Dlm Fathur Rabbani:
Majelis ke 17
“Jangan Mempermasalahkan Rezeki”
Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at tanggal 14 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah.
Jangan perdulikan rezekimu, karena pencariannya padamu lebih berat daripada pencarianmu padanya. Jika engkau mendapatkan rezeki hari ini, maka buang jauh² pikiran tentang rezeki hari esok sebagaimana engkau tinggalkan hari kemarin yg telah berlalu dan tanpa kau tahu esok hari, apakah rezeki akan sampai kepadamu atau tidak. Bersibuklah dengan harimu. Jika engkau mengenal Allah Ta’ala, niscaya engkau hanya akan bersibuk dengan-Nya, dan melupakan pencarian rezeki. Kewibawaan-Nya akan menghalaumu dari mencarinya, sebab lidah orang yg mengenal Allah Ta’ala telah kelu dan kaku (terbelenggu).
Seorang yg arif akan senantiasa membisu di hadapan Al-Haqq, hingga Dia (berkenan) mengembalikannya untuk kemaslahatan manusia, dan ketika Dia sudah berkenan, maka Dia akan melenyapkan belenggu dan kekeluan dari lidahnya. Musa as. misalnya, selama ia menggembala domba, lidahnya kelu terbelanggu, lalu tatkala Al-Haqq berkehendak mengembalikannya, maka Dia kemudian mengilhaminya untuk mengucap:
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِى يَفْقَهُوا قَوْلِى
“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Ta ha (20): 27-28)
Scolah-olah ia ingin mengatakan, “Tatkala menggembala domba di padang daratan, aku memang tidak membutuhkan ini, tetapi sekarang telah tiba waktuku untuk bersibuk mengurusi manusia dan berbicara dengan mereka, maka aku memohon hilangkanlah belenggu kekeluan dari lidahku.” Benar, Allah pun lalu mengangkat belenggu dari lidahnya kemudian ia bisa fasih menuturkan 70 kalimat yg mudah dipahami, padahal pada waktu kecilnya ia tidak bisa berbicara beberapa kalimat yg mudah sekalipun, karena (pada waktu itu) Allah mengkhawatirkan ia akan berbicara tidak sesuai dengan kondisinya di hadapan Fir’aun dan Asiyah, maka Allah Ta’ala pun lantas menyuapinya batu arang.
Wahai pemuda! Kulihat engkau kurang mengetahui makrifat tentang Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, juga kurang mengetahui tentang para Wali-Nya, abdal (pengganti) Nabi²Nya, dan khalifah (wakil)-Nya dalam mengurusi manusia. Engkau kosong dari substansi, sangkar tanpa burung, rumah kosong yg rusak, pohon yg telah mengering dan berjatuhan daun²nya. Keramaian hati seorang hamba hanya bisa diraih dengan Islam, untuk kemudian merealisasikan hakikatnya, yaitu istislam (kepasrahan). Maka, pasrahkanlah dirimu pada Allah sepenuhnya, niscaya nafsu dan orang selainmu akan tunduk kepadamu. Keluarlah dari dirimu dan juga mereka dengan segenap hatimu. Berdirilah di hadapan Allah dengan telanjang, tanpa dirimu dan tanpa mereka. Jika Allah berkenan, Dia sendiri yg akan memakaikanmu busana dan mengembalikanmu pada manusia, hingga ‘Amr-Nya terimplementasi di dalam dirimu dan mereka atas ridha Rasulullah Saw. Kemudian berdirilah menanti apa yg Dia perintahkan sambil menyetujui segala yg Dia tentukan atasmu. Setiap orang yg melepaskan diri dari segala selain Allah Ta’ala dan berdiri di hadapan-Nya di atas jejak kaki² hati dan nuraninya, maka ia berbicara dengan lisan al-hal (menurut kondisi) sebagaimana ucapan Musa:
وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضٰى
“Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).” (QS. Ta ha (20): 84)
Aku tinggalkan dunia dan Akhiratku, juga seluruh makhluk. Aku putuskan segala sarana. Aku tanggalkan segala kepemilikan, dan aku bersegera datang menuju-Mu agar Engkau ridha menerimaku dan mengampuniku atas kebersamaanku dengan mereka sebelum ini.
Hai bodoh! Di mana engkau berada dalam hal ini? Engkau hanyalah budak penyembah nafsu, dunia, dan hawa kesenanganmu. Engkau budak penyembah manusia dan musyrik (menyandingkan) mereka (dengan Allah), sebab engkau memperhitungkan mereka dalam masalah bahaya dan manfaat. Engkau adalah budak Penyembah Surga, karena engkau hanya berharap memasukinya. Engkau budak penyembah Neraka, karena engkau ketakutan memasukinya. Di mana kalian semua dari Sang Maha Pembolak-balik hati dan dari al-Abshar yg berfirman pada sesuatu “Jadilah,” maka ia pun langsung mewujud jadi?
Wahai pemuda! Janganlah tertipu dengan ketaatanmu dan berbangga hati dengannya. Mintalah selalu pada Allah Ta’ala agar berkenan menerimanya. Hati² dan takutlah, jika Dia memindahkanmu pada selainnya. Apa jadinya dirimu jikalau dititahkan pada ketaatanmu, “Jadilah maksiat!” dan pada kemurnianmu, “Jadilah kotoran!” Barangsiapa yg mengenal Allah, maka ia tidak akan terpaku pada sesuatu, apalagi tertipu dengan sesuatu. Ia tidak pernah merasa tentram sebelum ia keluar dari dunia dalam keadaan selamat agamanya serta terpelihara segala sesuatu yg terjalin antara ia dan Allah Ta’ala.
Wahai manusia! Beramallah dengan amalan hati dan ikhlaslah. Keikhlasan yg sempurna adalah kekosongan orientasi dari selain Allah Ta’ala dan hanya makrifat Allah Ta’ala sajalah yg pokok. Kuperhatikan kalian hanyalah para pembual kata dan perbuatan dalarn keramaian dan kesepian. Kalian tidak memiliki konsistensi (Tsabat). Kalian hanya berbicara tanpa bertindak, dan kalau pun beramal, amalan kalian tidak disertai keikhlasan dan tauhid. Jika di hadapanku saja tanganmu sudah kelihatan berlumuran kotoran, apalah guna engkau mengharap amalanmu akan diterima dan diridhai oleh Allah Ta’ala. Sebentar lagi akan terbongkar tiraimu di depan jendela dan nyala api Neraka. Maka akan dikatakanlah, “Ini putih,” “Ini hitam,” dan “Ini rancu.” Semuanya akan tampak tertata pada Hari Kiamat. Begitulah yg akan dikatakan pada setiap amalan yg kau infakkan.
Setiap amalan yg di dedikasikan pada selain Allah adalah kebatilan. Maka beramallah, cintai, temani, dan memohonlah pada Dzat Yang:
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ
“Tidak ada sesuatu pun yg serupa dengan Dia.” (QS. Ash-Syura (42): 11)