Dlm Fathur Rabbani:
Majelis ke 24
“Tidak Mengintervensi Allah Dalam Pengurusan Hidup”
Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ahad pagi tanggal 14 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.
Jangan sekutukan Allah Ta’ala dalam hal pengaturan hidup dan ilmu-Nya dengan hawa nafsu dan tabiat kalian. Bertakwalah selalu pada-Nya dalam diri kalian dan dalam diri selain kalian. Seorang shaleh menuturkan, “Turutilah Allah Ta’ala dalam (berinteraksi dengan) makhluk dan jangan turuti mereka dalam (berinteraksi dengan)-Nya.” Hancurlah orang yg (layak) hancur dan baiklah orang yg (layak) baik. Belajarlah menuruti Allah Ta’ala dengan hamba²Nya yg shaleh lagi penurut.
Ilmu diciptakan untuk diamalkan, bukan sekadar untuk dihafal dan disampaikan pada manusia. Belajarlah, dan amalkan, lalu ajarkan pada orang lain. Jika engkau mengetahui, lalu mengamalkan, maka ilmu akan berbicara (mewakili)mu, meskipun engkau diam. Banyaklah berbicara dengan lisan amal daripada dengan lisan ilmu. Seorang shaleh menuturkan, ““Barangsiapa yg tidak bermanfaat bagimu memarahinya, maka tidak ada manfaat bagimu menasihatinya.” Orang yg mengamalkan ilmunya, maka ilmunya akan bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
Allah Ta’ala membuatku bicara dengan apa yg dikehendaki-Nya menurut kadar ahwal hudhur (kondisi kehadiran)ku. Jika tidak, tentu akan muncul permusuhan antara aku dan kalian. Kehormatanku bagi kalian telah tertukar, dan aku tak memiliki sesuatu pun. Jika saja aku memiliki sesuatu, pastilah aku tidak akan menghalangi kalian dari (mendapatkannya). Tidak ada apa² di antara aku dan kalian selain nasehat. Aku menasihati kalian hanya karena Allah Ta’ala, bukan demi kepentinganku. Turutilah takdir, jika tidak maka ia yg akan mengoyakmu. Berjalanlah bersama takdir dan turutilah ikhtiamya, jika tidak, maka ia yg akan menggorokmu. Mintalah berkah di hadapan-Nya, hingga Dia berkenan mengasihimu dan menempatkanmu di belakang-Nya.
Pada awalnya, kaum (Sufi) bekerja. Mereka mencari duniawi menurut kadar kebutuhan dengan mengikuti syara’, hingga ketika struktur tubuh mereka mulai melemah, dan tak mampu bekerja lagi, serta sudah tiba waktu untuk tawakkal, maka Allah menutup hati mereka dan membelenggu anggota badan mereka. Bagian² duniawi mereka datang dan tersedia berkecukupan dengan sendirinya pada mereka tanpa harus berlelah² (bekerja), bahkan di Akhirat, setiap muqarrabin (orang yg dekat dengan Allah) akan mendapatkan kerriknman² Surga tanpa keinginan mereka, namun mereka hanya menurut pada Allah Ta’ala dalam hal ini, sebagaimana mereka menuruti-Nya dalam hal mendapatkan bagian² rezeki mereka saat di dunia. Allah memenuhi bagian² (rezeki) mereka di dunia dan Akhirat, karena Dia tidak suka menzalimi hamba²Nya.
Wahai pemuda! Sebesar himmah (cita/semangat) yg engkau miliki, sebesar itu pula engkau diberi. Menjauhlah dari segala hal selain Allah Ta’ala dengan segenap hatimu, hingga engkau dekat dengan-Nya. Matilah dari (diri)mu dan dari makhluk (manusia), sebab ketika hijab antara engkau dan Allah Ta’ala diangkat kelak, Dia akan bertanya, “Bagaimana engkau meninggal?” Matilah dari menuruti hawa nafsu, tabiat, kebiasaan, dan dari menuruti manusia dan sarana² mereka. Pesimislah pada mereka. Tinggalkan syirik (menyekutukan Allah) dengan mereka. Matilah pula dari meminta sesuatu selain Allah Ta’ala. Dedikasikanlah amalan²mu demi meraih Wajah Allah Ta’ala semata, bukan demi mencari nikmat²Nya. Ridhalah menerima pengaturan, qadha dan perbuatan²Nya. Jika engkau lakukan ini, maka engkau telah mati dari dirimu dan engkau akan hidup (kembali) karenanya hatimu menjelma menjadi tempat tinggalmu. Dia membolak-balikkannya sedemikian rupa menurut kehendak-Nya, hingga hati tersebut berada dalam Ka’bah kedekatan-Nya, dan bergantung di satir² Ka’bah seraya mengingat-Nya dan melupakan selain-Nya.
Kunci Surga adalah ikrar, “Laa ilaaha illa Allah Muhammadur Rasulullah,” sekarang (di dunia) dan esok (di Akhirat) yg termanifestasi dalam kefana’an (kebinasaan)mu dari dirimu, dari selain-Mu, dan dari segala selain-Nya dengan tetap menjaga aturan² syara’. Kedekatan dengan Allah Ta’ala adalah Surga bagi kaum (Sufi), sementara kejauhan mereka dari-Nya adalah Neraka mereka. Mereka tidak mengharap apa² selain hanya Surga ini dan tidak takut pula akan apapun selain pada Neraka ini, bahkan Neraka malah meminta tolong pada orang Mukmin dan lari menghindar darinya. Bagaimana juga ia tidak lari menghindar dari para pencinta dan ikhlas.
Betapa indah keadaan seorang mukmin di dunia dan Akhirat. Di dunia, ia tidak memperdulikan kondisi hidupnya setelah ia tahu bahwa Allah Ta’ala sudah ridha menerimanya. Maka di mana pun ia menjejak, di situlah ia memungut bagiannya dan ridha menerimanya. Ke mana pun ia menghadap, dilihatnya cahaya Allah menerang di hadapannya hingga tidak ada kegelapan baginya. Semua isyaratnya hanya mengarah pada-Nya. Semua sandarannya hanya menempel pada-Nya, dan semua tawakkal dan serah dirinya hanya tersimpuh pada-Nya.
Hati²lah, jangan sampai kalian menyakiti seorang Mukmin, sebab ia akan menjadi racun di tubuh si penyiksa itu sendiri. Juga akan menjadi sebab kefakiran dan penyiksaannya. Hai orang yg tak mengenal Allah dan kaum khawwash-Nya! Jangan pernah engkau cicipi rasa menggunjing mereka, sebab itu adalah racun yg mematikan. Jangan! Jangan! Sekali lagi jangan berbuat buruk pada mereka, sebab mereka bisa menyerang (balik).
Hai orang munafik! Ragu kemunafikan telah menempel di hatimu serta telah menguasai lahir dan batinmu. Fungsikanlah tauhid dan keikhlasan dalam segala kondisi, niscaya engkau akan sembuh dan hilang lumpuhmu. Betapa sering kalian langgar batasan² syara’. Kalian koyakkan sendiri tameng² ketakwaan kalian. Kalian kotori baju tauhid kalian. Kalian padamkan cahaya iman kalian, dan kalian rutuk kebencian pada Allah dalam segala perilaku dan kondisi kalian. Ketika salah seorang dari kalian bahagia (berbuat kebajikan) dan berbuat ketaatan, maka ketaatannya masih saja diselubungi ujub dan riya’, serta bertendensi untuk mendapatkan pujian. Jika kalian memang ingin menyembah Allah, maka menyepilah dari manusia. Sebab penyaksian mereka atas pelaksanaan amal rentan membatalkan amalan tersebut. Rasulullah Saw. bersabda:
“Ber-uzlahlah, sesungguhnya uzlah adalah ibadah dan ia juga adalah kebiasaan orang² shaleh sebelum kamu sekalian.”
Berimanlah! Yakinlah! Kemudian lebur dan mewujudlah (hanya) bersama Allah, jangan dengan dirimu atau orang selainmu, dengan tetap menjaga batasan² (syara’) dan mencari keridhaan Rasulullah Saw. serta ridha (Kitab) yg dibaca, disimak, dan dilantunkan. Tidak ada kemuliaan bagi orang yg mengatakan selain ini. Apa yg terkandung dalam mushaf² dan lembaran² ini adalah Kalam Allah Ta’ala, satu sisi dengan kuasa tangan-Nya dan sisi lain dengan tangan kita.
Senantiasalah bersama Allah Ta’ala, menyendiri menuju-Nya dan bergantung pada-Nya. Sesungguhnya Dia akan mencukupi kebutuhanmu di dunia dan Akhirat, menjagamu saat hidup dan matimu, dan lebur menyatu denganmu dalam segala kondisi. Pilahlah hitam dari putih! Berkhidmahlah melayani-Nya hingga Dia melayanimu, menggandeng tangan hatimu, menghentikannya di hadapan Allah Ta’ala dengan cara memberi bulu pada kedua sayap hatimu hingga ia bisa terbang menuju Allah Ta’ala.
Hai orang yg memakai baju bulu domba ( shuf – pakaian khas ala Sufi), pakaikanlah baju itu pada nuranimu, lalu hatimu, kemudian nafsumu, dan terakhir baru pada badanmu. Zuhud berawal dari sana, bukan dari lahir ke batin. Manakala nurani sudah suci, maka kesucian itu akan merembet menuju hati, nafsu, anggota badan, juga pada makanan dan pakaian, serta merembet pula pada seluruh kondisimu. Hal pertama yg harus dibangun adalah bagian di dalam rumah, baru jika telah sempurna pembangunannya, dilanjutkan pembangunan pintu. Tidak akan ada lahir jika tak ada batin. Tidak akan ada makhluk ciptaan jika tak ada Pencipta. Tidak akan ada pintu jika tak ada rumah. Demikian pula tidak ada gembok pada reruntuhan rumah.
Hai (pencari) dunia tanpa Akhirat dan pencinta makhluk tanpa Pencipta! Semua yg engkau miliki sekarang ini tidak akan berguna apa² bagimu di Hari Kiamat kelak, bahkan malah akan memberi mudharat padamu. Barang yg engkau miliki tidak akan laku di pasar Akhirat, karena bermuatan riya’, kemunafikan, dan kemaksiatan. Betulkan Islam(mu) dulu, baru ambil! Islam di derivasikan dari istislam, berarti penyerahan diri. Jika engkau serahkan urusan Allah pada Allah Ta’ala, maka pasrahkan dan sandarkan dirimu hanya pada-Nya, dan lupakan daya serta usahamu. Alokasikan apa saja yg engkau miliki dari harta duniawi untuk kepentingan mentaati-Nya. Kerjakan ketaatan, lalu pasrahkan ia pada-Nya dan lupakanlah. Semua amalanmu hanyalah kelapa kosong tanpa isi, karena setiap amalan tanpa disertai keikhlasan adalah kulit tanpa isi, kayu gelondongan, jasad tanpa ruh, bentuk luar tanpa substansi, dan ini adalah amal orang² munafik.
Wahai pemuda! Seluruh makhluk hanyalah alat (media) dan Allah Ta’ala yg menciptakan dan menjalankannya. Barangsiapa yg berpandangan demikian, maka ia telah terbebas dari kungkungan alat dan dapat melihat siapa yg mengoperasikannya. Terpaku bersama makhluk adalah penderitaan, kesusahan, dan kedukaan. Sementara berdiri bersama Allah adalah kebahagiaan, kenyamanan, dan kenikmatan.
Hai orang² yg terputus dari jalan (tarekat), hai orang yg dipermainkan oleh setan² jin dan manusia, dan hai penyembah hawa nafsu dan tabiat, engkau telah terputus dari kesungguhan orang² terdahulu. Tidak ada tali nasab yg menghubungkanmu dengan mereka, lalu engkau pun puas menerima pendapatmu sendiri dan tidak mencari seorang Guru yg dapat mengajari dan mengarahkanmu!
Celakalah! Mengapa engkau membisu saja. Memohonlah (istighotsah) pada Allah Ta’ala. Kembalilah pada-Nya dengan penyesalan dan permohonan maaf, hingga Dia (berkenan) meloloskanmu dari tangan² musuhmu serta menyelamatkanmu dari palung samudra kebinasaanmu. Pikirkanlah akibat dari apa yg engkau perbuat, maka dengan mudah engkau akan dapat meninggalkannya. Engkau berteduh dibawah pohon kelalaian. Keluarlah dari rimbunannya, niscaya engkau dapat melihat sinar matahari dan mengetahui jalan. Pohon kelalaian berkembang subur dengan siraman air kebodohan. Pohon kesadaran dan makrifat berkembang dengan siraman air pikir. Sementara itu, pohon taubat tumbuh subur dengan siraman air penyesalan dan pohon mahabbah tumbuh dengan siraman air muwafaqah.
Wahai pemuda! Engkau memiliki beberapa cela permisif saat engkau anak², remaja, hingga sekarang. Usiamu telah mendekati 40 tahun, atau bahkan lebih, namun tetap saja engkau bermain dengan permainan anak². Hati²lah bergaul dengan orang² bodoh dan orang yg berkhalwat dengan istri dan anak². Temanilah para Syaikh yg ahli takwa. Hindarilah pemuda² bodoh. Bangunlah sejenak dari tidurmu. Jadilah laksana dokter bagi setiap orang yg datang padamu. Jadilah layaknya bapak yg penyayang terhadap anak²nya. Perbanyaklah ketaatan pada Allah Ta’ala, sebab ketaatan pada-Nya adalah dzikir mengingat-Nya. Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa yg mentaati Allah Ta’ala, maka ia telah benar² mengingat-Nya, meskipun sedikit shalat, puasa, dan bacaan Al-Qur’annya. Barangsiapa yg bermaksiat mendurhakai-Nya, maka ia telah benar² melupakan-Nya, meskipun banyak shalat, puasa, dan bacaan Al-Qur’annya.”
Seorang Mukmin yg mentaati Tuhannya, menuruti (ketentuan-Nya) dan sabar bersama-Nya selalu berdiri (bersama Allah) pada setiap kebahagiaannya, bicara, makan, pakaian, dan segala tingkah lakunya. Sementara orang munafik tidak memperdulikan hal² ini dalam segala kondisinya.
Wahai pemuda! Renungkan urusanmu dan lawanlah nafsumu dalam setiap hal yg bukan urusanmu. Engkau bukanlah sosok jujur (shadiq), pembenar (shiddiq), penurut, peridha, dan arif. Engkau hanya mengaku-aku makrifat dengan Allah Ta’ala. Coba, (kalau memang benar) katakan padaku, apa tanda² makrifat mengenal-Nya. Tak terlihat di hatimu hikmah dan cahaya².
Apa juga tanda wali² kekasih Allah dan kaum abdal (pengganti) para Nabi-Nya. Engkau pikir orang yg mengklaim sesuatu akan diterima begitu saja tanpa dimintai bukti. Juga dinarnya tidak di timbang di atas timbangan. Termasuk sifat² orang arif yg mengenal Allah Ta’ala adalah bersabar menghadapi coba-petaka dan ridha menerima ketentuan² qadha dan qadar Allah dalam segala kondisi, pada dirinya, keluarganya, dan seluruh manusia.
Wahai pemuda! Cinta (pada) Allah Ta’ala dan cinta (pada) selain-Nya tidak akan pernah bisa berkumpul dalam satu hati. Allah Ta’ala berfirman:
مَّا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِّنْ قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِۦ
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (QS. Al-Ahzab (33): 4)
Dunia dan Akhirat tidak akan menyatu. Juga Sang Maha Pencipta dan makhluk ciptaan. Tinggalkanlah barang² yg fana (rusak), hingga engkau mendapatkan satu barang yg tidak akan rusak-binasa. Berusahalah dengan segenap nyawa dan hartamu, hingga engkau dapatkan Surga. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوٰلَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang² mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah (9): 111)
Selanjutnya, berusahalah dengan segenap hatimu untuk berzuhud menjauhi segala selain-Nya, hingga engkau dapatkan kedekatan bersama-Nya dan pendampingan-Nya di dunia dan Akhirat.
“Hai pencinta Allah Ta’ala! Berputarlah bersama takdir-Nya ke mana pun ia berputar. Bersihkanlah hatimu yg akan menjadi lokus kedekatan Allah Ta’ala. Sapulah ia dari segala selain-Nya. Duduklah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, dan jujur (shidq) dan jangan (sekali-kali) engkau membukanya untuk siapa pun selain-Nya. Jangan sibukkan satu sudut hatimu pun dengan selain-Nya.
Hai orang² yg suka bermain! Aku tak memiliki permainan apa². Hai kulit! Aku tak mempunyai apa² selain isi. Aku memiliki keikhlasan tanpa kemunafikan, kejujuran tanpa kebohongan. Allah hanya menginginkan ketakwaan dan keikhlasan dari hati kalian tanpa memperhatikan lahir amal kalian. Allah Ta’ala berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ
“Daging² unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yg dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj (22): 37)
Wahai anak Adam! Semua yg ada di dunia dan Akhirat diciptakan untukmu. Lalu mana rasa syukur kalian? Mana juga ketakwaan dan isyarat, serta khidmat layanan kalian pada-Nya? Jangan berlelah² melaksanakan amalan yg tanpa ruh (substansi), dan ruh setiap amal adalah ikhlas.[]