Dialog Jin Dengan Sufi
Pertanyaan Ke-4
“Bolehkah Seorang Hamba Menyatakan Diri Sebagai Yang Maha Benar?”
Mereka juga bertanya kepadaku, “Apabila seorang hamba memang tidak tahu dan bingung mengenai substansi dirinya, lalu kenapa ia memastikan keberadaan substansinya sebagai Yang Maha Benar, atau substansinya sebagai yg lain? Bolehkah ia berkata, “Aku adalah Yang Maha Benar di dalam wujudku?”
Aku menjawab, “Tidak ada seorang pun yg boleh mengatakan hal itu meskipun tingkat kedekatannya sangat tinggi. Sedangkan Allah Yang Maha Benar boleh berkata, ‘Sesuatu yg ada di sana bukan Aku dan kalian adalah ketiadaan di dalam keberadaan kalian sebagai entitas. Itu karena sesungguhnya Aku Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Aku bisa berbicara kepada sesuatu yg tidak ada, seperti berbicara kepada sesuatu yg ada. Aku bisa memberinya nikmat dan siksa di dalam ketiadaannya.’
Mereka juga melantunkan syair mengenai hal seperti itu berdasarkan firman Allah Ta’ala,
Kalau kami terlihat oleh sesuatu, sesuatu itu berarti bukan kami dan yg bukan kami adalah sesuatu yg ada di sana. Di mana keterlihatan?
Aku adalah wujud itu sendiri. Sesuatu yg ada di sana adalah bukan Aku. Oleh karena itu, Aku adalah Tuhan Yang Maha Cemburu.
Jangan katakan, wahai hamba-Ku, bahwa engkau adalah benar² Aku. Aku kekal, sementara engkau fana lagi hancur.
Setiap waktu engkau adalah makhluk baru. Oleh karena itu, engkau mengalami kefanaan dan kebangkitan kembali.
Mereka juga melantunkan syair,
Apabila kita berhimpun, kita akan berseberangan: dan apabila kita terpisah, berarti kita sama.
Sebenarnya, alam itu bukan dzat lain dan bukan dzat yg sama.
Jadi, sampaikan ucapanku yg benar kepada orang² yg menyangkal. “Kalian buta hingga tidak bisa melihat kebutaan dan tidak bisa melihat dzat dengan banyak makhluk yg di dalamnya ada dan bentuknya seperti bentuk orang yg melihat.
Lalu rupa orang yg melihat dihalau melalui hukum sesuatu yg tetap pada setiap yg melihat.
Mereka juga melantunkan syair mengenai itu,
Sesungguhnya Allah tidak mempunyai sekutu, seumpama, lawan dan inti.
Jika engkau mendapatkan rahasia ilmu mengenai-Nya, raihlah ilmu dari-Nya dan jagalah.
Lalu apabila engkau berkata, “Aku tidak ada tanpa-Nya,” maka ungkapan yg sebaliknya datang darinya.
Apabila engkau berkata bahwa sifat adalah dzat, lalu di mana posisi Dzat Yang Satu dan logis darinya?
Apabila engkau benar² memahami ucapanku, wahai mitraku, engkau pasti tahu dan tidak akan pernah berkata, “Siapa Engkau, siapa Dia.”
Mereka juga melantunkan syair,
Sesungguhnya semua tokoh, para ‘arif, orang yg bertahan dan orang yg menyeberang,
tidak ada seorang pun di antara mereka yg mengetahui substansi-Nya, kecuali orang yg menghimpun ayat² dan surat² —penutup para Rasul— semoga mereka semua mendapatkan rahmat dan keselamatan.
Mereka juga melantunkan syair,
Aku selalu bersama dengan cinta di mana pun cinta itu berada, baik di masa yg akan datang, di masa Ialu maupun di masa sekarang.
Baik dibelenggu, dibebaskan, bersih, disucikan, serta tumbuh subur di tempatnya,
siapa pun yg berkata rindu dengan menginginkan Dzat-Ku agar bisa melihatnya, berarti ia bersikap buruk terhadap Kami.
Di manakah posisi-Ku darimu, wahai orang yg sangat bodoh! Tidakkah nalar mencatat bersama masa. Bagaimana mungkin ia bisa melihat keagungan-Ku, sementara orang yg pernah melihat Kami pingsan?
Dan Allah Ta’ala adalah Dzat Yang Lebih Mengetahui.