mereka menembus kebiasaan, sementara engkau justru memeliharanya, tentu saja kebiasaan bisa tertembus oleh mereka dan tidak terjangkau olehmu. Mereka bangun saat engkau tidur. Mereka puasa saat engkau berbuka. Mereka takut saat engkau merasa aman. Mereka berusaha saat engkau diam. Mereka berbuat demi Allah Ta’ala, sementara engkau berbuat demi selain-Nya. Mereka hanya menginginkan-Nya, sementara engkau menginginkan selain-Nya. Mereka memasrahkan urusan hanya pada-Nya, sementara engkau malah menentang-Nya. Mereka sudah merasa kaya dengan qadha-Nya dan memotong lisan mereka dari sikap mengeluh pada makhluk, sementara engkau tidak melakukannya. Begitu juga mereka bersabar menghadapi kepahitan, hingga bagi mereka kepahitan itu berubah menjadi manis. Pisau² takdir memotong-motong daging mereka, namun mereka tetap tidak peduli dan mengeluh perih. Itu semua karena mereka melihat Sang Pemberi perih dan kekaguman mereka pada-Nya. Bagi mereka, makhluk masih melegakan dan tidak menyebabkan perih.

Dikatakan bahwa kaum abrar, yg tidak pernah menyakiti dzarr (semut lembut) yg nyaris tak terlihat mata, mencapai Allah Ta’ala dengan ketaatan, kebaikan akhlak dalam bergaul, dan keahlian menyambung silaturahmi. Mereka berada dalam Surga Na’im, dunia dan Akhirat: di dunia, berupa kenikmatan Kedekatan, dan di Akhirat, berupa kenikmatan Surga, melihat Allah dan dekat dengan-Nya, mendengar Kalam-Nya dan mengenakan jubah kebesaran-Nya. Engkau tidak memiliki apa² dibanding mereka!

Sibukkanlah dirimu dengan bertaubat dari dosa²mu dan kekurangajaranmu kepada Tuhanmu, serta perjual-belianmu atas-Nya. Celakalah kau! Malu itu hanya pada Allah Ta’ala, bukan pada makhluk. Dia ada sebelum segala sesuatu, tetapi mengapa engkau malah malu dengan wujud baru dan berani kurang ajar dengan yg Maha Dahulu? Dia Maha Mulia, sementara selain-Nya rendah dan nista. Dia Maha Kaya dan selain-Nya fakir. Habitat-Nya memberi, sementara habitat selain-Nya menolak. Karena itu, kembalikanlah segala kebutuhanmu pada-Nya, sebab Dia lebih utama daripada selain-Nya.

Carilah petunjuk menuju-Nya lewat ciptaan-Nya. Jagalah selalu batasan² syara’ dan teruslah bertakwa. Jika engkau senantiasa (berjalan) di atas ketakwaan pada-Nya, maka Dia sendiri yg akan menunjukkan jalan-Nya kepadamu. Sibukkanlah dirimu dengan-Nya dan lupakanlah makhluk. Carilah petunjuk menuju-Nya dan mohonlah kepada-Nya. Kesampingkan dunia dan Akhirat, sebab apa yg sudah menjadi hakmu dari keduanya akan datang sendiri padamu dan tidak akan terlewatkan darimu. Meninggalkan selain-Nya akan menyucikan hatimu dari segala noda kotoran. Jika Dia tidak menunjukkan hatimu ke jalan-Nya, maka engkau mirip binatang ternak yg tidak memiliki akal. Bangun dan tinggalkanlah dunia! Kemarilah bersama orang² berakal yg dengan akalnya mereka diarahkan menuju Allah Ta’ala. Belajarlah akal dari mereka dan kenalilah dirimu serta Tuhanmu dengan sarananya.

Celakalah kau! Umurmu meleleh, namun engkau tak sadar. Sampai kapan engkau mau menolak Akhirat dan menerima dunia?

Celakalah kau! Rezekimu tidak akan dimakan oleh orang lain. Tempatmu di Surga dan Neraka pun tidak akan ditempati oleh orang lain juga. Engkau telah dikuasai oleh kelalaian dan disandera oleh hawa kesenangan. Engkau hanya memikirkan makan, minum, kawin, tidur, dan menggapai ambisi²mu. Pikiranmu itu pikiran orang² kafir dan munafik. Engkau tidak pernah kenyang, dari yg halal maupun haram. Tak pernah terlintas juga di hatimu, apakah engkau memiliki agama atau tidak.

Hai si miskin! Tangisilah dirimu sendiri. Anakmu meninggal, dan kiamat datang menimpamu, agamamu pun turut mati, tetapi mengapa engkau tak peduli dan tak menangisinya, padahal malaikat yg diserahi tugas mengawasimu, menangisimu atas kerugian besar yg mereka lihat dalam komoditas agamamu. Engkau tidak berakal. Jikalau engkau memiliki akal, tentunya engkau akan menangis atas kepergian agamamu. Kau memiliki dua modal, tetapi tak kau transaksikan. Akal dan malu adalah dua modalmu, tetapi engkau tidak pernah mengelolanya dengan baik. Ilmu yg tidak diamalkan, akal yg tidak dimanfaatkan, dan kehidupan yg tidak difungsikan bagaikan rumah yg tidak ditempati, kekayaan yg tidak diketahui, dan makanan yg tidak dicicipi.

Jika engkau tidak bisa mengetahui kondisi dirimu, maka aku mengetahuinya. Aku mempunyai cermin Syara’, yaitu hukum lahir, juga cermin pengetahuan akan Allah Ta’ala, yaitu ilmu batin. Bangunlah dari lelap kelalaian! Cucilah mukamu dengan air kesadaran! Lalu amatilah dirimu, Muslim atau kafirkah, Mukmin atau munafik, pentauhid atau penyekutu, riya’ atau mukhlish, penurut atau pembelot, ridha atau benci? Allah Ta’ala tidak mempedulikan apakah engkau ridha atau marah, karena mudharat dan manfaat keduanya terpulang pada dirimu sendiri.

Maha Suci Dzat Yang Maha Mulia, Lembut, dan Pemurah. Semua di bawah kasih dan kemurahan-Nya. Jikalau Dia tidak Lembut dan Kasih pada kita, niscaya kita akan binasa. Jikalau setiap orang membanding-bandingkan perbuatan-Nya, niscaya kita semua akan binasa.

Wahai pemuda! Engkau mengangankan Allah dalam ibadahmu dengan tetap memelihara kelalaian, riya’, dan kemunafikanmu. Kau cari anugerah kemuliaan-Nya padamu dengan mengumpulkan kaum shaleh, tetapi engkau tetap melestarikan kerusakanmu. Untuk apa kau menyebut-nyebut mereka dan mengaku mengenal mereka, hai orang yg tersesat jalan, gelandangan, dan keluar dari lingkaran para mukhlishin dan para muwahhidin!

Celakalah kau! Menangislah, hingga Dia (berkenan) menangis bersamamu. Duduklah (tenang) dalam (kubang) musibah yg menimpamu dan pakailah baju duka cita hingga Dia (berkenan) duduk bersamamu. Engkau adalah orang yg terhalang dari-Nya, tetapi engkau tidak menyadari. Seorang shaleh menuturkan: “Celakalah orang² yg terhalang, namun tidak menyadari bahwa diri mereka terhalang.”

Celakalah! Apa yg ada di hatimu? Apa yg kau pikirkan? Kepada siapa kau mengadu? Pada siapa kau memohon? Dengan siapa kau tidur? Jika berada dalam kesulitan, siapa yg kau percayai? Bicaralah padaku. Aku sudah tahu kebohongan dan kemunafikanmu. Bagiku, engkau dan seluruh makhluk adalah seperti kutu busuk. Hanya orang yg jujur (shadiq) dari kalian saja yg kulayani. Jika dia ingin membawaku ke pasar, lalu menjualku atau menjadikanku sebagai jaminan utang, silahkan! Jika ia ingin mengambil bajuku dan apa saja yg kumiliki atau menyuruhku meminta-minta, silahkan! Adapun engkau tak memiliki kejujuran, juga iman dan tauhid. Lalu apa yg harus kulakukan padamu? Aku hanya akan membelah-belahmu, karena engkau adalah kayu bakar yg hanya pantas dimasukkan ke dalam api.

Wahai manusia! Dunia akan menghilang, umur akan binasa, dan Akhirat begitu dekat denganmu, tetapi sedikit pun engkau tak pernah memikirkannya. Pikiranmu hanya melulu dunia dan menumpuk-numpuknya. Kalian ini musuh² nikmat Allah Ta’ala. Karunia yg jelek kalian beberkan, semantara yg bagus kalian tutup-tutupi. Ingat! Jika kalian tutup-tutupi nikmat Alah dan tidak kalian syukuri, maka Dia akan merampasnya lagi dari kalian. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ketika Allah Ta’ala menganugerahkan kenikmatan pada seorang hamba-Nya, maka Dia suka jika nikmat itu diperlihatkan olehnya.”

Kaum (shaleh) hanya memiliki satu visi. Mereka keluarkan segala sesuatu dari hati mereka dan hanya menempatkan satu hal saja disana. Mereka memurnikan ibadah mereka dari riya’ (biar dilihat), sum’ah (biar didengar), dan kemunafikan. Mereka merealisasikan kesungguhan penghambaan pada Tuhan mereka, sementara kalian adalah hamba² manusia, budak riya’ dan kemunafikan, budak hawa nafsu, kesenangan, dan sanjungan. Tidak ada di antara kalian yg mampu merealisasikan kesungguhan penghambaan kecuali hanya mereka yg dikehendaki oleh Allah Ta’ala, yaitu sosok² manusia pilihan. Si ini menyembah dunia, dia mencintai kelanggengannya dan takut akan kehilangannya. Si ini menyembah manusia, dia takut dan berharap pada mereka. Si ini menyembah Surga, dia harapkan kenikmatannya dan tidak mengharapkan Sang Penciptanya. Si itu menyembah Neraka, dia hanya takut padanya dan tidak takut pada Yang Menciptakannya. Apalah nilai manusia, Surga, Neraka, dan segala selain-Nya? Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ ۚ وَذٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yg lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yg demikian itulah agama yg lurus.” (QS. Al-Bayyinah (98): 5)

Orang² yg ‘arif dan mengetahui-Nya hanya menyembah-Nya, tanpa selain-Nya. Mereka memberi hak masing² kepada ketuhanan dan penghambaan. Mereka menyembah-Nya demi menjalankan perintah-Nya serta demi kecintaan pada-Nya, bukan karena tendensi lain. Mereka hanya memperhatikan-Nya dan mengesampingkan selain-Nya. Kalian adalah bentuk tanpa ruh. Kalian adalah lahir, sementara kaum shaleh adalah batin. Kalian bangunan, sedang mereka adalah isi bangunan. Kalian terang-terangan, sedang mereka rahasia. Mereka adalah pengawal para Nabi, baik di sisi kanan dan kiri, maupun di depan dan belakang mereka. Sisa² makanan dan minuman mereka diperuntukkan bagi kaum ini. Mereka beramal menurut ilmu yg diajarkan oleh para Nabi, sehingga kewarisan (al-waratsah) dari para Nabi menjadi status mereka. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ulama adalah pewaris para Nabi.”

Karena mereka mengamalkan ilmu yg diajarkan oleh para Nabi, maka mereka adalah pengganti para Nabi, pewaris, dan deputi mereka.

Celakalah! Jangan engkau datang hanya sekadar membawa ilmu. Sebagaimana tak bergunanya klaim pengakuan tanpa bukti, maka tak berguna pula ilmu tanpa amal. Rasulullah Saw. bersabda:

“Ilmu memanggil-manggil amal jika ia menjawab (menanggapi)nya, jika tidak, maka ia akan pergi.”

Artinya, hilanglah barakah ilmu dan hanya tinggal pengkajiannya, serta hilang pula esensinya dan hanya tinggal kulitnya. Hai orang² yg meninggalkan aktualisasi ilmu! Engkau hanya canggih membuat syair dengan segala ungkapan, kefasihan, dan balaghah-nya, namun sepi dari amal nyata dan keikhlasan.

Jikalau kau tata hatimu, niscaya anggota badanmu akan ikut tertata, sebab hati adalah raja anggota badan, sehingga jikalau hati tertata rapi, maka rakyat pun ikut tertata. Ilmu adalah kulit, dan amal adalah isi. Kulit perlu dijaga agar isi terjaga, dan isi harus dijaga agar bisa diperas menjadi minyak. Jika di dalam kulit tidak ada isi, maka apa yg bisa diperbuat dengannya? dan jika tidak ada minyak dalam isi, apa pula yg bisa diperbuat? Ilmu akan hilang dengan hilangnya amal, lalu untuk apa kau susah² menghapal dan mempelajarinya jika tanpa amal?

Hai orang alim! Jika engkau menginginkan kebaikan dunia dan Akhirat, maka amalkanlah ilmu dan ajari manusia. Kau juga, hai orang kaya! Jika kau mengharap kebaikan dunia dan Akhirat, maka santunilah kaum fakir dengan sebagian hartamu. Rasulullah Saw. bersabda:

“Manusia adalah anak² tanggungan Allah, dan manusia yg paling dicintai oleh Allah adalah mereka yg paling berguna bagi anak² tanggungan-Nya.”

Maha Suci Dzat Yang Membuat orang saling membutuhkan. Dia memiliki ketentuan hukum dalam hal ini. Hai orang kaya! Jika engkau lari dariku, maka akan kuambil darimu sebagian yg kau miliki. Kebaikan dari Allah akan datang padaku dan Dia akan membuatku kaya, hingga aku tak membutuhkan kalian lagi, bahkan akan membuat kalian membutuhkanku.

Setiap kali Nabi Ibrahim as. melihat minimnya kesabaran orang fakir, Beliau langsung berdoa, “Ya Allah, lapangkanlah dunia bagi kami dan zuhudkanlah kami di dalamnya. Jangan cintakan kami padanya (dunia), niscaya kami binasa mencarinya. Ya Allah, kasihanilah kami dalam qadha dan qadar-Mu.” Aamiin Yaa Mujiibassaa’iliin. []

Fathur Rabbani

Mulai Perjalanan

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Buku Lain

Rekomendasi

Di sejumlah pesantren salafiyah, buku ini (Tanwir al-Qulub) biasanya dipelajari bersamaan dengan kitab-kitab fikih. Yang sedikit membedakan, kitab ini ditulis oleh seorang pelaku tarekat sekaligus mursyid dari tarekat Naqsyabandiyah.

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

“Tingkatan Alam Menurut Para Sufi” فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُّوحِى فَقَعُوا لَهُۥ سٰجِدِينَ “Maka…

Islam, Iman dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى…

Hidup Ini Terlalu Singkat

Postingan yg indah dari Bunda Amanah: Bismillahirrahmanirrahim. “Hidup ini Terlalu Singkat” Oleh: Siti Amanah Hidup…
All articles loaded
No more articles to load

Mengenal Yang Mulia Ayahanda Guru

Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.

Silsilah Kemursyidan

Dokumentasi

Download Capita Selecta

Isra' Mi'raj (Rajab)

26 Jan - 05 Feb

Ramadhan

30 Mar - 09 Apr

Hari Guru & Idul Adha

20 Jun - 30 Jun

Muharam

27 Jul - 06 Ags

Maulid Nabi

28 Sep - 08 Okt

Rutin

30 Nov - 10 Des

All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load

Kontak Person

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Abangda Teguh

Kediri, Jawa Timur

Abangda Tomas

Pangkalan Bun 

Abangda Vici

Kediri, Jawa Timur

WhatsApp
Facebook
Telegram
Twitter
Email
Print

Daftar Isi