Doa Syaikh Ibnu Atha’illah – 2:
إلهي أناالجاهل في علمي فكيف لاأكون جهولا في جهلي.
Tuhanku, akulah hamba yg bodoh dalam ilmu pengetahuanku ini maka bagaimana aku tidak lebih bodoh lagi dalam hal² yg aku masih bodoh dan tidak mengetahuinya?
Tuhanku, dalam keadaan berilmu saja aku tetap bodoh karena ilmu yg kuketahui itu amat sedikit, bahkan seperti tidak ada sama sekali. IImu merupakan perkara baru. Perkara baru pasti akan hilang. Bagaimana mungkin aku tidak bodoh saat aku sedang benar² bodoh? Tentu betapa bodohnya aku ketika itu.
Maknanya, sifat dasar seorang hamba adalah kekurangan, sedangkan kesempurnaan merupakan perkara baru (hadits) bagi seorang hamba. Sesuatu yg baru pasti memiliki kekurangan.
Ungkapan ketertundukan dan kerendahan diri dalam doa Syaikh Ibnu Atha’illah ini tak lain agar doanya lebih cepat dikabulkan. Sahl ibn Abdullah ra. berkata, “Tidaklah seorang hamba menampakkan kefakiran dan kebutuhannya kepada Allah saat berdoa atas terjadinya sesuatu yg menimpanya, kecuali Allah akan berkata kepada para malaikat-Nya, ‘Sekiranya ia tahan menghadapi suara-Ku, niscaya akan kujawab doanya dengan Labbaik.’”