Hikmah 95 dlm Al-Hikam:
مَتٰى فتَحَ لكَ باَبَ الفـَهْمِ فِى المَنْعِ عاَدَ المَنْعُ هُوَ عَيْنُ العطاَءِ
Apabila Allah telah membukakan pengertian (faham) tentang penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi pemberian.
Sesuatu yg sangat menghalangi perjalanan keruhanian seorang murid adalah keinginan diri sendiri. Dia berkeinginan sesuatu yg menurutnya akan membawa kebaikan kepada dirinya. Keinginan atau hajat keperluannya itu mungkin tentang dunia, akhirat atau hubungan dengan Allah Ta’ala. Jika hajatnya tercapai dia merasa menerima karunia dari Allah. Jika hajatnya tidak dikabulkan dia akan merasa itu sebagai penolakan Allah, dan merasa jauh dari Allah. Orang yg berada pada peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau doa, dengan kemuliaan di sisi Allah. Jika Allah mengabulkan permintaannya dia merasa itu adalah tanda dia dekat dengan-Nya. Jika permintaannya ditolak dia merasa itu tanda dia jauh. Anggapan begini sebenarnya tidak tepat. Tidak semua penerimaan doa itu menunjukkan dekat dan tidak semua penolakan itu menunjukkan jauh.
Apabila Allah telah memperlihatkan kepadamu hikmah kebijaksanaan-Nya dalam apa yg di jauhkan-Nya darimu, maka itu berarti suatu karunia Tuhan kepadamu. Sehingga terasa olehmu keselamatan dunia dan akhiratmu.
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Ketika kau meminta namun tidak diberi, lalu kau paham bahwa tidak adanya pemberian itu merupakan salah satu bentuk rahmat-Nya untukmu (karena Dia Maha Tahu bahwa itulah yg terbaik untukmu), dan bahwa Tuhanmu sedang memperlihatkan kuasa-Nya di hadapanmu, maka pemahaman semacam itulah sejatinya pemberian untukmu dari-Nya. Wallaahu a’lam