Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 14:
Ų„ŁŁŁ Ł Ł ŁŲ§ŁŲŖ Ł ŲŲ§Ų³ŁŁ Ł Ų³Ų§ŁŲ¦ ŁŁŁŁ ŁŲ§ŲŖŁŁŁ Ł Ų³Ų§ŁŲ¦Ł Ł Ų³Ų§ŁŲ¦ ŁŁ Ł ŁŲ§ŁŲŖ ŲŁŲ§Ų¦ŁŁ ŲÆŲ¹Ų§ŁŁ ŁŁŁŁ ŁŲ§ŲŖŁŁŁ ŲÆŲ¹Ų§ŁŁŁ ŲÆŲ¹Ų§ŁŁ.
Tuhanku, kebaikan seseorang masih saja dianggap keburukan maka bagaimana mungkin keburukannya tidak dianggap keburukan? Kebenaran seseorang masih saja dianggap kebohongan maka bagaimana mungkin kebohongannya tidak dianggap kebohongan?
Tuhanku, siapa yg amal shalehnya masih menyimpan kekurangan dan kesalahan karena sering dicemari rasa ujub dan riyaā sehingga amal itu nampak di mata manusia, sedangkan di mata Allah Ta’ala dianggap keburukan dan kekurangan, maka bagaimana mungkin kesalahanĀ²nya yg lain tidak menjadi keburukan dan kesalahannya?
Siapa yg hakikat, ilmu, dan pemahamannya hanya pengakuan belaka, maka bagaimana mungkin pengakuannya tentang hal lain tidak menjadi sekadar pengakuan palsu semata?
Di sini Syaikh Ibnu Athaāillah berkata, āDalam berbagai keadaan, aku selalu merasa kekurangan pada diriku dan mengharap ampunan Allah Ta’ala. Tak satu pun kondisi yg kualami di dalamnya aku merasa sempurna.ā
Hikmah ini menjelaskan bahwa kesempurnaan di mata hamba sebenarnya adalah kekurangan di mata Allah Ta’ala. Apalagi jika yg tampak di mata hamba adalah kekurangan, bagaimana di mata Allah Ta’ala?