Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 42:
ŁŲ§Ł Ł Ų§ŲŲŖŲ¬ŲØ ŁŁ Ų³Ų±Ų§ŲÆŁŲ§ŲŖ Ų¹Ų²Ł Ų¹Ł Ų§Ł ŲŖŲÆŲ±ŁŁ Ų§ŁŲ§ŲØŲµŲ§Ų±Ų ŁŲ§Ł Ł ŲŖŲ¬ŁŁ ŲØŁŁ Ų§Ł ŲØŁŲ§Ų¦Ł ŁŲŖŲŁŁŲŖ Ų¹ŲøŁ ŲŖŁ Ų§ŁŲ£Ų³Ų±Ų§Ų± ŁŁŁ ŁŲ®ŁŁ ŁŲ£ŁŲŖ Ų§ŁŲøŲ§ŁŲ± Ų£Ł ŁŁŁ ŲŖŲŗŁŲØ ŁŲ£ŁŲŖ Ų§ŁŲ±ŁŁŲØ Ų§ŁŲŲ§Ų¶Ų±Ų ŁŲ§ŁŁŁ Ų§ŁŁ ŁŁŁ ŁŲØŁ ŁŲ³ŲŖŲ¹ŁŁ.
Wahai Tuhan yg telah berdinding di balik tenda kemuliaan-Nya sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Wahai Tuhan yg telah menjelma dalam kesempurnaan keindahan-Nya sehingga nyatalah bukti kebesaran-Nya dalam hati dan perasaan. Wahai Tuhan, bagaimana Engkau akan tersembunyi, padahal Engkaulah yg sangat lahir (terang). Bagaimana Engkau akan ghaib, padahal Engkaulah Pengawas yg tetap hadir. Hanya Allah yg memberi taufik dan kepada-Nyalah kami berharap pertolongan.
Kemuliaan di umpamakan dengan tenda karena tenda menutupi segala hal yg ada di dalamnya. Demikian pula kekuatan dan kemuliaan Allah Ta’ala yg agung, menutupi Dzat-Nya sehingga tidak bisa dilihat oleh semua pandangan mata.
Jika pandangan yg dimaksud adalah pandangan secara menyeluruh, maka ini tidak mungkin terjadi di dunia dan di akhirat. Jika yg dimaksud adalah pandangan sekilas, maka ini tidak mungkin terjadi di dunia saja, namun juga terjadi di akhirat. Karena seluruh kaum mukmin akan mengalaminya.
Kemuliaan Allah Ta’ala membuat semua hal selain-Nya tak mampu melihat-Nya karena āyg muliaā berarti yg terlindungi dan tak seorang pun yg bisa mendekatinya. Ada yg berpendapat bahwa āyg muliaā berarti sosok yg tidak bisa digapai dan ditandingi. Ada lagi yg mengatakan, āyg muliaā berarti sosok yg semua akal menjadi tenggelam dalam kebesarannya, logika menjadi bingung menggambarkan sifatĀ²nya, dan lisan kesulitan memujinya.
Wahai Tuhan yg menjelma di hati orangĀ² ‘arif dengan kebaikan sifat dan keagungan-Nya sehingga nyatalah bahwa Dia amat agung dan tak ada tandingan-Nya di kedalaman qalbu. Bagaimana Engkau tersembunyi, padahal Dzat-Mu tampak dalam segala sesuatu. Bagaimana Engkau ghaib, padahal Engkaulah pengawas kami dalam setiap gerak dan diam kami.
Inilah akhir dari catatan ringan tentang mutiara hikmah Syaikh Ibnu Atha’illah. Semoga Allah menjadikan kitab ini sebagai bukti ketulusan kami kepada-Nya.
Syarah ini rampung ditulis pada hari Sabtu, 13 Syawal 1204 H oleh hamba Allah, Abdullah Asy-Syarqawi Al-Khalwati. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sahabatnya.