Dlm Fathur Rabbani:
Majelis ke 15
“Mencari Bekal Untuk Akhirat”
Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs., Ahad tanggal 9 Dzulqoidah tahun 545 H di Madrasah.
Seorang Mukmin mengumpulkan bekal, sementara orang kafir bersenang² menikmati. Seorang Mukmin mengumpulkan bekal karena (sadar) bahwa ia tengah menempuh perjalanan. Ia merasa puas membawa sedikit saja harta (duniawi)nya dan mempersembahkan sebagian besarnya untuk Akhirat. Ia sisakan untuk dirinya sekadar bekal yg bisa dibawa seorang musafir. Seluruh kekayaannya ada di Akhirat. Segenap hati dan pikirannya tertuju ke sana dan hatinya terputus dengan dunia. Ia kirimkan seluruh ketaatannya untuk Akhirat, bukan untuk dunia dan penghuninya. Jika ia memiliki makanan enak, ia malah menyerahkannya pada kaum fakir. Ia tahu bahwa ia bisa makan yg lebih baik dari itu di Akhirat kelak. Puncak orientasi seorang Mukmin yg ‘arif dan alim adalah pintu kedekatan dengan Allah Ta’ala, serta agar hatinya terhubung dengan-Nya di dunia, sebelum akhirat. Kedekatan dengan Allah Ta’ala adalah destinasi langkah hati dan perjalanan nurani (sirr).
Kulihat engkau berdiri, duduk, rukuk, sujud, begadang (menghidupkan) malam, dan berlelah², namun hatimu tidak beranjak dari tempatnya, tidak keluar dari rumah eksistensi wujudnya, dan tidak pula berubah dari kebiasaannya. Bersungguh²lah dalam mencari Junjunganmu Allah Ta’ala. Ketulusanmu akan mencukupkanmu dari keletihan. Lubangilah telur wujudmu dengan paruh ketulusanmu. Runtuhkanlah dinding² perhatianmu pada manusia serta keterikatanmu terhadap mereka dengan pangkur keikhlasan dan tauhidmu. Pecahkanlah sangkar hasratmu pada benda² dengan tangan zuhudmu, dan terbanglah dengan hatimu hingga engkau sampai di pesisir samudra kedekatanmu dengan Allah Ta’ala. Ketika itulah nakhoda preseden (ketetapan terdahulu) akan datang kepadamu seraya membawa kapal ‘inayah (pemeliharaan), lalu ia akan membawa dan menyeberangkanmu menuju Allah Ta’ala. Dunia ini adalah lautan dan imanmu adalah kapalnya. Karena itu, Luqman al-Hakim _- semoga Allah mengasihinya – _ mengatakan: “Hai anakku, dunia adalah lautan, iman adalah kapal, pelaut adalah ketaatan, dan pantai adalah Akhirat.”