Dlm Fathur Rabbani:
Majelis ke 11
“Ma’rifatullah”
Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Jum’at pagi 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah
Beliau berkata:
Wahai Kaum Sufi, kenalilah Allah, engkau jangan masa bodoh dengan-Nya, taatilah jangan menentang-Nya, tepatilah jangan menyelisihi-Nya, relakan atas ketentuan Dia jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui ciptaan-Nya. Dia adalah Dzat Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha Qadim.” Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat yg bertindak menurut kehendak-Nya:
لَا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ
“Dia tidak ditanya tentang apa yg diperbuat-Nya dan merekalah yg akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’ (21): 23)
Takutlah pada-Nya jangan takut yg lain, berharaplah pada-Nya jangan berharap kepada yg lain, berputarlah bersama qudrah dan hikmah-Nya hingga qudrah dan hikmah itu mendominasi. Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an) sampai datang apa yg mengitarimu dan Dia. Jadilah orang² yg terjaga dari pelanggaran batas² syara’ yg telah ditunjukkan secara substansi, bukan bentuk formal. Tiada yg bisa sampai ke kondisi itu kecuali orang² shalih. Tidak ada gunanya bagi kita keluar dari lingkaran syara’. Kondisi ini tidak mengenal siapapun selain orang yg masuk ke dalamnya. Adapun jika hanya sekedar sifat, maka sifat itu tidak akan mengenali-Nya.
Senantiasalah bersama Rasulullah Saw. dalam segala hal dengan ikatan perintah, larangan, dan pengikut²nya hingga Yang Maha Memiliki datang menjemputmu. Dan, jika sudah tiba saat demikian, maka minta restulah pada Rasulullah Saw. dan menghadaplah. Sesungguhnya kaum abdal (tingkatan hierarkis seorang Sufi) disebut abdal karena mereka tidak menginginkan apa² pada Allah Ta’ala, juga tidak memilih apa². Mereka memberlakukan hukum lahir dan melaksanakan amalan² lahir, untuk kemudian menyendiri dengan amalan² yg khusus bagi mereka. Semakin tinggi tingkatan dan kondisinya, semakin pula mereka menambah mujahadah mereka mengikuti perintah dan menjauhi larangan, hingga mencapai batas yg tak diperintahkan dan tak dilarang, bahkan perintah² syara’ justru bereaksi dan ditambahkan pada mereka selagi mereka dalam kesendirian. Mereka pun akhirnya selalu digunjingkan bersama Allah, padahal mereka selalu menjaga perintah dan larangan-Nya tepat waktu hingga tak satu pun batasan² syara’ yg mereka langgar, sebab meninggalkan ibadah wajib adalah zindiq dan melakukan hal² yg dilarang adalah maksiat. Dalam kondisi bagaimana pun, tidak ada seseorang yg boleh menggugurkan kewajiban² fardhu (fara’idh) atas dirinya.
Wahai pemuda! Bertindaklah dengan landasan hukum dan ilmu-Nya. Janganlah keluar dari penerangan dan jangan lupakan ikrar/janji setia/bai’at. Lawanlah hawa nafsu, setan, tabiat, dan duniamu. Janganlah menyerah dan berputus asa untuk mendapatkan kemenangan Allah Ta’ala, sebab Dia akan menghampirimu jika engkau konsisten dan tegar. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصّٰبِرِينَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang² yg sabar. (QS. Al-Baqarah (2):153)
فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغٰلِبُونَ
“Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yg pasti menang. (QS. Al-Ma’idah (5): 56)
وَالَّذِينَ جٰهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ
“Dan orang² yg berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar² akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan² Kami.” (QS. Al-‘Ankabut (29): 69)
Kekanglah lisan nafsumu untuk mengadu pada makhluk (manusia). Jadilah musuh nafsu dan semua makhluk (manusia) demi Allah. Serulah mereka untuk mentaati-Nya dan laranglah dari memaksiati-Nya. Cegahlah mereka dari kesesatan, bid’ah dan menuruti hawa nafsu. Serulah mereka untuk mengikuti Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasulullah Saw.
Wahai pemuda! Hormatilah Kitab Allah dan berlaku sopanlah dengannya. Ia adalah penghubung antara kalian dan Allah Ta’ala. Jangan jadikan Dia makhluk. Allah Ta’ala saja mengatakan, “Ini adalah Kalam-Ku,” bagaimana kalian bisa bilang tidak. Barangsiapa yg membantah Allah dan menjadikan Al-Qur’an sebagai makhluk, maka ia telah kafir dengan Allah Ta’ala dan Al-Qur’an lepas tangan darinya. Al-Qur’an yg di dendangkan (matluw), dibaca (maqru’), disimak, dilihat, dan ditulis di dalam mushaf² ini adalah Kalam Allah Ta’ala. Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad – semoga Allah meridhai keduanya – mengatakan, “Pena adalah makhluk, namun yg ditulis dengan media pena ini bukanlah makhluk. Hati juga adalah makhluk, tetapi yg terhapal di dalamnya bukanlah makhluk.”
Wahai manusia! Peringatilah Al-Qur’an dengan mengamalkannya, dan bukan dengan mendebat pesan di dalamnya. Berakidah adalah kalimat yg simpel, dan yg banyak adalah realisasi pengamalan. Kalian harus mengimaninya (Al-Qur’an). Teguhkan dengan hati kalian dan amalkan dengan anggota badan kalian. Bersibuklah dengan apa yg bermanfaat bagimu dan jangan menoleh pada akal yg tidak sempurna dan hina.
Wahai manusia! Ketentuan manqul tidak bisa disimpulkan dengan rasio, begitu juga nash tidak bisa ditinggalkan dengan analogi qiyas. Jangan tinggalkan bayyinah (bukti yg sudah jelas) dan bertindak hanya menurut klaim dakwaan. Harta benda manusia tidak bisa diambil sembarangan dengan landasan klaim semata tanpa bukti yg jelas. Rasulullah Saw. bersabda:
“Seandainya manusia boleh dihukum berdasarkan klaim² dakwaan semata, niscaya suatu kaum suatu kaum akan mengklaim darah dan harta benda kaum lain. Akan tetapi bukti diharuskan pada pendakwa dan sumpah bagi yg mengingkari.”
Kealiman lisan tidak bermanfaat, jika dibarengi dengan kebodohan hati. Rasulullah Saw. bersabda:
“Hal paling menakutkan yg aku takutkan pada umatku adalah eorang munafik yg berlisan alim.”
Wahai para ulama, wahai orang² bodoh, wahai yg absen dan wahai yg hadir! Malulah kepada Allah. Pandanglah Dia dengan hatimu dan hinakanlah dirimu di hadapan-Nya. Posisikanlah dirimu di bawah godam² takdir-Nya. Lekatlah terus bersama-Nya dengan mensyukuri nikmat²Nya. Teruslah mentaati-Nya dalam terang dan gelap. Jika hal itu sudah kau realisasikan, maka karamah Allah Ta’ala dan Surga-Nya di dunia dan akhirat akan datang menghampirimu.
Wahai pemuda! Berusahalah agar tidak tersisa lagi satu pun hal di dunia ini yg kaucintai. Jika kau telah melaksanakannya secara sempurna, maka sejenak pun tidak akan dibiarkan diri bersama nafsumu. Jika lupa, maka engkau akan di ingatkan dan jika lalai, engkau akan di sadarkan. Dia tidak akan membiarkanmu menengok pada selain-Nya. Barangsiapa yg telah merasakan hal ini, maka ia telah mengenal-Nya, dan ia termasuk kalangan sosok² manusia pilihan yg tidak menerima ketenangan bersama makhluk (manusia).
Hai orang² munafik, semoga petaka dan bala menimpa lubuk hati kalian. Jika suatu kaum menatap selain Allah Ta’ala dengan mata hati mereka, maka mereka segera menyerahkan urusan keselamatan dalam ketenangan pada-Nya, melemparkan diri di hadapan-Nya, dan membutakan diri dari makhluk-Nya. Allah Ta’ala telah memotong lisan mereka untuk menentang-Nya. Siang berganti malam, beralih bulan berubah tahun, namun mereka tetap begitu² saja dan tidak pernah berubah bersama Allah Ta’ala. Mereka adalah makhluk Allah Ta’ala yg paling berakal. Jikalau kalian lihat mereka, niscaya kalian akan menyebut mereka sebagai orang² gila, dan jika mereka melihat kalian, niscaya mereka akan mengatakan, “’Orang² ini tidak beriman pada Hari Kiamat.”
Hati mereka patah berkeping² di hadapan Allah Ta’ala sambil terus ketakutan, apalagi ketika tabir kebesaran dan keagungan-Nya disingkap di hati mereka, mereka akan semakin ketakutan, hingga hati mereka nyaris terpotong² dan persendian mereka nyaris lepas dan terpisah. Jikalau Allah melihat mereka dalam kondisi demikian, maka Dia segera membuka pintu² kasih, keindahan, dan kelembutan-Nya serta pintu harapan bagi mereka, sehingga diri mereka menjadi tenang.
Oh! Betapa ingin aku melihat para pencari akhirat dan pencari Allah Ta’ala. Sementara terhadap pencari dunia, (pujian) makhluk, dan hawa nafsu, tidak ada lagi yg bisa kuperbuat pada mereka, selain sebuah hasrat untuk mengobati mereka, sebab mereka hakikatnya sedang sakit, dan hanya dokterlah yg sanggup bersabar menghadapi orang sakit.
Celakalah! Kau coba sembunyikan urusanmu di depanku, padahal ia tidak tersembunyi. Kau berlagak di depanku seolah sebagai pencari akhirat, padahal sebenarnya kau adalah pencari dunia. Kegilaan yg ada di hatimu telah tertulis di keningmu, begitu juga rahasiamu telah tersingkap di keterbukaanmu.
Satu dinar (uang emas) yg ada di (genggaman) tanganmu adalah campuran acak seperenam bahan emas, dan sisanya hanyalah perak. Makanya, jangan berlagak di depanku, karena aku telah banyak melihat kasus demikian. Serahkan dinar itu padaku. Aku akan menggosok dan memurnikan emas yg ada dan membuang sisanya. Sedikit barang yg bermutu tinggi lebih baik daripada banyak tetapi bermutu rendah. Percayakan dinarmu padaku, sebab aku adalah tukang sepuh dan aku memiliki alatnya.
Bertaubatlah dari riya’ dan krmunafikan (beramal). Janganlah malu untuk mengakuinya atas dirimu. Kebanyakan orang² ikhlas, dulu adalah orang² munafik. Karena itu, muncul sebuah aforisma dari beberapa kalangan mukhlis yg berbunyi, Tidak ada yg mengetahui keikhlasan kecuali orang riya’. Orang yg ikhlas dari permulaan hingga akhir sangat jarang sekali. Anak² pada mulanya suka berdusta dan bermain dengan debu dan benda² najis (kotor), menceburkan diri mereka ke dalam hal² yg berbahaya, mencuri (uang) dari bapak dan ibu mereka, serta berjalan dengan jampi², namun ketika (fungsi) akal mulai bekerja di dalam diri mereka (saat masa baligh), satu demi satu kelakuan itu mereka tinggalkan dan mereka menjadi sopan dengan orang tua serta guru mereka. Barangsiapa yg dikehendaki baik oleh Allah, maka ia akan berubah sopan dan meninggalkan perilaku² sebelumnya, dan barangsiapa yg dikehendaki jelek oleh-Nya, maka ia akan hidup dalam kubangan perilaku² sebelumnya serta akan binasa, dunia dan akhirat.
Allah telah menciptakan penyakit, sekaligus obat penawarnya. Maksiat adalah penyakit dan ketaatanlah obatnya. Zalim penyakit dan adillah obatnya. Salah adalah penyakit dan benar-lah obatnya. Mendurhakai Allah Ta’ala adalah penyakit dan bertaubat dari mabuk dosa adalah obatnya, namun obat itu akan bekerja sempurna jika kau lepaskan dirimu dari manusia dengan segenap hati, lalu menyambung hatimu dengan Tuhanmu dan mengangkatnya menuju hadirat-Nya, sehingga ia (hatimu) akan bersemayam di langit, sementara nyawa dan rumahmu masih di bumi. Sunyikanlah hatimu bersama Allah Ta’ala dengan ilmu, namun tetaplah beramal bersama manusia dengan hukum. Jangan berbeda dengan mereka dalam laku apa pun dari amal (syariat), sehingga tidak akan ada hujatan mencelamu.
Menyendirilah bersama Allah dengan batinmu dan tetaplah berinteraksi terhadap manusia dengan lahir wadakmu. Jangan biarkan kepalamu kosong untuk nafsumu saat kau mengendarainya, jika tidak, maka ialah yg akan mengendaraimu. Demikian pula saat kau menanduknya, jika tidak, maka dialah yg akan menandukmu. Jika nafsumu tidak mau tunduk pada keinginanmu untuk mentaati Allah Ta’ala, maka hukumlah ia dengan cambuk lapar, dahaga, hina, telanjang, dan kesepian (sendiri) di tempat yg tidak terdapat teman manusia di sana.
Jangan berhenti mencambuknya hingga ia tenang dan mentaati Allah Ta’ala dalam segala kondisi. Jika pun ia telah tenang (menurut), jangan renggangkan siksaan antara kau dan ia, hingga ia hancur berkeping². Bukankah kau telah melakukan ini dan itu demi menuruti nafsumu. Kau hanya bisa tertolong dari semua ini dengan memohon Kehendak (Murad) Allah Ta’ala, mengikuti-Nya dan meninggalkan maksiat kepada-Nya. Lalu engkau satu-langkahkan lahir dan batinmu, hingga menjadi sosok utuh, penurut tanpa penentangan, taat tanpa maksiat, syukur tanpa pemungkiran, dzikir tanpa melupakan, dan kebaikan tanpa keburukan.
Tidak akan ada kebahagiaan (falah) di hatimu jikalau masih ada sesuatu/seseorang selain Allah Ta’ala di dalamnya. Jika kau bersujud pada-Nya seribu tahun di atas bebatuan koral, akan tetapi hatimu masih tetap menerima (kehadiran) selain-Nya, maka semua itu tidak akan bermanfaat apa² bagimu. Tidak ada ganjaran baginya, sebab ia mencintai selain Allah Ta’ala. Jangan berbahagia dengan cinta-Nya hingga kau nihilkan semua. Apa manfaatnya kau menampakkan kezuhudan pada sesuatu jika hatimu tetap menerimanya? Tidakkah kau tahu sesungguhnya Allah Ta’ala mengetahui apa yg ada di dalam hati semesta alam? Tidakkah kau malu mengatakan, “Saya tawakal pada Allah” dengan mulutmu, namun masih ada selain-Nya di hatimu?
Wahai pemuda! Janganlah terperdaya dengan kesabaran (hilm) Allah Ta’ala, sesungguhnya siksa pukulan-Nya sungguh dahsyat. Jangan pula terperdaya dengan para ulama yg bodoh dan tidak mengenal Allah Ta’ala, sebab seluruh ilmunya hanya akan menjadi senjata makan tuan bagi mereka, bukan menolong mereka. Mereka hanya tahu dengan hukum Allah Ta’ala, namun bodoh dan tidak mengenal Allah Ta’ala. Mereka memerintahkan manusia melakukan sesuatu, namun mereka sendiri tidak melaksanakannya. Mereka melarang manusia dari sesuatu, namun mereka sendiri malah tidak melarang diri mereka. Mereka menyeru pada Allah Ta’ala, namun mereka sendiri malah lari dari-Nya. Mereka membawa² Nama-Nya dalam maksiat² dan dosa² mereka terhadap-Nya. Nama² mereka ada padaku, tertulis lengkap dengan sejarahnya.
Ya Allah, taubatkanlah aku dan mereka. Anugrahilah kami bersama Nabi-Mu, Muhammad Saw. dan Bapak kami Ibrahim as. Ya Allah, jangan kuasakan sebagian kami di atas sebagian kami yg lain, dan berikanlah manfaat di antara kami, dan masukkanlah kami ke dalam rahmat kasih-Mu. Aamiin