Hikmah 94 dlm Al-Hikam:
“Rahasia Pemberian Dan Penolakan Allah”
رُبَّماَ اَعْطاكَ فمَنَعكَ وَرُبَّماَ منَعَكَ فأَعْطاكَ
Terkadang Allah memberimu kekayaan/kesenangan dunia, tetapi Allah menahan tidak memberimu perkara yg hakikatnya baik padamu (taufiq dan hidayah-Nya). Dan terkadang Allah menahan (tidak memberi) kamu dari kesenangan dunia tetapi pada hakikatnya memberikan kepadamu taufiq dan hidayah-Nya.
Jadi apabila Allah tidak memberi apa yg menjadi syahwat keinginanmu dan apa yg enak menurut perasaan nafsumu, hakikatnya itu adalah pemberian yg agung dari Allah, dan kamu dilepaskan dari apa yg menjadi kepentingan nafsumu.
Sebaliknya walaupun kelihatannya itu sebagai pemberian dari Allah (dikabulkannya doamu) pada hakikatnya itu sebagai penolakan dari Allah.
Syaikh Muhyiddin Ibnu ‘Arabi berkata: “Jika ditahan (tidak diberi) permintaanmu maka hakikatnya engkau telah diberi, dan jika permintaanmu segera diberikan maka hakikatnya telah ditolak dari sesuatu yg lebih besar. Karena itu utamakan tidak dapat dari pada dapat, dan sebaiknya hamba tidak memilih sendiri, tapi menyerahkan sepenuhnya kepada Allah yg menjadikannya. Dan yg mencukupi segala kebutuhannya.”
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
“Taufik” ialah bimbingan untuk melakukan ketaatan serta mendekatkan diri kepada-Nya dan memahami-Nya.
Allah mungkin memberimu kesenangan dan kenikmatan dunia. Namun, Dia menghalangimu dari bimbingan-Nya untuk mentaati, mendekati, dan memahami-Nya. Mungkin juga Allah menghalangimu dari kesenangan dunia, namun dia memberimu bimbingan-Nya.
Halangan Allah kepadamu untuk menikmati syahwatmu dan menikmati kesenangan alam semesta, meski disertai buruknya kebiasaan ibadahmu, merupakan karunia yg besar dari-Nya. Allah telah menetapkannya untukmu dan memutusmu dari kepentingan dan tujuan²mu.
Sebaliknya, ketika Allah memberimu kesenangan dunia, walaupun secara lahir tampak seperti pemberian, jangan kau lihat lahirnya saja. Lihatlah hakikatnya. Saat itu, seorang hamba wajib menyerahkan putusan, pengaturan, dan pilihan kepada Tuhannya. Wallaahu a’lam