Dlm Fathur Rabbani:
Majelis ke 6
“Nasehat Seorang Mukmin Kepada Saudaranya”
Pengajian Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Hari Jum’at Pertengahan Syawal Tahun 545 H, di Madrasahnya
Beliau berkata:
Qalbu orang² beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus menerus mengingat Allah Ta’ala, melupakan dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yg ada padamu, dan mengingat apa yg ada di sisi Allah Ta’ala.
Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yg ada pada para makhluk itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Ta’ala, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan anda yg mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yg tahu apa yg ada pada dirimu, hal² yg anda tidak tahu tentang dirimu. Karena itu Rasulullah Saw. bersabda:
“Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”
Mukmin yg benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa yg tersembunyi pada saudaranya, yg bisa membedakan mana yg baik dan mana yg buruk. Ia mengenalkan mana yg menjadi kebaikan dan mana yg berdampak keburukan. Maha Suci Allah yg telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah Ta’ala.
Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat murid yg benar dan benar² telah meraih kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?
Anak² muridku….
Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yg membuat aku senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.
Wahai para kaum Sufi,
Tinggalkan takabbur di hadapan Allah Ta’ala dan takabbur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri anda, dan rendah hatilah dirimu.
Awalmu hanya setetes air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yg terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong orang yg tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yg mendorong anda untuk memasuki pintu² penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yg diberikan itu begitu hinadina.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Siksa paling dahsyat dari Allah Ta’ala pada hamba-Nya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yg tidak dibagikan padanya.”
Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal² yg bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa was² (godaan) syetan yg terus menggoda ke dalam hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Ta’ala, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.
Diantara para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yg tidak mengenal tempat kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahui tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya bukan mata yg buta, tetapi yg buta adalah matahati yg ada di dalam dada.”
Si tamak yg memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu, menjual apa yg abadi dengan yg fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka.
Namun sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah Ta’ala dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.
Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari popularitasmu.
Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yg mampu di tahap ini, segala penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yg lain bukan untuk hatinya.
Wahai para kaum Sufi,
Jika anda semua mampu melakukan apa yg saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Kosongkan dirimu dari problema duniawi semampu (semaksimalmu).”
Anak² muridku…
Jika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Ta’ala. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada Kuasa-Nya lah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintu-Nya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain Diri-Nya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat pada-Nya, mengenal-Nya dan cukup dengan-Nya, jauh bergantung pada makhluk-Nya. Mohonlah agar di anugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersama-Nya, kesibukan fisik untuk taat pada-Nya. Mohonlah semuanya dari-Nya bukan dari selain Dia. Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan pada-Nya, bukan lain-Nya. Engkau bermuamalah dengan-Nya dan bagi-Nya, bukan bagi yg lain.
Anak muridku….
Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki disertai disiplin pada aturan syar’i dalam gerak fisik badan kita, dan Tawaddlu’ (rendah hati) kepada Allah Ta’ala dan kepada para hamba-Nya.
Siapa yg mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan mendapatkan ukuran benar. Siapa yg memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal² yg fardlu, yg harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh.
Fondasi amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yg tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah Ta’ala, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yg bertauhid adalah yg mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang munafik.
Ya Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.